Catatan: Taufiq Lamsuhur
Polandia atau dalam bahasa setempat disebut Polonia adalah sebuah negara di Eropa Tengah, meskipun secara geopolitik pernah juga disebut bagian dari Eropa Timur.
Tulisan berikut akan sedikit mengulas peluang komoditi kopi Indonesia di negara Lech Walesa ini.
Kopi dalam bentuk bean atau dalam bentuk minuman menjadi salah satu komoditi yang menjanjikan di Polandia saat ini. Setelah sebelumnya banyak mendapatkan restriksi di era komunisme, sejak tahun 1989 warga Polandia semakin menikmati kopi dalam berbagai bentuk di pasar.
Dalam laporan Coffee Business Intelligence edisi Oktober 2019 “Poland: the Coffee Market Away from Home”, disebutkan bahwa 80% dari orang dewasa di Polandia mengkonsumsi kopi secara regular, setidaknya satu cangkir dalam sehari. Bahkan 16% dari mereka itu meminum beberapa cangkir kopi dalam satu hari.
Apabila pada awal 1990-an, orang Polandia mengkonsumsi kopi 2 kg per-orang dalam setiap tahunnya, maka pada tahun 2000-an angka tersebut meningkat drastis karena pasar untuk industri kopi tumbuh lebih dari 6% setiap tahunnya, setidaknya hingga tahun 2021. Pada 2010 menjadi 2,3 kg/thn/orang dan pada tahun 2018 menjadi 2,7 kg/thn/orang.
Dengan jumlah populasi yang menjadi 38,4 juta orang, Polandia saat ini tercatat sebagai negara terbesar di Eropa Tengah yang mengkonsumsi kopi atau nomor enam untuk keseluruhan negara Eropa.
Tentunya market size dari Polandia jauh lebih besar dari 38 juta karena di Polandia juga terdapat 3-5 juta pekerja migran atau pekerja negara UE lainnya (yang tidak mau menyebut dirinya sebagai pekerja migran) dan 40-60 juta para wisatawan asing yang berkunjung sepanjang tahun ke Polandia dari berbagai negara di belahan dunia.
Jaringan kedai kopi yang paling besar saat ini di Polandia adalah Costa Coffee (sebelumnya menggunakan branding Coffee Heaven), Starbucks, Green Nero Caffee, McCafe (Mc.Donnald) dan Grycan (milik asli Polandia, yang pada awal berkonsentrasi hanya pada ice cream dan coklat). Saat ini jenis robusta lebih banyak diminati oleh pelanggan dibandingkan arabika.
Diperkirakan jumlah jaringan kedai kopi internasional di Polandia akan mencapai 950 pada tahun tahun 2021 dengan sekitar 150 kedai kopi yang menawarkan “speciality”.
Jaringan coffee shop juga muncul di beberapa waralaba dan POM bensin, seperti: Stop Coffee (di semua jaringan POM bensin PKN Orlen), Zabka Coffee (di hampir semua waralaba Zabka).
Berdasarkan data tahun 2017, 76% dari total kopi yang diimpor oleh Polandia berasal dari negara Jerman. Sementara 21% lainnya berasal dari negara lain lainnya yaitu: Vietnam (10%), Brazil (3%), Uganda (2%), India (2%), Honduras (1%) dan Kolombia (05%).
Khusus yang diimpor dari Jerman, kontribusi negara-negara supplier adalah: Brazil (31% of total impor Jeran), Vietnam (23%), Honduras (9.3%), Colombia (5.4%), Peru (4.9%) dan Indonesia (4.5%).
Jadi terlihat memang kopi Indonesia belum banyak yang langsung masuk ke Polandia, umumnya dari negara ketiga: Jerman atau Belanda.
Tentu ada beberapa alasan kenapa kopi Indonesia masuknya dari negara-negara tersebut, antara lain faktor transportasi logistik.
Pengiriman kargo atau kontainer Indonesia untuk masuk ke pasar Eropa secara tradisional melalui pelabuhan Rotterdam (Belanda) dan Hamburg (Jerman) sehingga pengiriman via pelabuhan-pelabuhan lautnya menimbulkan biaya yang lebih mahal dan jangka waktu pengiriman serta bongkar muat yang lebih lama.
Disamping itu, telah terdapat sistem line of business tradisional yang memetakan jalur distribusi dan pemasaran produk kopi selama ini.
Selain itu, jaringan kedai kopi, bean dan roasted been serta kopi instant lainnya juga dipasarkan di Polandia terutama melalui distributor utama yang merupakan jaringan internasional, seperti: Biedronka (Portugal); Lidl and Kaufland (Germany); abc and Lewiatan (owned by Eurocash, Poland); Tesco (the United Kingdom); Auchan (France); Carrefour (France) dan jaringan perusahaan lokal seperti: Mondelēz Polska SA, Nestlé and Jacobs Douwe Egberts, Tchibo Warszawa Sp, Strauss Group Polska (pemilik MK Café), Mokate and Pluton.
Untuk dapat lebih memasuki pasar kopi di Polandia terdapat beberapa pertimbangan bisnis yang perlu diperhatikan oleh pengusaha kopi Indonesia, yakni:
Pertama, memasuki sebuah pasar dengan modal yang terbatas atau masih kecil, tentu tidak mudah. Untuk itu perlu bergabung dengan kelompok-kelompok tententu sehingga bisa menekan ataupun berbagi biaya dalam hal pengiriman pengepakan dan juga dalam hal distribusi.
Kedua, perlunya mengikuti kegiatan-kegiatan promosi dalam berbagai bentuk, seperti: mengikuti pameran kopi, presentasi kopi pada event-event khusus, penyebaran informasi melalui berbagai media, mengikuti lomba barista, pengenalan produk ke perusahaan-perusahaan tertentu, dan lain-lain.
Tentunya skala promosi yang dilakukan harus sesuai dengan kemampuan finansial masing-masing pelaku bisnis, dapat dilakukan secara individu maupun secara kolektif.
Dalam hal ini Pemerintah Indonesia akan mengikuti even tahunan pameran kopi terbesar di dunia, yakni Word of Coffee di Warsawa, 23-25 Juni 2022.
Ketiga, dalam bisnis kopi ternyata petani hanya kebagian 0,02% dari harga secangkir kopi di sebuah Café shop. Logikanya, proses pengayaan nilai dari sebuah kopi lebih kepada unsur kemasan, mesin-mesin pengolah kopi, gaya sajian, pelayanan dan venue dimana kopi tersebut diminum atau diseduh.
Akan sangat baik, apabila kopi Indonesia di Polandia dikemas tidak hanya sekedar cofee bean atau biji kopi. Perlu adanya investor-investor di sektor lain di luar petani kopi itu sendiri. Usaha coffee shop adalah salah satu usaha pengayaan nilai kopi yang paling menjanjikan.
Keempat, faktor pesaing. Dalam hal komoditi, beberapa negara penghasil kopi yang akan menjadi pesaing Indonesia adalah: Brasil, Vietnam, Kolombia, Ethiopia, Honduras, Uganda, Meksiko, Peru dan Guatemala. Indonesia perlu lebih memperkenalkan produknya ke para coffee lovers dengan branding-branding yang menarik dan mudah diingat.
Kelima, kopi tidak hanya dapat dinikmati dalam “secangkir kopi” tetapi mempunyai banyak kegunaan atau manfaat atau nilai guna lainnya.
Promosi kopi yang dikaitkan dengan promosi produk-produk turunannya akan semakin menambah nilai ekonomi dari kopi itu sendiri. Penambah rasa pada produk-produk kue, penambah flavour pada parfum atau pewangi ruangan atau produk turunan kopi lainnya.
Beruntung Indonesia karena memiliki berbagai jenis dan citra rasa kopi. Banyak aktor dan faktor yang perlu terlibat dan bekerja sama untuk menjadikan komoditas kopi Indonesia makin mendunia!!!!!
Penulis : Taufiq Lamsuhur. Kuasa Usaha Sementara KBRI Warsawa, Polandia. Ia juga kerap menjadi pengamat isu-isu sosial.