Disajikan dengan bahasa yang mudah dipahami dan kedalaman makna yang terkandung dalam setiap uraian, menjadikan Kitab Ulum Al-Quran menjadi sebuah referensi menarik bagi pelajar dan mahasiswa serta masyarakat yang ingin belajar ilmu Al-Quran.
“Keilmuan dalam memahami Kitab Suci Al-Quran itu meliputi segi turunnya ayat, urut-urutan ayat, pengumpulan ayat, penulisan ayat, pembacaan ayat, tafsir ayat, i’jaz, nasikh dan mansukh atau bantahan terhadap hal yang menyebabkan keraguan terhadap Al-Qur’an,” kata Penulis sekaligus Dai Kondang yang juga Ketua Umum Dai dan Daiyah Sumatera Barat, Buya Haji Syafrizal.
Dosen yang juga seorang penulis serta penyusun buku yang akrab disapa BHS ini mengatakan, buku tersebut disusun berdasarkan kebutuhan mata kuliah yang diembannya di Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Lubuk Sikaping, Kabupaten Pasaman, Ulumul Quran. Teknik penyusunan buku ini sudah disesuaikan dengan kurikulum dan silabus perkuliahan pada perguruan tinggi agama islam.
“Bisa juga dijadikan sebagai referensi tambahan bagi umat dalam mendalami kajian-kajian islami dari kitab suci,” ungkapnya ketika dihubungi di Jakarta, belum lama ini.
Sebagai salah seorang alumni Sekolah Tinggi Ilmu Al Quran, selain menulis beberapa buku yang sudah terbit seperti Mengapa Harus Berzakat dan Tan Malaka Sosio-Intelektual, Sang Pejuang Revolusioner dan lain-lain, dia juga dikenal sebagai sosok pejuang dibidang pembinaan tahfidz melalui Rumah Tahfidz di Kabupaten Pasaman.
Penelusuran topsumbar.co.id, sampai saat ini tercatat sebanyak 11 unit Rumah Tahfidz dan 2 (dua) Pondok Pesantren Tahfidz berada di bawah pembinaannya. Ketika diamanahkan sebagai manajer Pondok Al-Quran melalui LPTQ Pasaman periode 2005-2010 lalu, dia telah membumikan Al-Quran di Pasaman sehingga meraih pin emas dari sebelumnya berada peringkat ke-18 pada MTQ tingkat Sumbar pada 2005.
Setelah dilakukan pembinaan, maka pada 2007 Kabupaten Pasaman naik ke peringkat lima besar pada di Payakumbuh dan pada MTQ Nasional tingkat Sumbar 2009 berhasil meraih peringkat ketiga. Ketika menjadi Ketua Baznas Pasaman, lembaga tersebut telah membantu mustahiq lebih kurang 20.000 mustahiq dan 6.800 beasiswa terhadap mahasiswa asal Pasaman yang tersebar di berbagai perrguruan tinggi dalam dan luar negeri.
Untuk buku terbaru ini, dia menyelesaikannya justru di saat pandemi Covid-19 sedang melanda dan mewajibkan setiap orang harus menahan diri melakukan aktivitas di luar rumah. “Pada waktu itu saya tidak mau kalah dan berdiam diri karena bagaimana pun umat harus terus dibina. Selain memberikan tausiyah dan menyampaikan materi perkuliahan secara virtual, saya pun berusaha menerbitkan karya tulis. Alhamdulillah semuanya bisa tuntas sesuai jadwal,” ungkapnya.
Menurutnya, pengabdian terhadap agama, bangsa dan negara itu tidak boleh setengah hati, tidak boleh sempit secara fungsi dan tidak boleh mementingkan diri sendiri. Jika ada kemauan, lanjutnya, Allah berikan banyak jalan bagi kita untuk tetap berkarya demi agama dan bangsa yang besar ini.
“Dengan kata lain, jika ada tokoh-tokoh yang menunjukkan gelagat seolah membangun itu harus jadi pejabat dulu, maka ini adalah pendapat keliru,” tegasnya.
Melirik perkembangan politik di Pasaman belakangan ini, dia selaku salah seorang putra kelahiran daerah itu mengaku prihatin dan berhati-hati dalam memberikan dukungannya. Dia juga mengimbau masyarakat daerah itu jangan mau dibenturkan oleh oknum-oknum yang hanya memikirkan kepentingan sesaat bagi individu dan kelompoknya.
“Memilih pemimpin itu harus diyakini dulu ia memiliki keimanan dan pemahaman agama yang baik, punya konsep yang jelas dalam membangun kemashlahatan umat dan tidak sekadar mengejar jabatan sebagai prestise tapi tidak memiliki nurani keberpihakan yang besar kepada rakyat,” pesannya.
(FPR)