Keluarga korban bencana longsor Jumat (05/06/2020) yang lalu menangis terharu saat dikunjungi oleh Wakil Gubernur Sumatera Barat Nasrul Abit. Suasana duka masih menyelimuti keluarga pasangan uami Istri Tarmizi (46) dan Yenni (44).
Wakil Gubernur Sumatera Barat Nasrul Abit bersama Wakil Bupati Solok Yulfadri Nurdin bersama OPD terkait mengunjungi warga korban bencana tanah longsor di Jorong Sarik Ateh, Nagari Sarik Alahan Tigo, Kecamatan Hiliran Gumanti, Kabupaten Solok, Sumbar, Rabu (10/06/2020).
Selain menyerahkan bantuan untuk meringankan kesulitan hidup yang dialami para korban, Wagub Nasrul Abit juga ingin membicarakan rencana merelokasi korban ke tempat lebih aman.
“Pemerintah Provinsi Sumbar ikut berduka atas kejadian duka ini, terutama keluarga Tarmizi dan Yenni yang kehilangan kedua anaknya yang tercinta. InsyaAllah mereka masuk surga, dan bagi keluarga yang ditinggalkan dapat tabah dan sabar menghadapi cobaan ini,” ucap Nasrul Abit.
Dalam pertemuannya dengan keluarga korban dan masyarakat sekitar, Nasrul Abit menghimbau warga setempat untuk tetap berhati-hati pada saat hujan deras turun, karena wilayah Nagari Sarik Alahan Tigo ini berada pada lembah dan perbukitan rawan terjadi longsor.
“Ini musibah, Allah yang berkehendak. Untuk itu marilah kita jadikan ini sebagai introspeksi dan hikmah dari Allah, untuk lebih berhati-hati dan waspada lagi pada saat musim hujan, yang jelas kita amat prihatin atas musibah ini,” ungkapnya .
Saat mengunjungi rumah duka terlihat Yenni tanpa henti menangis sembari memanggil-manggil nama anaknya. Tanpa disadari Nasrul Abit pun ikut terharu sambil mengusap matanya. “Ikhlaskan mereka buk. Biar mereka berdua tenang di alam sana,” ujarnya.
Diberitakan sebelumnya, Jumat (05/06/2020) sekitar pukul 02.00 WIB. Kakak beradik ini diketahui bernama Melsa Gustia Putri (20) dan Rafky Aulia Zikra (13). Mereka tertimpa material bangunan kediamannya yang dihantamkan material longsor. Terjadi ketika kedua korban tidur.
Yenni yang merupakan ibunda dari kedua korban menceritakan pada Wagub Sumbar bagaimana awal kejadian bencana longsor tersebut sambil terbata-bata.
“Malam itu hujan sangat lebat, tiba-tiba terdengar gemuruh. Longsor datang persis mengahantam rumah kami. Kami idak sempat lari keluar. Dinding belakang rumah kami roboh menimpa kedua anak kami, pak Wagub,” ceritanya.
Lanjut ia menjelaskan kejadian ini pertama sekali diketahui oleh suaminya ketika terbangun karena mendengar dentuman akibat hantaman longsor. Kedua anaknya ikut tertimpa material bangunan.
“Saya selamat, hanya luka dibagian kaki sebelah kiri. Anak-anak saya sudah tidak ada lagi pak Wagub,” kata Yenni yang terus menanggis.
Menanggapi rencana relokasi tersebut, salah seorang warga, Wardi (53), mengaku bersyukur jika pemerintah bersedia menyiapkan lahan sebagai tempat permukiman baru.
“Yang penting warga disini aman dan tidak jauh dari lahan pertanian. Atau kalau memang pemerintah mau menyiapkan lahan baru, saya pikir kita siap untuk direlokasi,” kata Wardi.
“Jadi selama ini memang kita hidup dalam kecemasan, apalagi saat cuaca buruk terjadi, kita takut akan terjadi longsor yang bisa menimpa rumah dan merenggut korban jiwa,” tambahnya
(Nov/Hms)