Memasuki tatanan baru normal produktif aman Covid-19 di Payakumbuh, anak didik juga akan segera kembali beraktivitas di sekolah. Namun, saat ini Pemerintah Kota Payakumbuh sedang menunggu keputusan dari tim gugus tugas provinsi Sumatera Barat.
“Untuk kembali seperti biasa dengan tuntunan new normal ini, khusus kepada sekolah kita melihat kondisi perkembangan Covid-19 di wilayah, regionalnya yaitu provinsi,” kata Kepala Dinas Pendidikan Kota Payakumbuh Drs. AH Agustion saat diwawancarai di Balaikota, Senin (08/06).
Diterangkan Agustion, bila nanti ada penurunan kasus, dan telah adanya koordinasi tim gugus tugas kota, provinsi, dan pusat, kemungkinan masuk sekolah dimulai pada 13 Juli 2020 mendatang, itupun bila kondisi memungkinkan.
“Kalau kembali ke sekolah dilaksanakan, kita memang butuh protokol yang ketat. Artinya belum semua siswa dihadirkan ke sekolah, khusus TK, PAUD, dan SD kelas 1 sampai 3 masih di rumahkan,” kata Agustion.
“Sementara itu, kelas IV, V, dan VI SD, siswa SMP sampai SMA/SMK masuk ke sekolah namun jam masuk nya dibagi dua, dimana ada pembagian siswa untuk menghindari keramaian yang berpotensi menimbulkan penularan baru dari virus corona,” tambah Agustion.
Di sisi lain, mantan Kepala SMEA Negeri itu menerangkan untuk pendaftaran siswa baru ada opsi secara online, semi online, dan manual.
“Kalau manual ada mobilisasi orang, ini harus diatur protokol kesehatannya ketat. Kenapa tidak keseluruhan online 100 persen karena nanti seperti anak SD baru, yang datang ke sekolah mendaftar banyak data yang harus diperhatikan, jadi bisa semi online juga,” terangnya.
Disebutkan, sistem zonasi tetap diberlakukan, dalam perwako yang mengatur turunan dari Permendikbud dimana siswa 60% jalur zonasi, 20% jalur prestasi, sisanya jalur kurang mampu, dan jalur karena orang tua pindah tugas.
Agustion juga menyebutkan bila anak didik berada di sekolah, mereka tentu dapat pengawasan ketat dari sekolah, namun yang paling menjadi perhatian adalah aktivitas yang bakal dilakukan oleh anak sekolah bila telah diluar jam sekolah.
“Kita takutkan anak-anak nanti malah berkeliaran dan tidak mematuhi protokol kesehatan, ini berpotensi menimbulkan penularan baru yang mereka bawa dari lingkungan sekitar, maka untuk itu kita butuh pengawasan ketat dari orang tua menjaga anak-anaknya,” terangnya.
(Ton)