Pemerintah Kota Solok melalui Dinas Komunikasi dan Informatika (Kominfo) kembali mengadakan Focussed Group Discussion (FGD) Blue Print Smart Branding, sebagai tindak lanjut dalam pemantapan Smart City Branding, di Aula Bappeda, Jumat (13/08/21).
Dihadiri oleh Wali Kota Solok yang diwakili Asisten Bidang Pemerintahan dan Kesra, Nova Elfino, Kepala Dinas Kominfo, Zulfadli didampingi Sekretaris Dinas Kominfo, Lusya Adelina serta Kabid Tata Kelola e-Government dan Statistik, Ifan Suhendri beserta pejabat dari OPD yang terkait implementasi Smart City Branding.
Hadir sebagai narasumber pada kesempatan ini, Hari Kusdaryanto, Chief Strategy Officer PT. Citiasia, sebuah perusahaan yang bergerak di bidang jasa konsultasi perencanaan.
Asisten Wako Bidang Pemerintahan, Nova Elfino dalam pengantarnya menyampaikan rangkaian penyusunan smart branding untuk Kota Solok sudah ditetapkan dengan Peraturan Wali Kota Nomor 13 Tahun 2020 tentang Rencana Induk Kota Cerdas Tahun 2020-2025.
Nova Elfino mengharapkan dengan terlaksananya kegiatan diskusi ini dapat mendorong kolaborasi dan kepedulian seluruh elemen kota dan sektor pembangunan terhadap program smart city branding di Kota Solok.
Sebelum memaparkan materi Smart Branding, Harry memulai presentasinya dengan pemutaran video daerah yang telah menerapkan smart branding.
Video menampilkan Kabupaten Batang, Provinsi Jawa Tengah yang berhasil mengubah hutan Kota yang sebelumnya tidak terawat menjadi pasar kuliner tempo dulu. Pasar ini tidak hanya dikunjungi oleh masyarakat yang ada di Kabupaten Batang, namun juga memancing minat pengunjung dari daerah lain.
“Smart Branding merupakan upaya membangun branding daerah yang lebih pintar sehingga mampu meningkatkan daya saing daerah, dan Smart Branding sendiri merupakan salah satu dari enam pilar dalam membangun kota pintar, di samping smart governance, smart society, smart living, dan smart economy,” jelasnya.
Menurut Harry ada beberapa hal mengapa diperlukan mengambangkan city branding, pertama kota yang sudah melakukan city branding akan dikenal dengan persepsi yang baik, seterusnya city branding dapat dimanfaatkan sebagai kanal berbagi visi dan aspirasi.
“City Branding dapat dimanfaatkan untuk menggambarkan potensi yang ada di suatu daerah, menunjukan positioning ekonomi, menghilangkan stereotip, dan memberi konteks untuk promosi daerah,” lanjut Harry.
Harry menambahkan, city branding bukan sekedar logo atau citra grafis tetapi juga peningkatan daya saing dan nilai tambah daerah melalui pengembangan ekosistem pariwisata, ekosistem bisnis dan penataan wajah kota dalam rangkaian yang inovatif dan kolaboratif.
Dijelaskannya, pengembangan ekosistem pariwisata dengan mengembangkan destinasi dan atraksi serta amenitas (fasilitas) yang layak bagi wisatawan, membangun budaya hospitalities oleh warga termasuk keramah-tamahan, kemampuan berbahasa asing, literasi digital, ketersediaan tour-guide dan lain-lain.
Pengembangan ekosistem bisnis di tengah situasi pandemi Covid-19 saat ini sangat relevan dengan membangun platform pemasaran komoditas unggulan melalui e-commerce dan pasar moderen. Selain itu, perlu juga untuk mendorong investasi serta pembangunan produk dan jasa industri kreatif.
Pembangunan citra atau wajah kota dapat diwujudkan melalui penataan kota yang menonjolkan arsitektur nilai-nilai lokal dengan tetap mengikuti dinamika modernisasi, merancang jalur koridor utama kota, tepian kota (edges), titik simpul kota (nodes), persimpangan (signage), petunjuk jalan, tengara (landmarks) seperti; patung, bangunan, fasad alam yang merefleksikan visi branding kota.
Dari hasil analisis scoring yang telah dilakukan pihak Citiasia terhadap tiga ekosistem smart branding Kota Solok, Harry mengemukakan smart branding kota Solok memiliki skor yang tergolong rendah; destinasi pariwisata (56,7 dari 100), amenitas (53,3 dari 100).
Sedangkan scoring citra atau wajah kota memiliki skor yang paling rendah, edges (26,7), landmarks (43,3) dan signage (33,3).
“Scoring ekosistem bisnis cukup lumayan, semua indikator nilainya melebihi skor 60, hal ini karena secara alamiahnya aktivitas ekonomi kota Solok lebih dominan pada sektor perdagangan dan jasa,” sebutnya.
Lebih lanjut, narasumber menampilkan draft rencana induk pengembangan smart branding pada masing-masing ekosistem beserta sejumlah rencana kegiatan penunjang, beberapa di antaranya adalah penyusunan brandbook, pembuatan video marketing kota, aktivasi social media, pembentukan tim branding daerah lintas sektor, roadshow promo daerah dan bisnis forum secara berkala.
Dalam sesi diskusi dengan peserta, narasumber menghimpun dan mengumpulkan informasi program kegiatan unggulan dari semua OPD penggerak smart branding, informasi tersebut sebagai acuan penting dalam penyempurnaan dokumen smart branding Kota Solok.
Menjelang kegiatan berakhir, tim Citiasia membagikan blangko matrik road map kegiatan inovatif tahunan kepada OPD terkait dan akan dikumpulkan kembali setelah dilakukan pengisian.
Pada penghujung acara, semua peserta sepakat perlu adanya perubahan mindset untuk mewujudkan Solok Smart City melalui aksi kolaborasi dan upaya konsolidasi dengan seluruh stakeholder kebijakan yang ada di pemerintah Kota Solok dan seluruh elemen masyarakat.
Agenda selanjutnya, dalam waktu dekat akan disiapkan regulasi kebijakan dari pemerintah kota yang akan memicu kolaborasi-kolaborasi strategis tiap unsur dalam smart city branding agar memiliki kekuatan hukum, serta memastikan dokumen smart city branding harus terintegrasi dengan dokumen perencanaan kota yang sudah ada.
(gra)