Setelah usai dengan kegiatan dialog internasional tokoh Minang nasional dan masyarakat minang se-dunia, Rabu, 20 Mei 2020, lalu, dengan tema “Surau Sydney Australia dan Masa Depan Generasi Muda Minang di Rantau”.
Kembali pada hari ini, Sabtu, 30 Mei 2020, persisnya pukul 13.00 WIB, siang nanti, Minang Diaspora Network – Global (MDN-G) bidang adat, budaya dan agama mengadakan diskusi internasional yang kali ini mengangkat tema “Budaya Merantau Masyarakat Minang, Dulu, Sekarang dan Masa yang Akan Datang”.
Direktur Eksekutif MDN-G, Burmalis Ilyas, S.Ag, S.IP, MA, M.Si, mengatakan dialog internasional ini terselenggara berkat kerjasama antara MDN-G dengan Universitas YARSI.
Dikatakannya, sedikitnya 18 orang tokoh Minangkabau dan pengamat budaya merantau dari dalam dan luar negeri akan tampil memberikan curah pendapat dalam teleconference terbuka siang nanti itu.
Diantaranya, Prof. Dr. Emil Salim (Guru Besar UI dan Mantan Menteri Lingkungan Hidup), DR. Mochtar Naim (Sosiolog dan penulis buku Maha Karya “Merantau”, Prof. Dr. Meutia Hatta (Guru Besar Antropologi UI dan Mantan Menteri Urusan Peranan Wanita RI).
Kemudian, Prof. Dr. Ismet Fanany (Guru Besar Budaya dan Bahasa Universitas Deakin Melbourne Australia), Prof. Dato’ Dr. Ahmad Murad Merican (International Institute of Islamic Though and Civilization / International Islamic University Malaysia), Prof. Dr. Firdaus Abdullah (Budayawan Minang Malaysia), Prof. Dr. Gusti Asnan (Guru Besar Ilmu Sejarah UNAND), Dr. Suryadi, MA (University of Leiden Belanda).
Selain nama-nama diatas, sejumlah nama tokoh Minangkabau lainnya bakal ikut serta menjadi pembicara dalam dialog internasional melalui aplikasi Zoom tersebut (nama narasumber bisa dilihat pada gambar, -red).
“Bertindak selaku moderator adalah Prof. dr. Fasli Jalal, Sp.GK, Ph.D (Pembina MDN-G, mantan Wamendiknas yang kini adalah Rektor Universitas Yarsi),” kata Burnalis Ilyas.
Berikut dibawah ini kerangka acuan atau ToR (term of reference) yang dibagikan penyedia kegiatan yang juga diterima Topsumbar.co.id.
Masyarakat Minangkabau adalah masyarakat matrilineal tapi terkenal dengan budaya merantau sekaligus budaya bisnisnya (budaya berdagang / enterpreneur).
Hampir disetiap kota besar Indonesia dan beberapa kota besar dunia pasti kita jumpai perantau Minang yang sudah beranak pinak dirantau orang.
Kita paham akan perkembangan budaya merantau yang telah di lakukan sejak turun temurun. Banyak faktor yang menyebabkan seseorang merantau, diantaranya karena faktor ekonomi, faktor alam, faktor pendidikan, bahkan ada juga karena faktor tradisi atau budaya.
Merantau, istilah yang sudah tak asing lagi terdengar di telinga kita, merupakan salah satu tradisi yang sudah melekat pada beberapa suku di Indonesia, termasuk suku Minangkabau.
Tradisi merantau ini sendiri dapat diartikan perginya seseorang dari tempat asal untuk mencari kehidupan baru.
Merantau di Minangkabau merupakan suatu budaya yang telah terjadi sejak lama, dan dilakukan secara turun temurun oleh masyarakat Minangkabau. Merantau merupakan kewajiban kultural bagi laki-laki di Minangkabau, agar dapat sukses sehingga mampu memajukan kampung halaman berbekal pengalaman yg didapat di rantau tersebut.
Ada pepatah “karatau madang dihulu babuah babungo balun, marantau lah bujang dahulu di rumah paguno balun”* yang menggambarkan betapa besarnya peran mengalaman merantau ini bagi pemuda Minang sebelum mereka diakui sebagai orang yang berguna bagi kampung halamannya.
Sesuai dengan perkembangan zaman maka merantau saat ini juga dilakukan oleh perempuan. Keikutsertaan perempuan Minang ini tentu memiliki motif dan makna tersendiri yang kemudian menjadikan mereka mampu melakukan hal-hal yang dilakukan oleh laki-laki di Minang.
Di perantauan orang Minangkabau memerankan berbagai bentuk pekerjaan, mulai dari berdagang di kaki lima, pedagang eceran dan pemilik toko sampai menjadi pengusaha.
Banyak juga diantara mereka yang menjadi guru dan pengelola pendidikan serta petugas kesehatan, ada yang menjadi pendakwah agama Islam sampai menjadi ulama.
Sebagian bergerak di bidang kesenian dan industri kreatif, serta sebagian lagi bekerja sebagai pegawai negeri sipil dan disektor keamanan dan pertahanan negara (TNI Polri) sampai ada yang menjadi konglomerat atau pejabat terkemuka bahkan menjadi diplomat yang disegani.
Sejarah Indonesia menunjukkan betapa besarnya pengaruh tokoh-tokoh politik asal Minangkabau dalam pergerakan memperjuangkan kemerdekaan Indonesia.
Sudah menjadi sebuah keniscayaan bahwa masyarakat Minang yang merantau selama ini ikut berpartisipasi membantu pembangunan di kampung halaman sendiri.
Membantu masyarakat dalam memajukan pembangunan fisik dan non-fisik antara lain seperti membangun infrastruktur serta membantu meringankan biaya pendidikan anak nagarinya.
Masyarakat Minang di perantauan juga mempertahankan dan mengembangkan nilai-nilai adat istiadat yang mereka anut di kampung halamannya. Maka dari itu, sangat banyak sekali perkumpulan perantau Minang yang ada di Indonesia, bahkan sampai ke mancanegara.
Mengingat perubahan yang dahsyat yang terjadi di tingkat lokal, nasional maupun global karena revolusi 4.0 dan dampak jangka menengah dan jangka panjang dari Covid-19, maka diperlukan sebuah dialog untuk membahas pembelajaran (lessons learned) dari merantau di masa lalu dan tantangan merantau di masa depan terutama bagi milenial Minang.
Untuk itu diadakan dialog internasional task force adat dan budaya Minangkabau Diaspora Network – Global bertema “Budaya Merantau Dulu, Sekarang dan Masa Akan Datang”.
Adapun pertanyaan yang mungkin akan dijawab dalam dialog ini adalah
- Bagaimana pola merantau masyarakat Minang sejak dulunya (zaman kolonial)?
- Bagaimana budaya merantau masyarakat Minang di era modern saat ini (zaman milenial)?
- Bagaimana pola merantau generasi milenial / generasi muda Minang saat ini?
- Bagaimana perkembangan budaya merantau masyarakat Minang di masa depan pada saat pesatnya peran teknologi informasi yang dapat mempersingkat jarak dan waktu?
Untuk mendiskusikan hal-hal diatas maka akan diadakan video conference melalui Zoom pada Sabtu, 30 Mei 2020, mulai pukul 13.00 WIB sampai selesai.
Acara ini akan dimulai dengan pengantar dari panitia dan pembuka dari moderator yang dilanjutkan dengan paparan singkat (masing-masing 5 (lima) menit) dari tokoh-tokoh Diaspora Minang dan praktisi dan pengamat sosial budaya, antropolog dan sosiolog di ranah dan di rantau.
Setelah itu diikuti dengan diskusi bebas dengan peserta.
Peserta dapat ikut serta berkontribusi dengan klik,
Meeting ID : 836 1788 9565
Password : Kontribusi
Atau bisa juga mengikuti via live streaming : https://www.youtube.com/channel/UCxoP-IGVZmz515qWdw2zfzw.
(AL)