Webinar internasional seniman Minang dunia berbagai latar seni dari dalam dan luar negeri via zoom telah usai diadakan, Sabtu, 18 Juli 2020, kemarin.
Kehadiran pesohor seniman Minang semisal penyanyi Minang legendaris Elly Kasim, dan artis legendaris nasional Ernie Djohan, serta nama-nama tenar lainnya (lihat Flyer -red).
Kemudian diikuti kepiawaian Prof.Dr. Fasli Jalal (Mantan Wamendiknas) sebagai moderator juga sekaligus inisiator webinar bersama tokoh muda Minang enerjik, Burmalis Ilyas, MA. M. Si (Managing Director Minang Diaspora Network Global), praktis mendapat sambutan antusias dari netizen Urang Awak diberbagai belahan daerah dan negara.
Webinar internasional itu sendiri diadakan oleh Task Force Artis dan Seniman Minang Dunia diinisiasi Minang Diaspora Network-Global (MDN-G) bekerjasama dengan Universitas YARSI, Jakarta.
Sejumlah pendapat dan buah pikiran pun mengemuka dari para seniman Minang dunia pada webinar yang mengusung tema ‘Tantangan Pengembangan Seni dan Budaya Minang di Era Revolusi Industri 4.0, Society 5.0 dan New Normal’.
Satu diantaranya adalah pendapat dan buah pikiran dari salah seorang seniman musik Minang yang berkiprah di luar negeri, tepatnya di negeri jiran Malaysia.
Dia adalah Drs.Yoesbar Djaelani St.Tun Muhammad, ia merupakan Senior Lecture Music Pragramme di University Malaysia Sarawak (Unimas).
Yoesbar didalam webinar ini mengupas tantangan dan peluang musisi Minang di Era Revolusi Industri 4.0, Society 5.0 dan New Normal.
Berikut buah pikiran Yoesbar Djaelani yang diterima Topsumbar.co.id, Minggu, (19/7/2020) melalui perantara Bapak Burmalis Ilyas (Managing Director Minang Diaspora Network Global).
1. Revolusi Industri 4.0 dan Society 5.0
“Izinkan saya mengingatkan kembali tentang Revolusi Industri 4.0 dan Society 5.0,” ucap Yoesbar diawal penyampaiannya.
Diterangkannya, revolusi Industri adalah satu perubahan yang cepat dalam masyarakat karena kemajuan teknologi.
Sedangkan Society 5.0 mengemukakan masalah yang dihadapi masyarakat akibat Revolusi Industry 4.0 dan masyarakat yang dapat menikmati hidup dengan nyaman karena mampu menghadapi tantangan yang dihadapi dengan cara menyesuaikan diri terhadap inovasi yang dibawa oleh Revolusi Industri 4.0 tersebut.
Dalam bidang musik, ada 2 (dua) hal yang akan selalu digunakan para musisi pada masa sekarang dalam menciptakan karya musik yaitu:, Pertama, Internet dan yang Kedua, perangkat lunak yang biasa disebut dengan software dan VST atau Virtual Studio Technology serta pemasaran karya cipta musiknya.
2. Musisi Minang dan Kreativitasnya
Musisi Minangkabau sejak dari dulu sudah termasuk musisi yang kreatif dan kreativitasnya diakui masyarakat di tingkat nasional dan internasional.
Ini telah terbukti sejak dari zaman Orkes Gumarang dengan tokohnya: Asbon dan Nurseha dengan lagu Ayam den Lapeh.
Kehadiran Orkes ini dalam New York Fair tahun 1965 dan Expo di Osaka tahun 1970, telah membuktikan keunggulan musisi Minang.
Oslan Husein dengan Orkes Kumbang Tjari bersama lagu Si Nandi-Nandi dengan irama Latin yang sudah menyerupai musik jazz, telah membawa nama Minangkabau dikenal di tingkat nasional dan internasional.
Nama yang sangat kita kenal seperti Nuskan Syarif dengan grup Zaenal Combo, Uni Elly Kasim dengan lagu Malereng Tabiang dan Uni Ernie Djohan dengan lagu Teluk Bayur serta musisi Minang yang tidak dapat saya sebutkan satu per satu, sudah mendudukkan musisi Minang di peringkat nasional dan internasional.
Dengan fakta-fakta itu, sesungguhnya tidak salah bila kita memastikan bahwa Gumarang dengan tokoh-tokoh yang disebutkan tadi merupakan pioneer yang meletakkan asas atau “batu pertama” band di Indonesia.
Pada masa itu, pemakaian peralatan listrik untuk gitar dan penguat suara merupakan ujud atau fakta dari revolusi industri yang mampu disesuaikan serta dikuasai oleh musisi Minangkabau ketika itu.
3. Teknologi Musik (Internet dan Digital)
Untuk masa kini, kita perlu menyesuaikan diri terhadap perkembangan teknologi yang terkini yaitu internet dan komputer serta peralatan digital lainnya seperti berbagai macam software dan VST.
Penguasaan terhadap teknologi ini akan memberi peluang kepada kita para musisi Minangkabau untuk selalu hadir dalam dunia musik industri Minang di antara musik industri lainnya di Indonesia dan di dunia, walaupun dalam keadaan masa pandemik Covid-19 ini.
Sebelum pandemik Covid-19 ini, innovasi teknologi rekaman sudah dilakukan para musisi yaitu dalam bentuk membuat rekaman lagu yang lengkap dengan band dalam bilik mereka dengan memakai komputer dan microphone saja.
4. Promosi, Pemasaran dan Income serta Alih Bahasa
Langkah berikutnya yang perlu kita para musisi Minangkabau lalui untuk ke masa depan adalah mencari haluan untuk promosi serta pemasaran karya ciptanya. Youtube dan Instagram sangat efektif untuk mempromosikan karya cipta kita.
Namun demikian, akan lebih mantap bila kita para musisi Minangkabau memiliki website tersendiri.
Dalam website, pengenalan diri, promosi besar-besaran dan tidak terbatas dapat dilakukan. Salah satu website yang gratis adalah wix.com.
Untuk pemasaran yang akan membawa income bagi para musisi Minangkabau adalah: Itune, Spotify, Band Camp dan Patreon.
Satu tantangan yang berat di arena percaturan yang saya kemukakan di atas adalah masalah kualitas musik kita. Dalam arena itu, kita akan bertemu dengan musisi dan karya musiknya yang bagus-bagus.
Walau bagaimanapun kita tidak perlu kawatir karena kita dapat bersaing dengan mereka bila kita menyesuaikan diri terhadap kualitas musik mereka.
Satu lagi peluang yang jarang kita lihat pada mereka, tapi ada pada kita adalah: kita menampilkan alat-alat musik tradisi kita seperti Saluang, Bansi, Rabab dan yang lainnya.
Kemudian satu hal lagi yang akan menjembatani komunikasi karya musisi kita dalam mendunia adalah alih bahasa. Sebaiknya alih bahasa itu disertakan di dalam teks atau lirik lagu ciptaan kita, agar orang lain faham dan akan semakin tertarik.
Penggunaan Bahaso Nan Ampek, pepatah, analogi yang memiliki nilai semiotik yang tinggi ada di dalam bahasa kita dan itu sangat menarik minat orang luar untuk masuk “ke dalam” bila dia di alih bahasakan.
Selain itu, di masa pandemik ini, kreativitas mengadakan kelas online untuk menyanyi lagu minang atau main alat musik minang, akan mendatangkan income yang tinggi.
Kesemua gagasan di atas menghendaki usaha penyesuaian yang serius dari para musisi Minang terhadap penguasaan teknologi musik tersebut di atas.
5. Sinyal Internet dan Daya Beli Masyarakat
Kendala terberat yang mungkin dijumpai oleh musisi Minang pada umumnya adalah sinyal dari internet yang ada di sekitarnya, mungkin sinyalnya tidak kuat dan terputus- putus atau kesulitan lainnya di bidang internet ini.
Disamping itu, daya beli masyarakat yang tidak sanggup untuk membeli pulsa internet karena harga pulsa internet yang relatif mahal, akan menghambat atau mematikan kreativitas musisi Minangkabau atau musisi Minang tidak dapat menyalurkan kreativitasnya.
“Jalan keluar dari dua masalah di atas, memerlukan bantuan pemerintah untuk dapat meringankan beban musisi Minang dalam berkarya agar musik dan musisi Minang tidak mengalami hambatan dalam usaha dan karyanya mendunia,” pungkas Yoesbar Djaelani, putra asli Bangkaweh, Bukittinggi.
(AL)