Catatan: Kamsul Hasan, SH, MH
Sepak bola sudah lama menjadi industri. Selain transfer pemain, menyedot iklan, juga hadir rumah judi.
Rumah judi Asia dan Eropa terus mengembangkan sayap dengan berbagai jenis taruhan dan mereka memiliki analisis.
Final Piala AFF antara Indonesia dan Thailand tidak terlepas dari perhatian rumah judi Asia dan Eropa.
Selain menyajikan infografis kekuatan masing-masing tim juga disajikan faktor lainnya, termasuk non teknis.
Lahirlah, tiga hari silam yang dinamakan “pasaran tembok”. Indonesia divoor satu bola tetapi dikenakan key 35 %.
Itu artinya petaruh Indonesia sudah kantongi skor 1-0. Jadi bila Thailand hanya menang satu gol kedudukan jadi 1-1.
Tidak ada transaksi pasangan awal bila Tim Atas hanya menang satu gol, termasuk key sebesar 35 %.
Namun apabila hasil akhir lebih dari satu bola, maka petaruh bawah yang dapat voor satu bola, bayar taruhan 135 %.
Makelar atau calo judi bola, biasanya “main bawah”. Itu sebabnya pada pasaran awal uang judi banjiri Indonesia.
Grafis dua hari sebelum final, kondisinya berubah. Voor untuk Indonesia dikurangi menjadi 3/4 bola atau setengah-satu.
Thailand tidak hanya kasih bola tapi juga kena key 25 % dan Indonesia dapat 5 % bila Thailand kalah atau draw.
Istilah setengah-satu artinya bila Thailand menang dengan selisih satu bola, petaruhnya sudah menang setengah.
Melihat pasaran hari kedua, makelar melakukan asuransi atau “mencuci bola”. Pasangan awal di Indonesia dipindahkan ke Thailand.
Makelar berharap hasil akhir selisih satu gol untuk Thailand. Dengan demikian stok taruhan memberikan keuntungan 50 %.
Gerakan di rumah judi, pada hari ini Indonesia yang semula dapat 3/4 bola dan key 5 %, menjadi kena key 5 %.
Apa makna gerakan infografis di rumah judi ini. Apakah bandar mencegah petaruh terus bertahan di Indonesia ?
Bisa juga rumah judi serakah, key uang dikenakan pada pemain atas dan bawah. Bandar dengan demikian akan menambah pundinya dari sini.
Analisis rumah judi juga menghitung faktor penonton di lokasi pertandingan. Singapura dan Malaysia tidak ingin Indonesia menang apalagi juara.
Jakarta, 29 Desember 2021
Kamsul Hasan merupakan Ketua Bidang Kompetensi PWI Pusat, Dosen IISIP, Jakarta dan Mantan Ketua PWI Jaya 2004-2014