Merayakan hari kelulusan sekolah menengah atas nampaknya menjadi tradisi bagi kaum muda. Setiap hari kelulusan muda-mudi yang baru tamat sekolah ini merayakan dengan berbagai macam cara dan kegiatan.
Namun lain halnya dengan kondisi saat ini, ditengah wabah virus Corona (Covid-19) ini para pelajar yang baru tamat sekolah benar-benar diminta oleh pemerintah agar berdiam diri di rumah dan tidak membuat keramaian di tempat-tempat umum untuk marayakan kelulusan.
Di Kabupaten Sijunjung, sejumlah pelajar yang baru tamat sekolah mendapat perawatan medis usai merayakan kelulusan sekolah. Diduga sejumlah pelajar yang ikut berkumpul di taman yang tidak jauh dari rumah dinas Bupati Sijunjung itu mendapat beberapa pukulan.
Aksi pemukulan sejumlah siswa tersebut diduga dilakukan oleh oknum ajudan Bupati Sijunjung yang berakhir dengan pelaporan pada pihak Polres Sijunjung. Dari pengakuan para korban yakni FZ (18 tahun), AG (17 tahun), GN (19 tahun) dan RB (18 tahun) tindakan main pukul oknum ajudan tersebut dianggap melewati batas kewenangan nya sebagai seorang ajudan bupati.
“Dada saya disundul KH menggunakan lutut, membuat saya sesak nafas. Setelah itu saya disuruh jongkok dan bagian punggung saya ditendang,” ungkapnya kepada wartawan Senin (04/05/2020).
Data juga berhasil digali dari para korban, sekitar pukul 19.30 WIB, Sabtu (02/05/2020) lalu FZ, AG, GN dan RB serta puluhan siswa dari berbagai sekolah di Kabupaten Sijunjung datang ke taman yang kebetulan tak jauh dari rumah dinas bupati. Mereka berkumpul merayakan kelulusan sekolah dan tidak terfikirkan bahwa berkumpul disaat pandemi Covid-19 itu berbahaya bagi kesehatan.
Diceritakan salah seorang korban FZ (18 tahun), asal Jorong Ipuh, nagari Muaro, dirinya datang sekitar pukul 19.30 WIB di taman, beberapa teman nya sudah lebih dahulu tiba. Baru beberapa menit di taman, beberapa siswa yang ada memberi informasi kalau petugas gabungan SatPol PP, Polisi dan TNI akan segera datang, sehingga membuat siswa lain nya berhamburan keluar taman.
Setelah kebanyakan siswa sudah keluar taman, FZ pun berupaya keluar taman. Namun sebelum dirinya menaiki motor temannya, oknum ajudan berinisial KH itu menarik baju FZ dari belakang.
Tak hanya sampai disitu, FZ juga menyebut kalau dadanya sempat disundul KH menggunakan lutut yang membuatnya sesak nafas. Remaja yang berencana kuliah di salah satu perguruan tinggi di Kota Padang itu juga disuruh sang oknum ajudan untuk jongkok.
AG (18 tahun) korban lainnya juga mengatakan demikian, Ia mengaku sempat dipukul oknum ajudan itu namun sempat mengelak.
“Saya juga dipukul, tapi bisa saya elakkan, dan pukulan oknum ajudan itu malah mengenai dada RB, yang saat itu berada di belakang saya,” terang AG.
AG juga menceritakan bahwa setelah motornya dihentikan, KH langsung menarik bajunya hingga robek lalu disuruh jongkok oleh oknum ajudan tersebut.
“Meski pukulan tidak mengenai saya, namun baju saya robek akibat ditarik oknum itu saat dia menyuruh saya jongkok, oknum ajudan itu juga berkata kasar dan tak layak saat menyuruh kami jongkok,” jelasnya.
Sementara cerita korban lainnya, yakni GN (19 tahun) Ia datang ke taman pukul 17.30 WIB Sabtu (02/05/2020) tidak menggunakan baju seragam sekolah.
Sekitar pukul 20.30 WIB, saat para siswa lainnya terlihat kocar kacir keluar dari taman karena takut akan kedatangan petugas, dirinya tetap tenang dan santai. Karena menurutnya, kedatangannya ke taman bukan untuk berbuat gaduh apalagi heboh.
“Saya datang dengan baju biasa, karena hanya ingin melihat teman lainnya yang berkumpul merayakan kelulusan di taman. Makanya saat yang lain bubar, saya tetap tenang,” tutur GN.
Dikatakan nya, karena yang ada di taman cuma ia dan beberapa temannya yang lain, dirinya juga ikut jadi sasaran anarkis sang oknum ajudan.
“Saya juga sempat ditendang pada bagian punggung saat disuruh jongkok, padahal saya datang ke taman dengan baju biasa, tidak menggunakan seragam sekolah, tidak pula berbuat hal-hal yang melanggar apapun tapi saya tetap ditendang. Tendangannya memang tidak berbekas, tapi tindakannya sudah tidak manusiawi, ditambah kata-kata oknum ajudan itu tidak layak karena mengatai kami seperti binatang,” jelasnya.
Pukul 21.00 WIB, setelah para petugas dari SatPol PP, Polisi dan TNI tiba di taman, GN mengatakan bahwa dirinya bersama FZ dan AG dibawa ke kantor SatPol PP. Sementara RB yang sempat terkena pukulan di dada oleh oknum ajudan itu sempat kabur, sehingga hanya mereka bertiga yang dibawa ke kantor Sat PolPP.
Setelah menandatangani surat perjanjian, dirinya dijemput kelurga.
Beberapa jam setelah kejadian, keempat para korban (FZ, AG, GN serta RB) kembali berkumpul. Karena merasa tidak terima dengan perlakuan oknum ajudan bupati, keempat korban sepakat membuat laporan polisi didampingi orang tua korban mendatangi Mapolres Sijunjung untuk membuat laporan polisi dengan nomor: LP/52/5/2020/SPKT-RES SJJ Tanggal 3 Mei 2020. (H/Gangga)