Ketua Bidang Data dan Teknologi Informasi Satgas Penanganan COVID-19 Dr. Dewi Nur Aisyah meminta masyarakat tidak hanya fokus pada klaster perkantoran dalam memutus mata rantai penyebaran virus corona.
Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan DKI Jakarta per 12 September 2020 klaster perkantoran ini hanya menempati urutan ketiga terbanyak.
Sedangkan dua data tertinggi adalah klaster rumah sakit dan klaster komunitas.
Hal tersebut diungkap Dewi pada Talkshow COVID-19 Dalam Angka bertema “Ragam Cluster di Indonesia” di Media Center Satgas Pencegahan COVID-19 di Gedung BNPB Jakarta, Rabu (23/09/2020), dilansir Topsumbar.co.id dari laman resmi pemerintah covid19.go.id.
Dewi menjelaskan klaster rumah sakit ini berjumlah 63,46 persen. Klaster rumah sakit ini adalah pasien yang datang untuk memastikan terpapar COVID-19 atau tidak ke rumah sakit, puskesmas, dan klinik kesehatan. Atau bisa saja tingginya jumlah klaster rumah sakit ini akibat pihak rumah sakit yang jemput bola untuk melakukan swab test.
“Masyarakat jangan hanya melihat klaster perkantoran. Klaster rumah sakit dan klaster komunitas jauh lebih besar dan perlu diantisipasi,” ujar Dewi.
Selain itu Dewi dalam paparannya membeberkan empat klaster baru yang perlu diwaspadai.
Empat klaster baru itu adalah klaster hotel, klaster pernikahan, klaster pesantren, dan klaster hiburan malam.
Dewi menjelaskan temuan tiga kasus klaster di hotel yang ketiganya memiliki kontak erat.
“Ditemukan tiga kasus di hotel, tiga orang punya kontak di sana. Ini masih penyelidikan tapi muncul di tempat baru yang kemungkinan ada penularan,” ujarnya.
Selain data di Provinsi DKI Jakarta Dewi juga menjelaskan data di Jawa Timur dan Jawa Barat yang juga muncul klaster baru.
Di Jawa Timur ada dua klaster baru, yaitu klaster seminar dan klaster rumah tahanan (rutan).
Klaster seminar dengan 403 kasus hingga salah seorang pembawa materinya meninggal dunia.
“Rutan-rutan juga sudah muncul dan ini harus hati-hati. Yang jenguk pun perlu dipastikan sehat. Jangan sampai nantinya menyebar ke petugas atau warga rutan di sana,” ujarnya.
Untuk mengantisipasi agar wabah virus corona ini tidak semakin meluas Dewi mengajak seluruh masyarakat untuk mematuhi protokol kesehatan. Selalu pakai masker, jaga jarak, dan mencuci tangan.
Mematuhi protokol kesehatan pun terus disosialisasikan oleh pemerintah. Selain patuh protokol kesehatan Dewi memberi saran untuk menganggap orang lain adalah pasien positif COVID-19 tanpa gejala atau OTG.
“Anggap saja semua orang itu OTG, orang tanpa gejala, sehingga kita lebih waspada,” kata Dewi usai memaparkan data terbarunya.
(AL/Rls)