Pencanangan Nagari Pandai Sikek sebagai Kampung Taxus diresmikan Gubernur Sumatera Barat Mahyeldi. Pencanangan yang ditandai dengan penanaman di Puncak Gunung Singgalang, Pandai Singkek, Selasa (30/11/2021).
Ini merupakan sebuah langkah awal dalam upaya konservasi jenis taxus di Ranah Minang. Taxus salah satu spesies tumbuhan obat adalah Taxus (Taxus sumatrana).
Menurut Mahyeldi berdasarkan uji yang dilakukan peneliti Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan (P3HH) Badan Litbang dan Inovasi Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (BLI KLHK) sudah memastikan jenis tanaman itu memiliki kandungan zat aktif anti kanker.
“Kabar gembira bagi kita semua, bahwa salah satu populasi Taxus sumatrana terletak di Gunung Singgalang yang memiliki prospek yang besar untuk dikembangkan dalam industri farmasi, memiliki kandungan zat aktif anti kanker,” kata Gubernur Mahyeldi.
Namun pada sisi lain, Taxus memiliki sifat pertumbuhan yang lambat dan regenerasi yang relatif sulit, ditambah lagi daerah penyebaran yang terbatas, menyebabkan populasi spesies Taxus sumatrana sangat kecil dan mengarah pada kelangkaan.
“Oleh karena itu, perlu upaya kita bersama untuk melakukan konservasi dan pengembangan terhadap jenis tanaman Taxus ini,” ungkapnya.
Selanjutnya Gubernur Mahyeldi memberi apresiasi dan menyambut baik kepada para penggagas acara pencanangan “Nagari Taxus” ini, mudah-mudahan dengan melakukan inisiatif acara ini akan menggaungkan Sumatera Barat dan mendorong masyarakat di Nagari Pandai Sikek dan umumnya masyarakat dapat di kaki Gunung Singgalang kembangkan tanaman Taxus secara mandiri, yang akhirnya menambah populasi dan spesies Taxus sumatrana terhindar dari kepunahan.
“Dengan menanam pohon berarti kita telah menanam doa dan harapan untuk masa akan datang. Menanam merupakan bentuk kesadaran dan kepedulian kita terhadap pemulihan pemulihan sumber daya hutan dan lahan, di samping menanam pohon juga memberikan manfaat langsung terhadap kesejahteraan masyarakat,” tukasnya.
Sementara itu, Kepala Dinas Kehutanan Sumbar Yozarwardi mengatakan Taxus sumatrana ini bisa meningkatkan nilai tambah dan produktivitas produk pertanian dan kehutanan.
“Seperti yang kita ketahui, Taxus ini memiliki nilai tambah yang banyak terutama di bidang farmakologi dan ekonomi. Maka dengan terjaganya kelestarian taxus di Singgalang merupakan aset negara ini ke depannya,” ucap Yozarwardi.
Harapan ke depan, sinergitas yang ada hingga saat ini antara Dinas Kehutanan Sumatera Barat, BKSDA Sumatera Barat, BPDASHL Agam Kuantan, BP2TSTH Kuok, pemerintah daerah dan pemangku adat yang ada di Nagari Pandai Sikek tetap terlaksana.
Dengan demikian, Taxus Sumatrana, salah satu kekayaan plasma nutfah di negara mega biodiversitas terbesar kedua di dunia ini tetap terjaga.
Menurut Kepala Balai Penelitian dan Pengembangan Teknologi Serat Tanaman Hutan (BP2TSTH) Kuok, Priyo Kusumedi, hasil eksplorasi Taxus yang dilakukan Tim Peneliti BP2TSTH Kuok bekerja sama dengan BKSDA Sumbar dan masyarakat Pandai Sikek telah memperkaya informasi dan temuan baru terkait potensi dan penyebaran Taxus di Pulau Sumatera, khususnya di Sumatera Barat.
“Pencanangan ini merupakan salah satu bentuk kiprahnya terkait pelestarian Taxus sumatrana yang lebih dikenal dengan cemara sumatra ini,” terang Priyo Kusumedi.
Selain itu, Litbang Kuok juga membimbing Kelompok Tani Hutan (KTH) Taxus Singgalang dalam pembuatan proposal kemitraan kepada perusahaan BUMN. Upaya tersebut dilakukan untuk merealisasikan Pandai Sikek sebagai icon taxus melalui skema pemberdayaan masyarakat, guna mengembangkan wisata ilmiah tanaman langka Taxus sumatrana sebagai bahan bioherbal dari aspek hulu hingga ke hilir.
“Semoga dengan penanaman pohon Taxus ini bisa memperoleh manfaatnya, terutama bagi masyarakat sekitar hutan sekaligus menjaga kelestariannya, perlu dilakukan domestikasi dan pengembangan jenis ini menjadi produk herbal,” ujarnya.
(Red/ADPIM SUMBAR)