Gubernur Sumatera Barat Mahyeldi Ansharullah, usai shalat magrib berikan ceramah agama di Masjid Raya Maninjau, Jum’at (30/07/2021).
Islam merupakan agama yang sangat memperhatikan pembinaan generasi penerus. Salah satunya ditegaskan oleh Allah SWT di dalam Alquran, Surat An-Nisa ayat 9, “Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan di belakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar”.
“Itu makanya Presiden Sukarno pernah mengatakan ‘Berikan 10 pemuda maka akan kuguncangkan dunia’. Ini menandakan pemuda adalah penerus bangsa,” ucap Buya Mahyeldi dalam tausiyahnya.
Menurutnya, lemah yang dimaksudkan dalam ayat di atas menyangkut beberapa hal. “Yang utama adalah jangan sampai kita meninggalkan generasi penerus yang lemah akidah, ibadah, ilmu, dan ekonominya, Generasi penerus atau anak di sini, tidak hanya anak biologis, melainkan juga anak didik (murid) dan generasi muda Islam pada umumnya,” kata Buya Mahyeldi.
Kenyataan itu, lanjutnya, dapat dilihat dari data yang menyatakan dalam waktu dekat ini, mulai Tahun 2021 sampai 2024, Indonesia akan menikmati suatu era yang langka yang disebut dengan Bonus Demografi.
“Ini pernyataan Presiden Jokowi, Saya sangat setuju, dimana jumlah usia produktif Indonesia diproyeksikan berada pada grafik tertinggi dalam sejarah bangsa Indonesia. Yaitu mencapai 64 persen dari total jumlah penduduk Indonesia sebesar 297 juta jiwa,” terangnya.
Bonus demografi menjadi windosw opportunity (peluang) yang sangat strategis bagi sebuah negara untuk dapat melakukan percepatan pembangunan ekonomi dengan dukungan ketersediaan sumber daya manusia usia produktif dalam jumlah yang cukup signifikan.
“Kalau memang kita ingin anak kita berhasil dunia dan akhirat, maka kita harus memperhatikan ilmu dan keimanannya, berdasarkan Al-quran,” ujarnya.
Ada 4 (empat) yang diperhatikan yaitu, Pertama, jangan sampai meninggalkan anak yang lemah akidahnya atau imannya. Akidah merupakan sumber kekuatan, kenyamanan dan kebahagiaan dalam hdup. Orang yg lemah akidahnya mudah sekali terkena virus syirik dan munafik. Hidupnya mudah terombang-ambil, tidak teguh pendirian. Ia pun bisa gampang menggadaikan iman.
“Yang pertama ditekankan adalah soal akidah, yakni ‘janganlah engkau mempersekutukan Allah’. berpedomanlah dengan Al-quran,” paparnya.
Kedua, jangan sampai meninggalkan anak yang lemah ibadahnya. Orang yang istiqomah dalam ibadahnya, Insya Allah akan bahagia dan punya pegangan dalam hidupnya. Ia tidak mudah terintervensi oleh orang lain.
“Sebaliknya, orang yang lemah ibadahnya atau menyia-nyiakan ibadah, maka hidupnya tidak akan bahagia. Ia pun mudah diintervensi orang lain,” tuturnya.
Ketiga, jangan sampai meninggalkan anak yang lemah ilmunya. Islam sangat menekankan pentingnya ilmu pengetahuan. Rasulullah menegaskan dalam salah satu hadistnya,
“Tidak ada kebaikan kecuali pada dua kelompok, yaitu orang yang mengajarkan ilmu dan orang yang mempelajari ilmu’,” ujarnya.
Keempat, jangan meninggalkan generasi yang lemah ekonominya.
“Orang tua perlu menyiapkan generasi yang kuat secara ekonomi, agar hidupnya tidak menjadi beban bagi orang lain,” ingatnya.
Orang tua tidak meninggalkan generasi yang lemah secara ekonomi. Hadis ini pun menjadi dalil dalam pemberian wasiat, yakni harta yang diwasiatkan untuk disedekahkan, maksimal sepertiga dari total harta warisan.
Selain itu, Buya Mahyeldi juga menyampaikan, bahwa Indonesia Merdeka yang dirasakan saat ini tidak luput dari hasil jerih payah para ulama dan santri. Mereka berjuang rela kehilangan harta, kedudukan, bahkan nyawa sekalipun demi Indonesia merdeka.
“Tanpa keterlibatan ulama, kiai dan santri, mustahil negara ini merdeka. Karena berkat jasa beliau-beliaulah bangsa kita berhasil merebut kemerdekaan,” ucapnya.
Bahkan bisa dilihat dari UUD 1945, dalam kalimat “Atas berkat Rahmat Allah Yang Maha Kuasa dan dengan didorongkan oleh keinginan luhur supaya berkehidupan kebangsaan yang bebas, maka rakyat Indonesia menyatakan dengan ini kemerdekaannya.”
Patut kita kiranya mengenang para pejuang dan pahlawan kemerdekaan. Terutama mengingatkan kembali jasa-jasa ulama terdahulu dan para santrinya.
Sejarah, lambat laun makin dikubur. Bahkan, terus dibelokkan. Padahal kemerdekaan Indonesia ditopang perjuangan kaum santri dan barisan Kiai yang menyelamatkan negeri.
“Untuk itu, marilah kita rapatkan shaf bersatu padu dalam mendukung kebijakan pemerintah untuk memutus mata rantai penyebaran Covid-19,” ujarnya
“Kita berharap masyarakat Sumbar dapat memberikan contoh kebaikan dalam gerakkan mari vaksinasi dan disiplin menerapkan protokol kesehatan,” tutupnya.
(Red/ADPIM SUMBAR)