Buya Syafii Maarif : “Boleh Berbeda Tapi Jangan Memutus Silaturrahim”

Bung Karno dan Bung Hatta itu saling melengkapi, boleh berbeda tapi jangan memutus silaturrahim, demikian Buya Syafii Maarif menyampaikan dalam acara Obrolan Cendekia “Muhammadiyah dan Kemerdekaan Indonesia” yang diselenggarakan melalui Zoom Meeting dan live melalui channel youtube SMTV pada Senin (16/08) dipandu oleh Erik Tauvani dari Yogyakarta selaku host.

“Muhammadiyah berperan selaku pembantu bangsa dan negara kemudian berperan sebagai penentu karena banyak membaca, mudah bergaul dan lapang hati,” demikian Buya Syafii Maarif yang juga mantan Ketua PP Muhammadiyah sekaligus Guru Besar UNY ini menambahkan.

Sementara itu Prof. Azyumardi Azra dari UIN Syarif Hidayatullah-Jakarta merasa optimis akan peranan Muhammadiyah dengan Islam yang berkemajuan dan jangan berorientasi ke masa silam.

Bacaan Lainnya

Muhammadiyah berorientasi pada pendidikan sehingga UMM (Universitas Muhammadiyah Malang) dinobatkan sebagai perguruan tinggi Islam terbaik se-dunia ditambah lagi dengan dibangunnya UMAM (Universiti Muhammadiyah Malaysia) sekaligus perguruan tinggi pertama Indonesia di luar negeri, demikian mantan Rektor IAIN Jakarta Prof. Azyumardi Azra menambahkan.

Salah seorang peserta Obrolan Cendekia asal Kabupaten Sijunjung Fakhrul Rozi Burda, Lc, M.Ud menyatakan “Kita lihat Muhammadiyah masih krisis kader masuk ranah politik dan pemerintahan, jika ingin merubah bangsa harus masuk kedalam sistem, sudah seharusnya Muhammadiyah mengutus kader terbaiknya dan masuk ke semua lini,” demikian alumnus Al Azhar University-Cairo yang sekarang menjabat Komisioner KPU Kabupaten Sijunjung ini menambahkan.

Menanggapi hal ini Prof. Azyumardi Azra mengatakan: Kader Muhammadiyah sebaiknya bergabung ke parpol besar, jangan parpol yang segmennya tidak jelas karena sekarang ini Muhammadiyah “under representif”.

Selanjutnya menanggapi pertanyaan Afriyanto, S.Pd asal Nagari Tamparungo-Kecamatan Sumpur Kudus-Kabupaten Sijunjung “Bagaimana strategi Muhammadiyah membantu pemerintah terhadap daerah tertinggal” Buya Syafii Maarif mengatakan “Pemekaran kecamatan oke saja karena jarak”.

Tidak mudah mengelola sebuah perguruan tinggi, mohon berpikir ulang dan hidupkan saja perguruan tinggi yang sudah ada, demikian Buya Syafii Maarif di akhir diskusinya.

“Sangat mengapresiasi terselenggaranya acara tersebut, harapannya semoga acara ini mampu membawa kemanfaatan bagi umat”, demikian pernyataan Ketua Pimpinan Daerah Pemuda Muhammadiyah (PDPM) Kabupaten Sijunjung Defri Antoni, SE ketika dihubungi topsumbar.co.id via Whatsapp siang ini Senin (16/08).

(Gun)

Pos terkait