Wali Kota Riza Falepi mengatakan kendala terbesar yang saat ini dihadapi pemerintah dalam menanggulangi Covid-19 adalah adanya gerakan anti Covid-19, kelompok orang-orang ini membuat cerita kalau mereka tidak percaya dengan Covid-19, tulisan-tulisan ini merebak di berbagai media sosial.
“Kita bukannya sok mempersoalkan gerakan ini, meskipun terlihat biasa saja, tetapi dampaknya dirasakan sangat cepat. Orang makin tak mau di tracing, katanya hidung sakit, kalau divaksin katanya vaksin membunuh, sehingga inilah yang melemahan semangat petugas di lapangan berjuang menyelesaikan tugasnya menangani Covid-19,” kata Riza saat rapat di Balai Kota bersama Forkopimda, Kamis (27/05/2021).
“Tak hanya itu, cerita-cerita bohong tersebut juga menyatakan kalau Covid-19 hanya seperti influenza saja, yang bisa meninggal hanya yang komorbid saja, padahal faktanya bisa menderita tubuh apabila terkena Covid-19,” tambahnya.
Inilah yang menambah beratnya kerja pemerintah. Menurut Riza orang terpengaruh media sosial dengan tulisan-tulisan yang tidak ilmiah, hanya sebatas opini saja. Kalau ini dbiarkan terus akan terjadi seperti Babinkhamtibmas dijauhi orang, Bahkan ada oknum yang katanya guru menuding wali kota. Hal-hal seperti ini perlu diselesaikan juga agar jangan terjadi sesuatu yang tidak diinginkan dalam pencegahan Covid-19.
“Kapolres yang begitu peduli selalu mengingatkan dan menyabarkan saya sebagai kepala daerah. Alhamdulillah kita punya mitra yang mendukung kebijakan-kebijakan kita dalam menghadapi pandemi ini,” kata Riza.
Sementara itu, Kadis Kesehatan dr. Bakhrizal menjelaskan sudah semakin banyaknya hoax yang tersebar di dalam postingan media sosial. Parahnya ada yang mengatakan bahwa vaksin dapat membekukan otak, pakai chip detektor, pembunuhan massal, dan lain sebagainya.
“Ini seperti melecehkan ilmuan yang bekerja keras menangani Covid-19,” pungkasnya.
(Ton)