Sebagai tindak lanjut dari kesepakatan kerjasama antara Pemko Solok dengan lembaga Sociopreneur Indonesia pada Oktober lalu, Dinas Pariwisata menggelar pertemuan bersama pelaku usaha ekonomi kreatif (Ekraf), salah satu sasaran dalam serangkaian program empathy project yang akan dilaksanakan di Kota Solok pada tahun 2022 mendatang.
Pertemuan yang digelar pada Selasa (2/11) siang di kantor Dinas Pariwisata itu dipandu oleh Kepala Dinas Pariwisata Kota Solok Hj. Elvy Basri, SE, MM bersama perwakilan Sociopreneur Indonesia dalam rangka identifikasi dan menggali potensi ekonomi kreatif dan pariwisata lokal yang nantinya akan dilakukan pendampingan penuh dengan melibatkan LKAAM, Bundo Kanduang, pegiat Kampung Wisata, Dewan Kesenian, GenPI, para duta wisata serta perwakilan pelajar dan mahasiswa.
Program Empathy Project sendiri merupakan program unggulan dari Sociopreneur.id yang bergerak dalam bidang kewirausahaan, inovasi serta kreativitas sosial dimana akan didampingi oleh para relawan berpengalaman nantinya.
Dessi Aliandra selaku Founder & Executive Director Sociopreneur.id menjelaskan masa proses pembinaan, pendampingan dan pengembangan terhadap UMKM lokal direncanakan berlangsung selama 24 bulan dengan target 40 pelaku usaha Ekraf. Selain itu juga akan dilakukan pendampingan untuk sektor pariwisata lokal yang masih belum tergali potensi serta keunikannya.
Dessy menegaskan, pihaknya akan fokus pada pengembangan pariwisata berbasis kultural yang seiring dengan nilai agama dan adat istiadat sehingga tidak kehilangan potensi lokal.
“Yang perlu ditonjolkan dan dijaga itu adalah budaya kita, nilai agamis dan juga nilai adat istiadatnya, apa yang membuat Kota Solok ini berbeda dengan yang lainnya. Untuk apa meniru budaya luar? Kenapa tidak bangga dengan apa yang kita punya? Karena itulah yang akan menjadi daya tarik dan pengalaman yang akan kita berikan kepada pengunjung nantinya, sehingga menarik wisatawan datang ke Kota Solok,” jelasnya.
Oleh sebab itu, lanjutnya, perlu digali keunikan dan apa yang perlu ditonjolkan sehingga pariwisata ini tidak bersifat temporary atau sesaat.
Dari hasil diskusi, salah satu hal yang menjadi hambatan pariwisata Kota Solok adalah bagaimana mengerakkan potensi yang ada, bagaimana strategi branding serta pemanfaatan digitalisasi. Dengan bekerjasama dengan Sociopreneur diharapkan dapat membantu memberdayakan usaha masyarakat khususnya dalam sektor pariwisata dan ekonomi kreatif.
Dalam pertemuan itu, Kepala Dinas Pariwisata juga menyampaikan sejauh ini Pemko Solok telah melakukan pembinaan terhadap tujuh kelompok sadar wisata, membina dua kampung wisata, mendorong pembentukan dewan kesenian dan forum ekonomi kreatif.
Menutup pertemuan, Elvi Basri menekankan bagi pelaku usaha Ekraf dan penggiat wisata agar dapat memanfaatkan kesempatan ini dengan sebaik mungkin, diawali dengan niat dan keinginan untuk berkembang sehingga kesempatan pendampingan ini tidak terbuang sia-sia.
(gra)