arga di Kenagarian Sikabu-kabu-Tanjung Haro-Padang Panjang (Sitapa) dikejutkan dengan matinya beberapa hewan ternak milik warga dengan keadaan yang menggenaskan.
Dalam keterangaannya, Wali Nagari Sitapa Nofrizal mengatakan lokasi kejadian tewasnya ternak warga tersebut yaitu di Ateh Padang, Jorong Sikabu- Kabu. Ia menyebutkan ternak tersebut kejadian tersebut telah terjadi 2 hari berturut, yang mana awal dugaan pemilik dan masyarakat sekitar akibat anjing (anjing paburu), namun melihat parahnya luka pada hewan ternak tersebut masyarakat curiga kejadian tersebut dilakukan oleh hewan buas.
“Dari laporan warga, ada 5 ekor kambing yang mati. Berdasarkan analisa dilapangan, kita simpulkan sementara besar kemungkinan ini adalah ulah binatang buas. Saya himbau masyarakat disekitar lokasi untuk tetap tenang,” ujarnya.
Ia mengatakan saat ini, kejadian tersebut sudah laporkan ke pihak BKSDA oleh pemerintah nagari dan pihak BKSDA sudah merespon dan langsung datang ke lokasi kejadian.
“Saat ini pihak BKSDA bersama masyarakat melakukan pemasangan perangkap yang dibawa oleh BKSDA, serta pemasangan kamera trap untuk mengintai satwa liat tersebut. Kita berharap mudah-mudahan binatang buas ini bisa tertangkap dan masyarakat, yang mempunyai ternak di sekitar lokasi bisa aman kembali,” tuturnya.
Sementara itu, Kepala BKSDA, Resort Lima Puluh Kota, Martias saat dihubunggi via telepon, membenarkan bahwa memang kambing warga tersebut dimangsa satwa liar.
“Sebab terlihat dari sejumlah petunjuk di lokasi, termasuk jejak kaki yang ditinggalkan dan bekas luka pada ternak warga. Dugaan sementara kita bersama kawan-kawan di lapangan, kemungkinan Macan Dahan (Nebulosa Diardi). Sebab jika anjing, menerkam tidak dibagian leher hewan buruan,” ucapnya.
Ia mengatakan saat ini Tim nya melalui Edi Susilo, Firdaus, Hafizzurahman dan Hary Wahyudi, bersama warga memasang perangkap berupa kerengkeng besi dan kamera pengintai.
“Jika dilihat dari kondisi alam, perkebunan warga dengan hutan rimba dengan dikelilingi pohon bambu yang cukup lebat sangat memungkinkan sebagai tempat bersembunyi dan berburu bagi premangsa sejenis macan dahan,” terangnya.
Kawasan perkebunan warga di Ateh Padang, hanya berjarak sekitar 1 kilometer ke arah barat dari pemukiman warga. Namun berada tepat di kawasan hutan dipinggir gunung Sago. Sehingga sangat memungkinkan menjadi tempat bersembunyi dan jadi habitat sejumlah satwa liar.
Bahkan sebelumnya, di kawasan yang berbatasan langsung dengan hutan Gunung Sago ini, menurut warga beruang madu juga pernah tersesat masuk kedalam pemukiman warga dan merusak penampung air nira milik petani.
Ditambahkannya, masyarakat diminta bisa membantu untuk mengintai dari jauah keberadaan perangkap dan hewan buas.
“Setiap perkembangan dari masyarakat atau dari kamera pengintai akan menjadi bahan evaluasi dalam proses penangkapan. Semoga ini bisa berhasil dan satwa liar bisa ditangkap dan dilepas liarkan jauh dari pemukiman warga. Sehinga tak lagi menggangu ternak,” pungkas Martias.
(Ton)