Oleh : Adpi Gunawan, SST
*) Penyuluh Pertanian Muda
Pada tahun 2022 ini Kabupaten Sijunjung genap berusia 73 tahun, usia yang tidak muda tentunya. Peringatan HJK (Hari Jadi Kabupaten) Sijunjung ke-73 jatuh pada tanggal 18 Pebruari 2022, yang nantinya akan digelar melalui Rapat Paripurna Istimewa di DPRD Kabupaten Sijunjung, Jalan Lansek Manih, Kandang Baru.
Pada kesempatan kali ini penulis ingin mengajak kita semua untuk mengenal lebih jauh mengenai varietas unggul “Lampai Sirandah” pada tanaman padi sawah sebagai bentuk apresiasi terhadap Kabupaten Sijunjung yang akan berulang tahun ke-73 sekaligus bentuk pengayaan literasi pembaca mengenai aneka jenis varietas padi yang bisa diterapkan oleh petani selaku pelaku utama pembangunan dibidang pertanian.
Disamping itu yang tak kalah pentingnya juga tulisan ini mengajak pembaca sebagai ajang pengenalan produk pangan baru yang bisa dikonsumsi oleh pembaca sebagai bagian dari konsumen tentunya.
Bagi masyarakat di Nagari Aie Angek, Kecamatan Sijunjung sudah tidak asing lagi dengan yang namanya padi “Lampai Kuning”. Kalau kita pergi ke Pasar Sijunjung pada hari Kamis yang merupakan hari pekan di Pasar Sijunjung, banyak amak-amak yang menjual beras dengan sebutan “Boghe Owun” sebutan lokal yang artinya beras harum. Beras IR 66 dijual dengan harga Rp. 9.500,- per liter biasanya, kemudian Cisokan dijual dengan harga Rp. 10.000,- per liter, selanjutnya Junjung dijual dengan harga Rp. 10.000,- per liter, sementara Beras Harum dijual Rp. 10.500,- per liter.
Menurut salah seorang pelaku usaha perberasan di Nagari Aie Angek yang penulis jumpai tahun 2020 lalu, Khairuni, Beras Harum telah diekspor ke Lubuk Jambi, Kabupaten Kuantang Singingi, Propinsi Riau serta daerah lainnya dalam bentuk kemasan 10 kg dan diberi label “Beras Aie Angek” dan beras ini sangat disukai konsumen dengan citarasanya yang khas.
Beras harum ini adalah produk daripada padi Lampai Kuning yang banyak dibudidayakan di Nagari Aie Angek, Kecamatan Sijunjung, Kabupaten Sijunjung hingga sekarang pada setiap musim tanamnya, dan ada satu tradisi yang masih berlaku hingga saat ini di Nagari Aie Angek yang merupakan keunggulan spesifik lokalita yakni “Bakaua”. Keunggulan bakaua ini adalah terjadinya pola usaha tani bertanam padi serentak setelah dilakukannya bakaua.
Padi Lampai Kuning memiliki umur tanaman yang panjang dan bentuk padi yang tinggi sehingga mudah rebah namun memiliki aroma dan rasa yang disukai masyarakat setempat (www.batan.go.id).
Melalui kerjasama dengan BATAN (Badan Tenaga Nuklir Nasional) dilakukanlah yang namanya proses radiasi nuklir mulai tahun 2015 hingga diterbitkannya Keputusan Menteri Pertanian Republik Indonesia Nomor: 849/HK.540/C/06/2020 pada tanggal 17 Juni 2020 yakni pengakuan terhadap Varietas Lampai Sirandah.
Berbicara mengenai Lampai Sirandah mungkin sebagian pembaca jadi teringat akan sebuah pulau di Kota Padang yang bernama Pulau Sirandah. namun yang dimaksud oleh Lampai Sirandah ini bukanlah Pulau Sirandah.
Lampai Sirandah merupakan akronim daripada LAMPAI (Lampai Kuning) dan SIRANDAH (Sijunjung Radiasi Nuklir Daerah), begitu sejarahnya ya gaess.
Pemulia daripada varietas padi Lampai Sirandah sebagaimana dikutip dari pertanian.go.id tentang Berita Resmi PVT No. Publikasi: 046/BR/PP/11/2020 yakni terdiri dari Sobrizal, Hendra, dan Carkum.
Mengenai deskripsi varietas Lampai Sirandah diantaranya adalah: tinggi 104 cm, anakan produktif 22, umur panen 105 hst (hari setelah tanam), jumlah gabah isi per malai 160 butir, potensi hasil 9,77 t/ha, ketahanan hama agak rentan wereng coklat, warna beras putih, bobot 1.000 butir 31,08 gr, tekstur nasi pera, serta kadar amilosa 29,89 % demikian Berita Resmi PVT yang ditandatangani oleh Prof. (Riset) Dr. Ir. Erizal Jamal, M.Si selaku Kapus PVTPP (Kepala Pusat Perlindungan Varietas Tanaman dan Perizinan Pertanian).
Di Nagari Koto Baru, Kecamatan IV Nagari, Kabupaten Sijunjung sebagai pelaksana IPDMIP (Integration Participatory Development Management of Irrigation Project), pada hari Kamis 14 Oktober 2021 lalu dilaksanakan FFD (Farmers Field Day) bahaso awaknyo “hari petani bakumpua” guna memperkenalkan hasil panen varietas Lampai Sirandah kepada khalayak.
Hadir pada acara yang digelar di Kelompoktani Ranah Pauh saat itu sebanyak 30 orang antara lain: TPM IPDMIP dari BAPPPEDA, Juru Pengairan dari Dinas PU, Anggota KOMIR, Mahasiswa magang asal STIPER, Koordinator BPP Kecamatan IV Nagari bersama staff dan PPL, Wali Nagari Koto Baru Pendri Yusman, Keltan Ampuro, Ninik Mamak Al Hamdan Pandito Majolelo, serta pemilik sawah Desniwati.
Dengan perlakuan sederhana (irigasinya sederhana, pemupukannya sederhana, penyuluhnya sederhana, hehe…) setelah dilakukan panen bersama pada lokasi LL (labor lapangan) IPDMIP berdasarkan ubinan diperoleh hasil 6,56 ton/hektar.
“Kita sangat bersyukur dengan hasil yang kita peroleh ini” demikian ungkapan Wali Nagari Koto Baru Pendri Yusman yang juga pernah menerima piagam “Adikarya Pangan Nusantara” pada tahun 2019 lalu saat menghadiri FFD Varietas Lampai Sirandah tersebut.
FAO (Food and Agriculture Organization) sebagai lembaga dunia yang mengurusi pangan bersama IAEA (International Atomic Energy Agency) sebagai lembaga dunia yang membidangi atom bahkan telah mengapresiasi terhadap keberadaan Varietas Lapai Sirandah ini sebagai inovasi Pemerintah Daerah Kabupaten Sijunjung bersama BATAN.
Dalam beberapa kali kunjungan ke kelompoktani yang ada di Kabupaten Sijunjung sangat banyak petani yang menanyakan tentang informasi mengenai akses memperoleh benih Lampai Sirandah. Mengingat tingginya antusiasme petani selaku pelaku utama dibidang pertanian untuk menggunakan varietas Lampai Sirandah ini, menandakan tumbuhnya kecintaan pada produk unggulan daerah.
Dalam berbagai kesempatan Bupati Sijunjung Benny Dwifa Yuswir, SSTP, M.Si yang berpasangan dengan Wakil Bupati H. Iraddatillah, S.Pt selalu menekankan bahwa pertanian adalah sektor unggulan, pertanian adalah sektor yang mampu bertahan ditengah gempuran pandemi covid-19 sekaligus penyelamat dimasa pandemi, dan pertanian adalah penyumbang terbesar PDRB (Produk Domestik Regional Bruto).
Selamat ulang tahun ke-73 Kabupaten Sijunjung “Ranah Lansek Manih”, Dimana Bumi Dipijak Disitu Langit Dijunjung.
*) Penulis Berdomisili di Kabupaten Sijunjung.