SMPN 8 Payakumbuh ikut menyukseskan gebyar vaksinasi sapu jagat yang diluncurkan Wali Kota Riza Falepi dengan banyaknya siswa yang ikut vaksinasi di sekolah pada Jumat (22/10).
Vaksinasi pertama di sekolah pada awal Oktober lalu telah diikuti sebanyak 67 siswa, lalu saat vaksinasi di dinas pendidikan pertengahan Oktober lalu diikuti sebanyak 36 siswa, kemudian pada hari ini, tercatat 221 siswa telah mendaftar untuk menerima dosis 1, termasuk siswa penerima dosis 2.
Vaksinasi itu turut dipantau Camat Payakumbuh Timur Desfitawarni, Kabid PTK Danil Devo, serta Lurah, Babinsa, dan Bhabinkamtibmas setempat. Tampak beberapa siswa sedang mengantri giliran untuk diberikan suntikan vaksin, tak sedikit siswa yang merasa takut disuntik sehingga memicu kejadian lucu dengan teman-temannya yang lain.
Menurut tenaga kesehatan yang bertugas, Eka rasa takut disuntik itu wajar dialami setiap orang, ini pula yang membuat petugas vaksinator harus jeli mencairkan suasana. Apabila terlalu lama tentu antrian akan semakin panjang dan memakan durasi pelaksanaan vaksinasi.
Sementara itu, dari keterangan Kepala SMPN 8 Hendri S saat ditemui media di ruang kerjanya, menerangkan jumlah siswa di sekolahnya sebanyak 531 siswa, dan ada 73 siswa yang masih berusia di bawah 12 tahun, semuanya siswa karena kelas 7, dan mereka tidak dibolehkan ikut vaksin.
“Kami menghadirkan 2 tim vaksinator dari Puskesmas Padang Karambia. Siswa yang belum ikut nanti bisa mengikuti vaksinasi berikutnya, karena kita memang menggelarnya bergelombang karena keterbatasan tenaga vaksinator dan waktu,” kata Hendri.
Hendri juga memaparkan saat ini masih ada orang tua siswa yang was-was anaknya ikut vaksinasi, alasannya tak lepas dari cerita hoax yang beredar di media-media sosial. Dirinya menegaskan untuk anak-anak didik yang ikut vaksinasi memang harus ada izin tertulis dari orang tua, tak ada paksaan.
“Untuk siswa yang belum divaksin, nantinya saat sekolah tatap muka secara keseluruhan diperbolehkan, memang belum bisa kami perkenankan ikut belajar di kelas secara tatap muka, mereka belajar lewat daring. Kita khawatir resikonya bisa fatal bila mereka terpapar Covid-19,” kata Hendri.
Dijelaskan lagi oleh Kepsek Hendri kalau 49 orang pendidik dan tenaga kependidikan, termasuk kepala sekolah di SMPN 8 Payakumbuh sudah divaksin. Mereka yang komorbid sempat tertunda, namun akhirnya diperbolehkan ikut vaksin setelah mendapat pemeriksaan oleh tenaga kesehatan.
Hendri menjelaskan strategi yang dilakukan olehnya selaku kepala sekolah. Saat anak-anak belajar tatap muka terbatas, mereka dikumpulkan di lapangan, kemudian diberikan sosialisasi dengan topik mengajak siswa untuk divaksin.
“Kita jelaskan kalau butuh 100 persen siswa berusia 12 tahun ke atas untuk divaksin agar kita bisa sekolah tatap muka, kita optimis bisa mencapai 70 persen lebih target,” kata Hendri.
Bahkan, menurutnya pembelajaran dengan sekolah tatap muka sangat mempengaruhi peningkatan mutu pendidikan, sementara itu pembelajaran daring dengan bershift membuat guru tak puas mengajar dan anak pun tidak puas belajar.
“Intinya, ini adalah niat dan keinginan bersama keluarga besar SMPN 8 Payakumbuh untuk mencapai herd immunity. Komite sekolah juga mendukung, mereka juga mendorong, mengajak, dan meyakinkan orang tua siswa bersama Polsekta Payakumbuh saat melakukan sosialisasi,” kata Hendri.
Salahsatu siswa, Dehan (16) kelas 9.1 asal Kelurahan Parit Rantang terlihat gugup usai divaksin, ternyata Dia pernah mengalami trauma dengan jarum suntik sejak SD. Tapi, keinginan kuatnya untuk divaksin Covid-19 didukung oleh orang tuanya.
“Setelah divaksin saya berharap bisa sekolah tatap muka full seperti biasa dan kembali bergaul dengan teman-teman tanpa khawatir terpapar Covid-19 lagi, suasana seperti semula,” kata Dehan.
(Ton)