Halo sahabat Topers, sudah siap bertualang lagi? Oke, let’s go!
Eitt … sebentar, siapa di sini yang suka makan nasi Padang pakai sambal rendang? Sumatera Barat, selain dikenal karena kulinernya yang enak, juga terkenal dengan pemandangan alamnya yang indah dan sejuk, lho. Hal ini dibuktikan dengan penghargaan Wonderful Indonesia Tourism Award yang pernah diterima.
Dari sekian banyak kota tujuan wisata di Sumatera Barat, salah satu kota dengan daya tarik wisata unik yang bisa kamu kunjungi adalah Kota Sawahlunto. Aduh, ternyata Sawahlunto tidak hanya terkenal dengan Tambang Batu Bara, ya. Ada jalur kereta api, pemakaman Belanda, gudang ransum, museum tambang, gereja Santa Barbara, dan situs-situs tua lainnya yang masih terawat sampai sekarang, lho. Ayo, siapa yang sudah pernah ke Sawahlunto?
Omong-omong soal Sawahlunto nih, rasanya belum lengkap kalau kita ngga bahas bangunan yang satu ini. Yup, ini dia Societeit.
Sesuai dengan kebiasaan pada zaman kolonial Hindia Belanda dulu, setiap kota yang populasi orang Belanda-nya cukup banyak, didirikankanlah suatu tempat bersosialisasi eksklusif untuk kalangan mereka, tempat tersebut diberi nama Societeit. Setelah makan malam bersama mereka akan bercerita, berdansa dan bermain musik. Bahkan di antara mereka juga ada yang bermain billiard dan bowling.
Societeit, atau dalam Bahasa Indonesia dapat diartikan sebagai gedung pertemuan, didirikan pada tahun 1910 dan diberi nama Gluck Auf. Gluck Auf sendiri adalah ucapan salam dalam bahasa Jerman di kalangan para pekerja tambang yang artinya semacam harapan agar para pekerja selamat dan berhasil dalam menggali tambang. Sebenarnya kata itu merupakan singkatan kalimat dalam bahasa Jerman “Ich wünsche Dir Glück, tu einen neuen Gang auf” yang artinya; saya berharap Anda beruntung dalam menggali tambang baru.
Menurut catatan sejarah yang berhasil dirangkum, istilah Gluck Auf ini muncul pada abad ke-16. Catatan tertulis pada 1575, Hans Zobeld memberi nama salah satu tambangnya di Erzgebirge (Ore Mountains) “uffm Glück auff”. Pada abad ke-17 ucapan salam ini telah menjadi populer di kalangan pekerja tambang di Erzgebirge. Dalam perjalanan sejarah, kata ini akhirnya menjadi populer di daerah yang menjadi bagian dari Jerman, sekarang kata ini tetap dipakai di Ceko, Austria, Polandia dan Slovenia.
Oh iya, Sawahlunto juga mendapat julukan Belanda Kecil, lho. Bisa dibayangkan berapa jumlah orang Belanda yang tinggal di sana? Pasti sangat banyak, bukan?
Pada tanggal 1 Desember 2006, gedung Societeit ini diresmikan sebagai Gedung Pusat Kebudayaan (GPK) Kota Sawahlunto. Kemudian sejak tahun 2011 menjadi bagian Gedung serba guna Hotel Parai. Jadi, dapat dibayangkan bahwa gedung ini mempunyai peran tersendiri dalam kehidupan masyarakat Eropa, khususnya bangsa Belanda. Menjadi bangunan yang penting karena di Societeit mereka dapat bercengkerama, bertukar pikiran, makan malam bersama dan berdansa.
Baiklah, Topers, sampai di sini petualangan kita, sampai jumpa di petualangan selanjutnya, ya.
(Haris)