Upacara Peringatan Perang Kamang ke 113 dilaksanakan di Aula Kantor Camat Kamang Magek, Selasa (15/06/2921) pagi. Bertindak sebagai Inspektur Upacara (Irup) Gubernur Sumatera Barat Mahyeldi Ansharullah.
Dalam sambutannya, Gubernur Sumbar mengajak masyarakat Kamang selalu ingat “Jas Merah” jangan sekali kali melupakan sejarah. Memperingati Perang Kamang bisa jadikan sebagai titik balik, untuk mengukur sejauh mana mayarakat memaknai nilai-nilai, dan semangat pejuang Perang Kamang.
“Kita jadikan sebagai modal dan motivasi bagi rakyat Kamang, untuk bisa bersatu dan menjalin kebersamaan di antara ke tiga nagari di Kecamatan Kamang Magek, yaitu Nagari Kamang Mudiak, Kamang Hilia, dan Kamang Magek untuk menata kehidupan yang lebih baik,” ujar Mahyeldi.
Mahyeldi menjelaskan bahwa terjadinya terjadi Perang Kamang pada pertengahan tahun 1908. Rakyat Kamang di situ berontak terhadap kekuasaan Belanda. Laki-laki dan perempuan turut bertempur dan bersenjatakan parang, rencong, dan sabit.
Apa penyebab meletusnya Perang Kamang pada 15 Juni 1908? Rakyat Kamang sudah gerah dengan pungutan pajak (belasting) yang menyengsarakan mereka. Hal ini yang membuat masyarakat Kamang memberontak.
“Untuk itu, melalui peristiwa Perang Kamang ini kita berdayakan potensi nagari untuk kemajuan Kamang Magek berbasis ekonomi, mandiri, berakhlak Islami, sebagai wujud Agam Madani,” pintanya.
Sejarah Perang Kamang sangat penting perannya untuk, walaupun hanya sebentar tapi pengaruhnya sangat besar untuk memotivasi para pemuda di Sumbar.
“Ingat Jas Merah, jangan sekali kali melupakan sejarah. Kalau perlu perjuangan dan kepahlawanan Perang Kamang kita angkat dan kita besarkan seperti perjuangan para pahlawan yang lain,” harapnya.
Perang Kamang sesungguhnya merupakan perlawanan rakyat Sumatera Barat, sebagai bentuk penentangan terhadap penerapan pajak kepada masyarakat oleh pemerintah kolonial Belanda yang merupakan suatu peristiwa heroik dan patriotik, yang telah dicatat dengan tinta emas dalam lembaran sejarah Republik Indonesia.
Kisah tersebut tak hanya menunjukkan sejarah negara, melainkan juga mengajarkan keteladanan kepada anak-anak Indonesia, seperti kejujuran, kegigihan, pantang menyerah, dan melakukan kewajiban dan hak.
Untuk itu para tokoh pejuang Perang Kamang sesungguhnya adalah pahlawan nasional. Perang Kamang sejatinya adalah suatu perjuangan yang tumbuh dan dijiwai oleh semangat dan cita-cita yang bertujuan untuk mencapai kemerdekaan Republik.
“Kita jangan lupa bahwa Negara ini berdiri di atas darah dan jiwa para syuhada, para pejuang dan pahlawan, diantaranya adalah pejuang Perang Kamang yang gugur sebagai patriot bangsa,” tutupnya.
(Red/ADMPIM SUMBAR)