Gubernur Sumatera Barat Irwan Prayitno menghadiri pertemuan tahunan Bank Indonesia (BI) yang digelar Bank Sentral Republik Indonesia Perwakilan Sumatera Barat di Aula Anggun Nan Tongga, Kantor Perwakilan BI, Kamis (3/12/2020)
Kegiatan yang bertajuk “Sinergitas Membangun Optimisme Pemulihan Ekonomi” itu bertujuan untuk menyampaikan pandangan Bank Indonesia mengenai perkembangan, tantangan dan prospek perekonomian serta arah kebijakan kedepan untuk mewujudkan perekonomian Indonesia dan Sumatera Barat yang semakin kuat dan berdaya tahan tinggi.
Gubernur Irwan Prayitno pada kesempatan itu mengatakan, kondisi perjalanan ekonomi tahun 2020 menjadi pelajaran yang dapat dipetik untuk memperkuat sinergi dalam mendorong pertumbuhan ekonomi di sumbar yang kurang kondusif, dikarenakan pandemi Covid-19.
Membangun sinergi kebijakan antar otoritas, menjadi kunci dalam untuk dapat bertahan dan bangkit untuk membangun optimisme pemulihan ekonomi pasca masa pandemi Covid-19, upaya memperkuat perkekonomian di daerah.
“Maka kami mengajak untuk seluruh pemangku kepentingan ekonomi Sumbar untuk dapat bersinergi bersama bertahan melewati badai pandemi yang terjadi ini. Optimisme perlu terus ditumbuhkan untuk dapat bertahan bahkan berkembang pada masa pandemi Covid-19 ini,” kata Irwan Prayitno.
Pemerintah Provinsi Sumbar telah mengeluarkan paket kebijakan untuk dapat menahan penurunan ekonomi yang lebih dalam. Stimulus kesehatan, jaring pengaman sosial maupun pemulihan UMKM telah dikeluarkan untuk mendorong proses pemulihan ekonomi Sumatera Barat.
“Alhamdulillah, hasil nyata usaha pemulihan ekonomi Sumatera Barat sudah terlihat jika melihat pertumbuhan secara quarter to quarter pada triwulan III 2020 yang positif sebesar 4,59% (qtq) bahkan tertinggi kedua di Sumatera setelah Provinsi Riau,” ucapnya.
Irwan Prayitno mengatakan, resiko ekonomi pasti akan selalu ada di tengah ketidakpastian global saat ini, namun Sumatera Barat akan jauh lebih membaik jika sinergi nyata berhasil dilakukan bersama.
Dari sisi inflasi, pemerintah provinsi Sumbar mengucapkan terimakasih kepada seluruh pemangku kepentingan terutama yang ikut berkontribusi pada TPID Sumbar atas diperolehnya Juara TPID Awards 2020 tingkat Provinsi wilayah Sumatera yang mana merupakan bukti kerja sama yang menunjukkan hasil yang optimal dalam pengendalian inflasi.
“Ke depan kami yakin Sumbar akan terus mempertahankan prestasi ini sehingga tingkat inflasi masih terus rendah dan stabil di masa yang akan datang,” tuturnya.
Selanjutnya, kegiatan Penandatanganan Komitmen Bersama dalam rangka Transformasi Tenun Minang di Sumatera Barat oleh Bank Indonesia dan 7 (tujuh) Kepala Daerah Kabupaten/Kota beberapa waktu lalu juga menunjukkan kesungguhan Sumatera Barat untuk bersinergi serta terus berupaya memajukan kegiatan perekonomiannya termasuk ekonomi kreatif yang menjadi salah satu sendi-sendi pertumbuhan ekonomi di Sumatera Barat.
Irwan Prayitno berharap, hubungan sinergi peningkatan UMKM harus terus ditingkatkan diberbagai sektor, terutama sektor pariwisata. Secara umum, kondisi perekonomian Sumbar cukup kokoh karena ditopang oleh sektor pertanian sehingga tidak terlalu berpengaruh oleh gejolak global. Pihaknya akan terus meningkatkan sinergi dalam mengupayakan sumber pertumbuhan baru seperti mendatangkan investor dari luar hingga menggenjot sektor pariwisata.
Wahyu Purnama selaku Kepala Perwakilan Bank Indonesia Sumbar mengatakan, sejalan dengan arah pertumbuhan ekonomi nasional yang kontraksi, laju pertumbuhan ekonomi Sumatera Barat pada triwulan III 2020 tercatat kontraksi sebesar -2,87% (yoy) membaik dibandingkan triwulan II 2020 yang kontraksi lebih dalam sebesar -4,90% (yoy).
“Secara umum, penurunan ekonomi terjadi karena pandemi covid-19 yang mengakibatkan rendahnya permintaan global komoditas unggulan Sumatera Barat yaitu CPO dan karet,” ungkap Wahyu.
Walaupun secara year-on-year pertumbuhan triwulan III 2020 masih kontraksi, pertumbuhan secara quarter-to-quarter tercatat tumbuh positif. Pertumbuhan qtq Provinsi Sumatera Barat pada triwulan III 2020 tercatat tumbuh sebesar 4,59% (qtq).
Pertumbuhan positif secara qtq didorong oleh penerapan adaptasi kebiasaan baru yang mendorong mobilitas dan permintaan masyarakat. Selain itu, pemulihan permintaan global terhadap komoditas ekspor Sumbar turut mendorong pemulihan ekonomi di triwulan III 2020.
Wahyu Purnama menjelaskan, dengan melihat perkembangan lapangan usaha pada triwulan III 2020, lapangan usaha utama Sumbar tercatat masih kontraksi walau mayoritas menunjukkan perbaikan dibandingkan triwulan II 2020. Mayoritas lapangan usaha utama Sumbar terkontraksi diakibatkan oleh rendahnya permintaan akibat pembatasan kegiatan yang dilakukan selama pandemi masih berlangsung.
“Terhambatnya beberapa proyek terutama yang berasal dari APBD dan APBN juga menahan pertumbuhan ekonomi Sumbar,” imbuhnya.
Secara spasial, perbaikan ekonomi terjadi pada seluruh provinsi Sumatera triwulan III 2020 meski masih dalam fase kontraksi. Pada triwulan III 2020, kinerja ekonomi Sumbar menduduki peringkat ke-3 terendah setelah Kepri dan Babel. Kontraksi ekonomi Sumbar juga lebih dalam dibandingkan kontraksi ekonomi pulau Sumatera sebesar -2,22% (yoy).
Kondisi ini terjadi akibat Sumbar yang cukup bergantung pada sektor pariwisata yang terhantam dalam di tengah pandemi COVID-19.
“Namun demikian, secara quarter to quarter pertumbuhan ekonomi Sumatera Barat tercatat tertinggi ke-2 setelah Riau dan berada di atas pertumbuhan Sumatera sebesar 3,98% (qtq),” tukasnya.
Dari sisi perkembangan harga, inflasi Sumbar pada masa pandemi ini relatif stabil. Laju inflasi tahunan Sumatera Barat memasuki November 2020 sebesar 1,66% (yoy), lebih rendah dibandingkan dengan inflasi bulan yang sama tahun lalu sebesar 1,80% (yoy).
(Hms)