Oleh : Taufiq Lamsuhur
Jika anda lagi di Warsawa kurang lengkap kalau tidak berkunjung ke Restoran Sambal, satu-satunya rumah makan asli Indonesia di ibukota Polandia.
Tidak hanya mampu mengobati rasa kangen para WNI/diaspora atas citra rasa kuliner nusantara, Restoran Sambal juga dapat mengembalikan suasana Indonesia bagi orang asing, Polandia atau siapa saja yang berkunjung ke restoran ini.
Wajar saja dalam situs TripAdvisor menempatkan Restoran Sambal sebagai salah satu restoran Asia yang direkomendasikan oleh situs tersebut karena penilaian mereka yang tinggi atas restoran Indonesia ini baik dari segi rasa (point 5, tertinggi), jasa pelayanan (5) dan harga makanan (4,5).
Sejak dibuka pertama kali pada tahun 2017, tepatnya pada tanggal 2 Oktober 2017, Restoran Sambal menyajikan beberapa kuliner khas nusantara antara lain: gado-gado, tempe mendoan, ayam betutu Bali, sate ayam, laksa bogor, bebek sambal mata, soto ayam, rendang Padang, nasi goreng, mie goreng, risoles, dll.
Restoran juga memiliki menu teh hangat tawar/manis khas Indonesia. Juga tersedia kolak pisang, kue-kue khas Indonesia, dadar gulung.
Bahkan minum jamu Indonesia juga dapat dinikmati para pengunjung di sini. Sehingga para pengunjung dapat juga menikmati kuliner khas Indonesia ala “fine-dining” yang diawali dengan makanan pembuka, makanan utama dan makanan penutup.
Restoran Sambal atau dalam bahasa Polandia dikenal dengan Sambal “Restauracja Indonezyjska” ini juga dapat dipesan melalui berbagai aplikasi kuliner online di Warsawa, misalnya pyszne.pl, uber eats dan glovo.
Bertahan lebih dari 4 tahun di bisnis kuliner di salah satu kawasan strategis di Kota Tua, Warsawa tentunya sebuah prestasi yang membanggakan bagi Restoran Sambal yang dikelola langsung oleh sang koki Sahnil A. Farobiansah ini.
Beberapa catatan dari sang juru kuliner dari Jember Jawa Timur ini adalah bahwa usaha kuliner memang harus dikawal dengan sepenuh hati dan sisi produksi makanan harus menjadi prioritas tertinggi dari sebuah industri kuliner. “Para Pelanggan adalah raja”, tambah mas Sahnil sehingga masukan dari para pelanggan baik yang disampaikan langsung maupun secara tertulis dalam platform online menjadi suatu keharusan yang wajib diperhatikan dan diperbaiki.
Saat ini tercatat terdapat 3 restoran Indonesia di Polandia, 1 (satu) di Kota Warsawa dan 2 (dua) di Kota Poznan. Sebelumnya terdapat juga beberapa usaha kuliner dengan menggunakan branding “Indonesia”, seperti: Waroeng Jakarta, Gado-Gado, Galeria Bali dan Bali Cafe, tapi karena sesuatu dan lain hal, usaha-usaha bisnis “Indonesia” tersebut akhirnya tutup.
Bagaimana sebenarnya peluang bisnis kuliner Indonesia di Polandia?
Peluangnya sangat besar dan kesempatan tersebut terbuka lebar, setidaknya karena didukung oleh beberapa hal.
Pertama, masyarakat Polandia memiliki kebiasaan menghabiskan akhir pekan mereka untuk makan di resto bersama keluarga. Hal ini tidak terlepas dari pengaruh kehidupan modern mereka karena sehari-harinya kedua orang tua disibukkan untuk urusan bekerja.
Ditengah situasi pandemi, diakhir tahun 2020 Pemerintah Polandia memberikan subsidi voucher pariwisata kepada masyarakat Polandia untuk merevitalisasi sektor pariwisata yang betul-betul terpukul akibat wabah COVID-19.
Dengan voucher yang bernilai Pln 500/orang tersebut, penduduk Polandia secara bertahap dapat tetap melakukan kegiatan wisata, termasuk menikmati jasa hotel dan restorant khususnya yang memakai tanda “bon turystyczny”.
Kedua, sektor pariwisata terus berkembang di Polandia seiring dengan kemajuan ekonomi yang terjadi. Tempat-tempat pariwisata dikunjungi oleh banyak wisatawan domestik dan juga wisatawan international.
Terkait hal ini, juga terdapat semakin banyak wisatawan Polandia yang telah pernah berkunjung ke Indonesia dan membawa memori khusus mengenai kuliner Indonesia.
Sebagai catatan dalam 5 tahun terakhir sebelum situasi pandemi, setiap tahunnya sekitar 30-40 ribu wisatawan Polandia berkunjung ke Indonesia. Mereka juga menjadi potential market dari restoran-restoran Indonesia.
Ketiga, dengan kebijakan ekonomi yang lebih terbuka, semakin banyak produk-produk Asia yang masuk ke Polandia. Restoran-restoran Asia sekarang lebih mudah mendapatkan bumbu-bumbu khas Asia dibandingkan dengan zaman komunisme dulu.
Dari sisi Indonesia, misalnya beberapa produk makanan khas Indonesia telah masuk ke Polandia seperti: kelapa/santan, buah-buahan tropos, bumbu masak dan rempah-rempah.
Keempat, semakin bertambahnya jumlah WNI Indonesia di Polandia secara tidak langsung telah dan akan menjadi “agen” pemasaran restoran Indonesia, baik melalui teman-teman mereka, rekan sekerja dan konten-konten media sosial mereka.
Saat ini tercatat sekiatar 1.200 orang WNI di Polandia (data Kekonsuleran KBRI Warsawa September 2021) dan sekitar 600 orang lainnya yang belum tercatat dalam sistem lapor diri Perwakilan RI.
Disamping beberapa peluang di atas, juga terdapat tantangan yang dihadapi dalam membuka dan mengembangkan restoran nusantara di Polandia, yaitu berkaitan dengan aspek legalitas, aspek pesaing dan aspek teknis.
Aspek legalitas berhubungan dengan berbagai aturan yang harus dipenuhi oleh pengelola restoran, seperti: tingkat kebersihan, aturan ketenagakerjaan dan izin pembukaan usaha. Aturan-aturan ini harus dilakukan secara penuh karena di-inspeksi secara teratur oleh otoritas.
Dalam hal kompetitor, para pengusaha kuliner Indonesia akan dihadapkan pesaing dari Turki, Thailand, India dan Vietnam. Diaspora negara-negara ini telah terlebih dahulu memiliki restoran dan jaringan di Polandia karena aspek keberadaan diaspora mereka yang lebih banyak di Polandia (kecuali Thailand). Untuk Thailand, keunggulan mereka lebih diakibatkan adanya kombinasi promosi kuliner dengan promosi industri spa/salon kecantikan mereka dii hampir semua negara yang menjadi target pemasaran produk kuliner dan pariwisata Thailand di luar negeri.
Untuk aspek teknis yang paling menonjol adalah diperlukannya penguasaan bahasa Polandia dalam menjalankan dan mengelola bisnis kuliner di Polandia karena semua aspek legal berbahasa Polandia dan masih banyaknya warganegara Polandia yang memilih bahasa Polandia dalam berkomunikasi karena rasa kebangsaan yang kental di Polandia.
Kendatipun terdapat tantangan khusus dalam pengembangan promosi kuliner Indonesia di Polandia, peluang yang ada jauh lebih besar karena telah adanya praktek best practice dan lesson-learnt yang dapat diambil dari eksistensi restoran-restoran Indonesia yang telah malang-melintang di polandia, semakin banyaknya diaspora Indonesia di Polandia, terutama kalangan PMI dan PPI dan para diaspora Indonesia yang dapat berbahasa Polandia dengan baik dan semakin banyaknya akses untuk mendapatkan bahan mentah kuliner nusantara, temasuk rempah-rempah yang selama ini relatif sulit didapat di polandia.
Peluang ini tentunya akan semakin terbuka, apabila terdapat insentif khusus dari Pemerintah Indonesia dalam bentuk menjadikan promosi kuliner Indonesia di luar negeri sebagai salah satu proyek utama Pemerintah, termasuk pemberdayaan diaspora guna mendukung kegiatan promosi tersebut.
Penulis: Taufiq Lamsuhur. Kuasa Usaha Sementara KBRI Warsawa, Polandia. Ia juga kerap menjadi pengamat isu-isu sosial.