Oleh : Taufiq Lamsuhur
Setelah hampir 1,5 tahun berbagai kegiatan keagamaan diatur dengan ketat di Polandia, sejak bulan Juni 2021 lalu kegiatan keagamaan mulai berjalan normal di Polandia meskipun tetap dengan pemberlakuan protokol kesehatan.
Hal ini juga dirasakan oleh umat Islam di Polandia. Beberapa masjid telah mulai menyelenggarakan kembali sholat Jumat berjamaah. Para jamaah tetap dihimbau memakai masker dan mengisi saf secara selang seling, sehingga tetap ada jarak sekitar 1 meter antara para jamaah.
Sholat Idul Adha 1442 H yang jatuhnya bertepatan dengan tanggal 20 Juli 2021 lalu menjadi sholat berjamaah yang penuh antusias yang dilakukan di beberapa masjid dan lapangan di Polandia, antara lain di Bialystok, Krakow, Poznan dan Warsawa.
Bahkan Kantor Perwakilan Indonesia di Warsawa juga menyelenggarakan Sholat Idul Adha bagi komunitas muslim Indonesia yang berdomisili di Ibu kota Polandia dan sekitarnya. Sholat di KBRI diselenggarakan di pelataran parkir dan diikuti oleh sekitar 60 orang peserta.
Penyelenggaraan Sholat Idul Adha secara fisik di lingkungan KBRI ini diputuskan atas dasar pertimbangan situasi di lapangan.
Termasuk aturan pemerintah Polandia yang telah memperbolehkan pelaksanaan kerumunan massa untuk kegiatan keagamaan di luar ruangan dengan jumlah maksimum 250 orang dan apabila di dalam ruangan dapat memanfaatkan 75% dari kapasitas yang ada.
Adanya pelonggaran ini menyusul penurunan tingkat infeksi virus Covid-19 di hampir seluruh wilayah Polandia.
Dalam 1 bulan terakhir, tingkat pertambahan infeksi virus hanya berkisar antara 50-300 orang per-harinya. Pertimbangan berikutnya adalah kapasitas pelataran parkir KBRI yang memadai untuk menampung sekitar 100 150 jamaah.
Namun demikian, untuk lebih memastikan situasi yang steril dari virus Covid-19, KBRI juga menerapkan aturan tambahan bahwa para peserta sholat Idul Adha tersebut, yakni: kewajiban untuk mendaftarkan diri terlebih dahulu, kewajiban untuk memiliki sertifikat vaksin (minimal telah satu kali suntikan) dan kewajiban untuk menggunakan masker selama kegiatan berlangsung serta tidak melakukan kegiatan silaturahmi dalam bentuk jamuan makan setelah penyelenggaraan sholat.
Khusus untuk tradisi menikmati makanan khas Indonesia setelah sholat, KBRI membagikan paket makanan kepada setiap jamaah saat mereka meninggalkan gerbang KBRI.
Lalu bagaimana suasana pemotongan hewan kurban di Polandia oleh komunitas muslim.
Dalam pengamatan di lapangan, tidak semua komunitas muslim yang mengadakan sholat Idul Adha menyelenggaran acara penyembelihan hewan kurban.
Tercatat hanya ada di salah satu masjid di Bialystok yang melakukan pembagian hewan kurban, yakni di Mesjid milik MRU atau Muslim Religion Union atau dalam bahasa Indonesia Persatuan Kelompok Islam yang dipimpin oleh Mufti Tomas Miskiewich.
Beberapa WNI yang berdomisili di kota Bialystok mendapatkan paket-paket dari hewan kurban. Namun berbeda dengan di Indonesia, rupanya pemotongan hewan kurban tersebut dilakukan bukan di lingkungan masjid namun dilakukan oleh para petani atau pemilik hewan di ladang mereka sendiri.
Setelah dibersihkan, barulah daging-daging tersebut dibawa ke masjid untuk di potong dengan ukuran yang lebih kecil dan dimasukan dalam bungkusan-bungkusan dengan berat sekitar 1-2 kg.
Yang menarik adalah bagi sekelompok PMI Indonesia, yang mendapatkan kiriman satu potongan hewan kurban dari salah seorang muslim Chechnya yang masih utuh, sehingga para PMI harus memotong-motong potongan besar itu menjadi potongan-potongan lebih kecil.
Walaupun demikian, ternyata proses memotong daging tersebut menjadi pengobat rindu mereka terhadap suasana Hari Raya Kurban di tanah air.
Jumlah komunitas muslim di Polandia terus meningkat dalam beberapa tahun terakhir. Diperkirakan ada sekitar 100 ribuan muslim di Polandia sekarang. Sekitar 50 ribuan adalah muslim Tatar yang merupakan warga negara asli Polandia yang masih ada keturunan darah dari masyarakat Asia Tengah, khususnya Mongolia dan Turki yang berimigrasi ke wilayah Polandia sekitar abad ke-15 dan 16.
Sisanya, beberapa tahun terakhir terdapat umat Islam dari beberapa negara lainnya, seperti: Turki, Arab Saudi, Kirgizstan, Tajikistan, Turkmenistan, Indonesia, Malaysia, Thailand, Bangladesh, India, Pakistan dan negara-negara Timur Tengah. Pada umumnya mereka adalah orang-orang yang melanjutkan studi, mencari pekerjaan dan melakukan bisnis di Polandia.
Hal yang menarik di Polandia terkait dengan tempat ibadah muslim adalah adanya penyebutan yang berbeda untuk tempat-tempat ibadah tersebut, meskipun secara umum fungsinya sama.
Penyebutan pertama adalah Mesjid atau Meczet, yang terkenal adalah Mesjid Kruszyniany (Bialystok), Mesjid Bohoniki (Bialystok) dan Mesjid Jamalludin Al-Afghani (Gdansk).
Penyebutan berikutnya adalah Pusat Kebudayaan Islam (Islamic Center) yang terdapat di beberapa kota, antara lain: Warsawa, Bialystok, Suchowola, Wroclaw, Poznan, Katowice, Lublin, dan Raszyn. Dan yang terakhir adalah Rumah Ibadah Muslim, antara lain berada di Warsawa, Lodz
Penulis : Taufiq Lamsuhur. Kuasa Usaha Sementara KBRI Warsawa, Polandia. Ia juga kerap menjadi pengamat isu-isu sosial.