Pilkada Kabupaten Solok yang digelar 9 Desember 2020 tampak makin panas. Lobi-lobi politik dan komunikasi bakal calon yang maju mereputkan kursi nomor satu di daerah penghasil buah markisah itu makin terlihat.
Ada yang telah final menyatakan sikap maju berpasangan, ada juga yang pisah secara baik-baik. Sementara jika diukur popularitas para bakal calon bupati Kabupaten Solok, saat ini tertinggi elektabilitasnya berdasarkan poltracking Indonesia mengarah kepada nama Epyardi Asda, Nofi Chandra, dan Desra Ediwan Anantanur. Sedangkan menurut survei indikator untuk calon wakil bupati posisi teratas diduduki oleh Agus Syahdeman.
Ada yang manarik dalam kontestasi pilkada 2020 di Kabupaten Solok, setelah hengkang dan berpisah secara baik-baik dengan Desra Ediwan Anantanur beberapa waktu lalu, saat ini Agus Syahdeman atau lebih dikenal dengan ASD terihat santai-santai saja.
Saat dihubungi media ini, ASD atau akrab disapa Uncu ini terlihat santai. Setelah gagal perpasangan dengan Desra sampai saat ini ASD belum mengambil sikap politiknya. Begitu juga dengan Demokrat, partai berlambang mercy itu masih melakukan komunikasi dengan beberapa calon kepala daerah lainnya.
Berikut hasil wawancara Topsumbar dengan ASD, Jumat (21/08/2020)
Setelah berpisah dengan Desra beberapa waktu lalu, apakah sampai sekarang ASD sudah memantapkan sikap untuk ikut di pilkada 2020?
Sikap saya sudah mantap untuk maju dalam kontestasi pilkada 2020 di Kabupaten Solok, saya akan maju jadi Wakil Bupati Solok.
Bagaimana dengan sikap partai?
Sampai saat ini Demokrat masih melihat apakah ada kecocokan, karena di Demokrat itu mempunyai indikator dan syarat untuk maju dalam pilkada, semua untuk kepentingan daerah dan keamanan dalam pilkada nantinya.
Ada satu pasangan calon di Kabupaten Solok mengatakan akan didukung oleh partai lain, apakah Demokrat ikut?
Sampai hari ini belum ada Demokrat mengusung apalagi mendukung calon kepala daerah.
“Kalau mendukung itu saat orang sudah deklarasi secara personal, atau sudah keluar rekomendasi dari masing-masing partai kandidat tertentu baru kita bisa menetukan sikap kalau misalnya tidak jadi maju. Namun sampai sekarang kita masih menyatakan sikap maju di pilkada Solok, sampai batas tidak mungkin maju misalnya partai tidak cukup atau pasangan tidak satu misi, atau bisa saja tidak memenuhi syarat lainnya,” ungkap ASD.
Saat ini pergerakan sangat dinasmis di Kabupaten Solok. Belum ada saya lihat di media seorang calon kepala daerah telah keluar mandatnya dari partai tertentu, jadi tidak mungkinlah Demokrat mendukung orang yang tidak jelas, terang ASD.
Diketahui Demokrat dengan kapasitas dan elektabilitas ASD jadi bupati dan wakil bupati akan berusahan tetap maju di pilkada 2020. “Untuk maju tentu harus ada syarat dan pertimbangan. Kalau seandainya nanti tidak ada kesepakatan baru kita mengambil tindakan, itu hanya mengklaim-klaim saja. Pasangan tersebut secara resmi tidak pernah mengatakan sikap mau mengambil Demokrat. Saya tegaskan itu hanya isu” kata ASD mantan anggota DPRD selama dua periode itu.
Mengigat pilkada 2015, ASD berpasangan dengan letkol Wahidup, belajar dari sana peluang seperti apa yang diambil dan cara seperti apa yang dipakai untuk Pilkasa 2020 ini?
Saat ini kita benar-benar melihat peluang dan kemampuan pasangan. Kalau pasangan di lapangan kurang diminati oleh masyarakat tentu kita tidak mau maju dan membabi buta. Sekarang berpolitik sudah profesional, ada indikator dan sudah ada alat yang menjadi ukuran seperti survei nasional yang ada di Indonesia.
“Pada Pilkada 2015 kita memperoleh suara 26000 lebih, dan pada pileg 2019 lalu juga memperoleh suara 13000 lebih yang mayoritas suara dari Kabupaten Solok, serta juga suara terbanyak dari seluruh caleg provinsi berasal dari Kab Solok. Bagi saya survei itu tidak harus nomor satu, dua dan tiga, tapi lihat kondisi dan dukungan di lapangan” katanya.
Benarkah ASD akan bergandengan dengan Yulfadri Nurdin?
Itu bisa saja terjadi, seandainya syarat dan indikator terpenuhi oleh bang Yul. Yang jelas Uncu tetap akan maju menjadi wakil bupati karena itu sudah permintaan dari masyarakat.
“Politik ini kan dinamis, seminggu jelang hari H bisa saja berubah, kecuali sudah dapat mandat dan rekomendasi dari pusat. Kalau saya diminta oleh bang Yul, Nofi Candra, Iriadi Datuk Tumanggung, atau bisa saja Epyardi Asda saya siap maju jadi wakilnya. Sah-sah saja jika syarat sudah terpenuhi,” sambungnya.
Kenapa harus wakil, kenapa tidak langsung jadi calon bupati saja?
Saya harus menghargai pendapat dan masukan dari masyarakat. Apalagi relawan dan simpatisan saya meminta saya maju jadi calon wakil bupati. Ya saya harus pegang amanah itu, dan saya katakan saya siap maju jadi calon wakil bupati Solok di pilkada 2020 ini.
Di tempat terpisah, seorang simpatisan ASD yang enggan disebutkan namanya sangat menyayangkan jika ASD tidak jadi maju dengan Demokrat di pilkada seretak 2020 di Kabupaten Solok. Mendengar isu Demokrat mendukung pasangan calon lain ia rela menarik diri dari barisan.
“ASD sudah jadi perbincangan publik sejak beberapa pekan terakhir, kami mengiginkan ASD tetap maju di pilkada 2020. Simpatisan dan relawan ASD sangat kecewa kalau ASD tidak jadi maju, bahkan banyak yang mendoakan ASD maju berpasangan dengan Yulfadri Nurdin,” tegasnya.
Kalau ASD tidak maju untuk Kabupaten Solok kami sebagai simpatisan lebih baik menarik diri menjadi netral saja. Berkemungkinan kami tidak akan ikut serta meramaikan kontestasi pilkada 2020 ini, tutupnya.
Penulis: Hanny Tanjung