Menurunnya kasus COVID-19 di hampir seluruh daerah di Sumatera Barat, turut berdampak kepada turunnya jumlah pasien COVID-19 yang dirawat inap di rumah sakit.
Kondisi serupa juga terjadi di RSUD Kota Padang Panjang, terjadi penurunan jumlah pasien COVID-19 yang dirawat inap dengan cukup drastis.
Bila sebelumnya RSUD Padang Panjang menyediakan tempat tidur khusus bagi pasien COVID-19 sebanyak 53 tempat tidur. Kini dikurangi tinggal menjadi 40 tempat tidur.
Bila bulan-bulan sebelumnya dengan 53 tempat tidur tingkat keterisian atau born mencapai 60 persen. Maka, kini dengan ketersediaan 40 tempat tidur, tingkat born atau keterisian hanya tinggal 1,8 persen. Artinya sudah jauh menurun.
Hal tersebut dipaparkan direktur RSUD Padang Panjang, dr. Lila Yanwar, MARS., menjawab Topsumbar.co.id di ruangan kerjanya, Senin, (11/10/2021).
Dikatakan dr. Lila, kondisi rumah sakit sekarang hampir sama, termasuk RSUD Padang Panjang, yakni mengalami penurunan jumlah pasien COVID-19.
Selain itu kebutuhan oksigen juga sudah tercover dan idak begitu banyak kendala karena jumlah pasien sedikit.
“Cuma mungkin kita harus tetap mengaktifkan ICU dan mengaktifkan kamar operasi. Karena memang tidak semua kita masih tetap waspada dengan kondisi sekarang,” kata dr. Lila.
“Secara kasus terjadi penurunan.Tetapi secara perkembangan jenis layanan COVID-19 kita malah makin berkembang. Karena sudah ada ICU COVID-19 dan sudah ada kamar khusus operasi COVID-19,” sambung mantan direktur RSUD Padang Pariaman itu.
Namun, kata dr. Lila, terhadap pasien yang hendak dirawat inap di RSUD Padang Panjang. Pihaknya tetap melakukan screening terhadap pasien.
Screening ini untuk memilah-milah pasien yang memang dicurigai COVID-19 dengan tetap diletakan dulu di ruang ilozum atau istilahnya ruang PDP.
Sebelum hasilnya keluar, pihaknya belum berani memasukkan pasien ke ruang perawatan lainnya. Karena gejala COVID-19 itu macam-macam modelnya dan tidak bisa dideteksi dari awal tanpa SWAB.
“Jadi, sambil menunggu hasil SWAB, pasien kita letakkan di ilozum. Jika hasilnya diketahui positif, kita rawat diruang perawatan COVID-19 dan kita gabungkan dengan dokter dan perawat yang akan merawatnya. Begitu juga dengan kebdanan,” kata dr. Lila.
Lebih jauh, dr. Lila menegaskan tujuan screening adalah untuk mengantisipasi supaya tidak terjadi penularan COVID-19 di RSUD. Begitu pun pasien yang di screening adalah pasien yang hendak dirawat inap atau pasien yang dicurigai memiliki gejala COVID-19.
Sebaliknya bila tidak dilakukan screening akan beresiko untuk kita semuanya. Misal, pasien rawat inap langsung kita masukan tanpa screening, bergabung berbaur dengan pasien lainnya, dengan perawat, dan dengan dokter. Namun kemudian diketahui ternyata pasien tersebut COVID-19, bisa kolaps RS ini jadinya.
“Jadi tujuan screening begitu, jika tidak tentu perawat dan dokter akan keliling ke ruang-ruang perawatan diseputar rumah sakit. Jadi sekali lagi, screening di IGD RSUD itu sebenarnya bukan meng-COVID-kan pasien, tetapi melakukan screening. Justru menjaga agar tenaga kesehatan tidak terinfeksi karena kurang hati-hati atau orang yang dirawat didalam yang tadinya tidak COVID-19 jadi ikut COVID-19 karena kita tidak melakukan pemilahan didepan,” kata dr. Lila.
Dengan kata lain, imbuh dr. Lila, demi untuk keselamatan bersama maka screening tetap kita berlakukan di IGD.
“Ini mungkin oleh sebagian masyarakat screening itu dianggap meng-COVID-kan,” imbuhnya.
Selanjutnya, dr. Lila mengatakan pihaknya masih butuh kepercayaan masyarakat untuk kembali menggunakan rumah sakit sebagai fasilitas tempat perawatan.
“Jangan takut tertular COVID-19. Seharusnya dengan kita lakukan screening justru masyarakat merasa aman, karena (pasien) tidak digabung-gabung dan dengan kata lain ada pemilihan pasien. Screening itu menguntungkan untuk kita semua, ” sebut dr. Lila.
Kemudian dr. Lila juga mengungkapkan bila saat ini jumlah pasien COVID-19 yang sedang menjalani perawatan di RSUD Padang Panjang berjumlah 1 (satu) orang.
“Artinya sudah sangat sedikit yang dirawat,” ungkap dr. Lila.
Begitu pun soal kendala, disebutkan dr. Lila, sejauh ini kendala tidak ada. Cuma pihaknya harus mengaktifkan kembali rumah sakit bagi pasien non COVID-19.
“Pasien rawat jalan bagus. Sedangkan pasien rawat inap kecendrungannya kalau tidak berat amat, Rata-rata tidak dirawat inap. Satu lagi yang kita sayangkan RSUD kita masih banyak ruang perawatan yang kosong,” tutup dr. Lila sembari sekali lagi mengajak masyarakat untuk kembali menggunakan rumah sakit sebagai fasilitas tempat perawatan.
(AL)