Hai hai hai, bismillah. Pertama gimana nih kabarnya, Topers? Semoga sehat dan bahagia selalu ya, Amiinn. Setelah lama mendekam dalam kungkungan pandemi Covid-19, hari ini kita jalan-jalan yuk ke sebuah Rumah Gadang yang konon katanya dijuluki sebagai Rumah Gadang Terpanjang di Sumatera Barat. Penasaran kan letaknya di mana? Yuk kita let’s go!
Pada umumnya, bangunan rumah gadang di Provinsi Sumatera Barat hanya memiliki sembilan ruangan saja. Tapi di Nagari Abai, Kecamatan Sangir Batang Hari, Kabupaten Solok Selatan, ada lho sebuah rumah gadang yang ruangannya mencapai 21 ruangan. Orang-orang di sana sering menyebutnya sebagai Rumah Gadang 21 Ruang.
Wah, ternyata ketika kita membahas Perkampungan Seribu Rumah Gadang di seri petualangan sebelumnya melewatkan hal yang satu ini ya, Topers. Alasan lain Kabupaten Solok Selatan dijuluki sebagai Nagari Seribu Rumah Gadang juga karena adanya Rumah Gadang 21 Ruang ini, lho.
Pada zaman dahulu, orang-orang di Nagari Abai masih sangat sedikit, bangunan belum seramai sekarang dan masih banyaknya binatang buas yang mengancam. Untuk itulah mereka ingin mendirikan sebuah rumah gadang yang dapat menampung banyak keluarga sekaligus agar lebih aman dan dapat menjalin kedekatan yang lebih erat antar keluarga.
Menurut sumber yang Sahabat Budaya temukan, rumah gadang itu kepunyaan Datuak Simajolelo suku Melayu Sigintir yang hanya dipergunakan sebagai hunian beberapa waktu saja, untuk selanjutnya dipergunakan untuk acara adat, pernikahan, pengangkatan penghulu, dan kepentingan suku. Konon, rumah gadang tersebut juga masih ada kaitannya dengan Kerajaan Alam Surambi Sungai Pagu di Muara Labuh, lho. Next-nya akan kita bahas ya, Topers.
Nah, Topers, dalam proses pembuatan rumah gadang inilah disisipi sebuah warisan budaya yang bahkan sampai sekarang masih eksis, lho. Namanya Batombe. Yaitu kesenian berbalas pantun antara perempuan dan laki-laki. Batombe sendiri berasal dari kata tombe atau tonggak. Menurut cerita orang tua-tua dulu, Batombe adalah sebuah kesenian lempar pantun antara ibu-ibu yang memasak di dapur untuk memberikan semangat kepada laki-laki yang bekerja membangun rumah gadang. Namun seiring berjalannya waktu, Batombe kini memiliki cakupan yang lebih luas.
Biasanya, Batombe diiringi dengan irama musik yang gembira. Alat musik yang dipakai adalah rebab, gendang, dan talempong. Ketiga alat musik tradisional itu digesek, ditabuh, dan dipukul dengan cepat mengikuti irama dendang dan tarian yang dibawakan oleh para pemain Batombe. Pertunjukan biasanya dimulai setelah pembacaan pantun pembukaan oleh penghulu (datuk), lalu dilanjutkan oleh para pemain Batombe yang saling berbalas pantun menggunakan bahasa Minangkabau dialek setempat.
Berbalas pantun dilakukan secara bergantian. Pertama dilakukan oleh laki-laki, kemudian disusul oleh perempuan. Usia para pemain sendiri tidak memiliki batasan tertentu, syaratnya hanyalah mahir menggubah pantun saja. Wah, serunya jika ikut permainan ini ya, Topers.
Para pemain Batombe terdiri atas laki-laki dan perempuan yang duduk membentuk formasi lingkaran. Satu orang laki-laki lagi berada di tengah lingkaran sebagai pedendang. Kemudian mereka berdiri, melakukan gerakan berputar dan kemudian berbalik, tetapi tetap dalam bentuk lingkaran sambil berdendang. Gerakan penari laki-laki sesekali memukul bagian celananya yang komprang dengan kedua tangan, seolah bertepuk tangan sehingga menimbulkan suara khas.
Salah satu teks Batombe yang berhasil Sahabat Budaya temukan ini nih, Topers. Terbukti bahwa orang Minangkabau memang sudah inovatif sejak dulu ya.
Nagari Alam Pauah Duo
Duo jo Nagari Bukik Sundi
Suduik mato nan alah manggilo
Ati tak amuah dipaliang lai
(Negeri Alam Pauh Dua
Dua dengan Negeri Bukit Sundi
Kerlingan mata membuat gila
Hati tak dapat dipalingkan lagi)
Kabun teh di Sungai Liki
Tampak nan dari Nagari Sako
Kok indak dapek maso kini
Maso ka datang den nanti juo
(Kebun teh di Sungai Liki
Tampak dari Negeri Sako
Jika tidak bisa saat ini
Masa mendatang kunanti jua)
Tunggu apa lagi Topers, yuk kita langsung ke Rumah Gadang 21 Ruang dan lihat kemegahannya. Bangunan tersebut sekarang sudah termasuk ke dalam salah satu situs cagar budaya dan diwacanakan masuk ke dalam rekor MURI (Museum Rekor Indonesia) lho. Selain itu sahabat budaya juga tidak sabar nih ingin melihat permainan Batombe dari Nagari Abai, pasti sangat menyenangkan.
(Haris)