Catatan: Kamsul Hasan, SH, MH
Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan menaikkan upah di DKI Jakarta “diluar pakem” yang hanya 0,85 persen dari tahun sebelumnya.
Kenaikan hampir Rp 38 ribu selain ditolak buruh dengan demo, juga dinilai Anies terlalu kecil dan di bawah tingkat inflasi Jakarta, sebesar 1,14 persen.
Keluar pakem Anies gunakan data BI tentang pertumbuhan ekonomi Indonesia Tahun 2022 antara 4,7 sampai 5,5 persen dan bertemu angka rata-rata 5,1 persen.
https://voi.id/berita/117897/terungkap-apa-yang-bikin-gubernur-anies-nekat-revisi-kenaikan-ump-dki-jadi-5-1-persen
Buruh menerima “jalan tengah’ antara tuntutannya dan kepuasan Anies. Namun asosiasi pengusaha nyatakan keberatan.
Simpang jalan putusan kenaikan UMP DKI juga dirasakan mereka yang berusaha pada sektor informal, pedagang rumahan.
Buat pekerja yang terima upah dari tauke, senang kenaikan mencapai 5,1 persen sehingga upah harian rata-rata sekitar Rp 185 ribu.
Buat pedagang lontong sayur, nasi uduk, apalagi lontong isi dan gorengan untuk mendapat penghasilan (laba bersih) sehari Rp 185 ribu, hal sangat berat.
Untung sepiring nasi uduk atau semangkok lontong sayur hanya Rp 2 ribu, itu artinya harus jual 95 piring nasi uduk atau lontong sayur.
Mereka yang jualan lontong isi, oncom atau sayuran seharga Rp 1.500 atau Rp 5 ribu / empat lebih berat lagi, bila keuntungan Rp 500 per lontong.
Keluhan juga datang dari mereka yang berdagang gorengan seperti pisang, tahu, tempe dll. Harga minyak goreng naik, keuntungan praktis turun.
Bila yang untung Rp 500 saja harus jual 370 barang dagangan untuk mendapat Rp 185 ribu.
Bagaimana pedagang gorengan yang untungnya kini semakin mengecil akibat naiknya berbagai harga bahan baku.
Jakarta, 28 Desember 2021
Kamsul Hasan merupakan Ketua Bidang Kompetensi PWI Pusat, Dosen IISIP, Jakarta dan Mantan Ketua PWI Jaya 2004-2014