Pemilu 2019 menghantarkan Puan Maharani sebagai anggota DPR RI terpilih dengan perolehan suara tertinggi di antara 575 orang wakil rakyat se-Indonesia.
“Ada sebanyak 404.304 suara pemilih dari Dapil Jateng V yang meliputi Kota Solo, Kabupaten Boyolali, Sukoharjo dan Klaten yang memberikan kepercayaan ke Mbak Puan Maharani. Ini pencapaian luar biasa, bukan kaleng-kaleng,” tegas Ketua PDIP Sumatera Barat, Alex Indra Lukman di Padang, Kamis (24/06/2021).
Penegasan Alex ini mengomentari pernyataan Ketua Relawan Jokowi Mania (Joman), Immanuel Ebenezer yang menantang Ketua DPP PDIP Bidang Politik dan Keamanan itu, untuk memasang sejuta baliho se-Indonesia demi mendongkrak popularitas jelang Pemilu 2024.
“Ebenezer tak cermat membaca tanda. Pemasangan baliho Mbak Puan Maharani adalah inisiatif kader partai. Ini bisa dilihat dari kemunculan baliho yang tidak serentak,” jelas Alex.
“Karena inisiatif sendiri, maka biayapun ditanggung sendiri (kader-red). Masa yang modal sendiri, disuruh melayani tantangan bermodalkan bacot. Menurut saya, itu tidak berperikeadilan,” tegas Alex.
Menurut Alex, adalah kenyataan kalau Mbak Puan Maharani merupakan cucu presiden pertama sekaligus anak Presiden RI ke-5.
“Ini kehendak dari Allah SWT yang mesti disyukuri karena tidak seorangpun di dunia ini yang bisa memilih orang tua yang melahirkannya,” tukas Alex.
Mbak Puan, urai Alex, juga menorehkan sejarahnya sendiri dalam perpolitikan tanah air. Alumnus Ilmu Komunikasi Universitas Indonesia ini adalah Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Indonesia 2014-2019, dalam prosesnya juga menjadi perempuan pertama dan orang termuda yang pernah menjabat sebagai menteri koordinator.
Puan juga merupakan perempuan pertama yang menjabat sebagai Ketua DPR. Puan juga pernah menjabat Ketua Fraksi PDI Perjuangan di DPR RI pada 2012 hingga 2014.
“Torehan sejarah di atas, tentu saja melalui karya dan ujian di lapangan. Bukan merupakan hadiah atau pemberian,” tegas Alex.
“Alangkah baiknya, kalau kita di rumah menyediakan cermin sehingga bisa mengaca dulu sebelum mencela orang lain. Karena, pada hakikatnya tidak ada manusia yang sempurna,” tambahnya. (Ha/Rls)