Sejumlah penggiat dan mahasiswa yang tergabung dalam organisasi Serikat Petani Indonesia (SPI) Pasaman Barat, Gerakan Mahasiswa Petani Indonesia (Gema Petani) dan Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI), ancam akan mengerahkan kekuatan lebih besar jika penyelesaian konflik agraria oleh Pemerintah Kabupaten Pasaman Barat, Sumatera Barat, terus melambat.
Hal itu ditegaskan oleh Sekretaris Jenderal GMNI Sumatera Barat, Pandu Putra Utama, disela-sela kegiatan Bincang-bincang Pasca Aksi Damai yang dilancarkan bersama kelompok penggiat lainnya, baru-baru ini.
“Kita harus menyadari bahwa Kabupaten Pasaman Barat sudah memasuki fase tak hanya sekadar konflik tapi sudah melebar ke situasi Darurat Konflik Agraria, ” ungkapnya.
Hal itu, lanjutnya, dapat dilihat dari semakin tingginya eskalasi sengketa lahan yang terjadi antara masyarakat dengan sejumlah perusahaan perkebunan besar asing di daerah itu.
Bahkan, lanjutnya, potensi gesekan sosial sudah semakin tinggi dengan adanya tindakan represif yang dilancarkan pihak perusahaan dalam meredam perlawanan yang terjadi.
“Kondisi ini tidak boleh dibiarkan karena sejatinya sebagai masyarakat adat kaum pemilik ulayat, tentu mereka punya hak atas lahan-lahan tersebut dan butuh kepastian hukum demi masa depan anak cucu kemenakan nantinya, ” tegas Pandu.
Menurutnya, GMNI akan terus menggalang kekuatan massa dan kekuatan juang dengan kembali ke basis massa petani.
Selaku Golongan Muda dan Mahasiswa, lanjutnya, pihaknya mempunyai beban dan tanggung jawab moril dalam mencerdaskan kehidupan bangsa sekaligus memberikan pemahaman kepada lapisan masyarakat bahwa Reforma Agraria sejatinya harus diwujudkan.
“Kita juga ingin golongan tua pengacau tidak bermain di atas penderitaan petani, sadarlah dan mari saling berangkulan tangan untuk memperjuangkan nasib bersama untuk melawan kepentingan oknum koorporasi, tirani dan elite politik yang bermain saat ini, ” ajaknya.
Sementara itu, penggiat dari lembaga Gema Petani, Yoggy E. Sikumbang, menambahkan diskusi publik yang diselenggarakan itu dilatar belakangi atas aksi damai yang mereka lancarkan dan sekaligus wadah evaluasi dan diskusi para aktivis konflik agraria di Pasaman Barat.
“Nyala api perjuangan mesti kita jaga dan pastikan tetap menggelora sebab memantik api perlawanan sangat mudah namun menjaga konsistensi itu yang sulit, ” tegas Yoggy.
Senada, Sekretaris DPC SPI Pasaman Barat, Rio Rama Kota mengatakan pihaknya merasa bangga sekali atas terlibatnya mahasiswa dalam perjuangan petani.
“Kita sangat bangga sekali melihat kaum milenial intelektual bergandeng tangan untuk sama sama memperjuangkan hak petani, ” tutupnya.
Hadir dalam diskusi publik kali ini adalah Yoggy E. Sikumbang dari Gema Petani, Pandu Putra Utama dari GMNI dan Rio Rama Kota dari SPI yang bertindak sebagai narasumber
Kegiatan dimoderatori oleh Zul azmi dari Pemuda Tani SPI Pasaman Barat serta para pemuda dan mahasiswa yang fokus dalam perjuangan konflik agraria di Pasaman Barat.
Sebelumnya, Utusan penggiat dan mahasiswa menggelar aksi damai untuk membela kaum petani yang dipusatkan di Halaman Kantor Bupati Pasaman Barat, Sumatera Barat, Senin (27/12).
Koordinator aksi damai tersebut yang sekaligus menjabat sebagai Sekretaris Jenderal Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) Sumatera Barat, Pandu, kegiatan tersebut merupakan bentuk pernyataan sikap atas banyaknya konflik agraria di daerah itu.
“Kami melihat progres penyelesaian konflik agraria oleh Bupati Pasaman Barat yang dalam hal ini selaku ketua Gugus Tugas Reforma Agraria (GTRA) di daerah sebagaimana diatur dalam Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 86 Tahun 2018 Tentang Reforma Agraria, masih belum jelas dan tegas menunjukkan keberpihakan kepada masyarakat, ” tegasnya.*
(Rully Firmansyah)