Pasien Dalam Pengawasan (PDP) yang meninggal di Muaralabuh Kabupaten Solok Selatan, Rabu (01/04/2020) sekitar pukul 18.30 WIB sampai saat ini belum ada hasil labor dari pihak berkompeten yang mengatakan terpapar virus Corona (Covid-19).
Anehnya, Kepala Dinas Kesehatan Solok Selatan telah membangun opini ke publik bahwasanya almarhum suspec corona. Hal tersebut terlihat dari pemberitaan beberapa media online terbitan lokal maupun nasional.
Berdasarkan kronologis dari pihak keluarga, Almarhum mempunyai riwayat diabetes militus, sebulan sebelum pulang kampung untuk berobat secara tradisional, pasien berdomisili di Balai Baru Kota Padang ini mengalami penyakit aneh dan sudah berobat di beberapa rumah sakit di Padang tak kunjung ada perubahan. Makanya pihak keluarga menyarankan berobat kampung (tradisional) di kampung Muaralabuh, karena pihak keluarga mengindikasikan penyakit ini karena “ulah manusia”. Sebab, Almarhum semasa hidup ketika hendak kencing selalu sakit dan pinggang selalu sakit dan badan terasa panas dan bentol – bentol seperti bisul disekitar alat kelamin (bahasa kampung penyakit katumbuhan).
Setelah menerima saran dari pihak keluarga, akhirnya pasien pulang kampung ke Muaralabuh dan berobat secara tradisional. Dalam pengobatan tradisional tersebut diketahui secara ilmu kebhatinan bahwasanya pasien sakitnya diduga karena “ulah manusia” karena sebelumnya pernah terjadi perselisihan dengan seseorang di Padang. Namun, karena pasien mempunyai riwayat diabetes, jadi sering pusing – pusing dan sempat beberapa kali tidak sadarkan diri (pingsan) di rumah, bahkan juga beberapa kali datang ke Puskesmas dekat rumah yang berjarak kurang lebih 300 meter, beliau hanya berjalan kaki ke puskesmas.
Setelah dilakukan pengecekan tim medis di puskesmas beliau diberi obat untuk menstabilkan penyakit diabetesnya. Kemudian beliau kembali normal lagi, namun penyakit Katumbuhan dan sakit pinggang juga tak hilang. Bahkan dari selera makan beliau tidak ada kendala seperti orang sehat saja, tapi saat kencing selalu sakit dan tidak ada riwayat sesak nafas atau tidak ada ciri – ciri terpapar penyakit Covid-19. Cuma karena darah rendah makanya beliau sering beberapa kali pingsan. Dan beliau sempat dibawa ke RSUD Muaralabuh untuk berobat, dan pihak dokter disana mengatakan lanjutkan saja obat yang diberikan pihak puskesmas karena menurut analisa dokter beliau ada infeksi saluran kencing. Hari itu juga beliau diperbolehkan pulang oleh dokter untuk berobat rawat jalan. Keesokan harinya siang beliau pingsan dan beliau langsung dilarikan ke RSUD, namun pihak RSUD terkesan langsung mengtersangkakan pasien terpapar Covid-19.
Penanganan yang dilakukan-pun seperti seseorang terpapar Covid-19. Anehnya, kondisi pasien dalam keadaan tidak sadar (pingsan) langsung diisolasi, dan memang saat itu pasien mengalami sesaknafas dan diberi oksigen. Tapi tak berapa lama kemudian saya disuruh menyiapkan materai tiga buah untuk menandatangani surat, dan surat itu saya tidak tahu isinya, karena saya sudah fokus ke perawatan suami saya. Tak berapa lama pihak rumah sakit memperbolehkan pulang pasien dalam keadaan tidak sadarkan diri, diperjalanan pulang kurang lebih 10 menit (kawasan Rawang) pasien menghembuskan nafas terakhir, sampai dirumahpun tidak ada hal-hal mencurigakan, namun sekitar jam 20.00 WIB telah berkumpul semua masyarakat dan muspika di Masjid dekat rumah untuk merembukan pemakaman, Almarhum harus dimakamkan sesuai protokoler pasien terpapar Covid-19 dan harus di makamkan malam itu juga, setelah terjadi perembukan dengan pihak keluarga akhirnya didapat keputusan almarhum dimakamkan besok pagi, namun kepala Jorong menginstruksikan beberapa masyarakat menggali kuburan malam itu juga, namun tak siap, akhirnya pihak keluarga juga yang menyelesaikan penggalian kubur esok paginya, ujar Istri Almarhum menceritakan kronologis sebelum suaminya meninggal, seperti dilansir dari Kongkrit.com.
“Apa yang dikatakan oleh Kadinkes Solok Selatan terkait penguburan Almarhum ditangani oleh 4 orang petugas khusus dan dipandu oleh petugas kesehatan itu jelas pembohongan publik, seharusnya Kadinkes itu memberi keterangan sebenarnya jangan menciptakan berita hoax ke publik, ke empat orang yang dikatakan petugas khusus itu adalah dua diantaranya anak kandung almarhum dan dua lagi dari pihak keluarga saya, apanya yang petugas khusus, tim medis hanya menyediakan alat pelindung diri (APD) saja, dan memang penguburannya di pandu tim medis, Kadinkes jangan politisir kematian suami saya,” ujar Istri Almarhum kesal.
Seharusnya kata istri Almarhum, sewaktu Almarhum tidak sadarkan diri dirumah sakit (RSUD Solok Selatan) dilakukan perawatan, kok disuruh pulang oleh tim medis? sementara suami saya butuh oksigen. Apakah begitu cara penanganan medis yang dilakukan terhadap dugaan pasien yang dituding suspec Covid-19?
“Usai pemakaman beberapa kali pihak terkait mendatangi pihak keluarga untuk mendata semua pihak keluarga yang kontak langsung dengan almarhum, dan sampai sekarang kami tidak satupun dari pihak keluarga yang sakit, kalau memang suspec Covid-19 tentu sudah menyebar semuanya,” terangnya.
Pihak keluarga juga menyesalkan opini publik yang telah terbentuk di masyarakat, bahwasanya keluarga kami mengidap penyakit Corona.
“Buktikan dulu hasil swabnya, sekarang kan ada di Labor Unand yang ditunjuk secara resmi oleh pemerintah untuk melakukan tes swab, dampak dari pemberitaan sepihak di media massa ini juga menyudutkan keluarga kami di lingkungan masyarakat, ini jelas tidak adil,” tuturnya.
Seharusnya kata Istri Almarhum, pihak terkait memberikan pengertian kepada masyarakat apa itu ODP, PDP, Suspec dan positif Corona. “Tapi keluarga kami sekarang dihukum oleh masyarakat sebagai keluarga Corona? Apakah ini adil? Berita telah menyebar dibeberapa media, grup- grup FB dan WA, kalau hal ini terjadi terhadap keluarga saudara – saudara sekalian apakah kalian mampu menghadapinya,” tanya istri Almarhum.
Sampai saat ini ujar istri Almarhum, satu helai surat-pun tidak ada diberikan oleh pihak RSUD kepada saya, sebagai bukti bahwasanya suami memang mengalami gejala Corona atau sudah terpapar corona.
Perlu diketahui oleh masyarakat apa sih arti Suspect, ODP, dan PDP Virus Corona?
Dikutip dari laman idntimes.com, virus Corona masih terus menyebar hingga di ratusan negara di dunia. Jumlah orang yang terinfeksi pun terus meningkat setiap hari dalam jumlah signifikan. Hingga saat ini, jumlah kasus terkonfirmasi virus Corona di seluruh dunia mencapai 197.830 kasus.
Dalam berita-berita terkait virus Corona, kamu pasti pernah membaca kata-kata suspek (suspect), ODP, hingga PDP. Apakah kamu termasuk yang bingung dengan istilah-istilah itu?
Nih, baca penjelasannya supaya kamu bisa membedakan dan tidak keburu panik ya.
1.Catat! Suspect itu bukan penderita virus Corona Loh
Suspek sendiri berasal dari kata suspect dalam bahasa Inggris yang berarti “tersangka, diduga, atau yang dicurigai.”
Mereka yang dinyatakan sebagai suspect virus Corona memiliki beberapa gejala dari penyakit tersebut. Apa saja gejala yang dicurigai infeksi virus vorona? Antara lain: hidung berair, pusing, batuk, demam, hingga sakit tenggorokan. Namun mereka masih dalam tahap menunggu hasil pemeriksaan dari dokter. Nanti, jika hasil menunjukkan negatif, maka mereka terbebas dari sebutan suspek dan tidak terinfeksi virus corona. Sedangkan jika terbukti positif, maka mereka bisa disebut sebagai pasien virus corona.
2. Ada syarat untuk seseorang disebut Suspect virus Corona, jangan sembarangan
Selain yang telah dipaparkan di atas, masih ada lagi kriteria atau syarat hingga seseorang disebut sebagai suspect. Jadi, tidak sembarangan!
Syarat lain selain pemaparan di atas adalah ada atau tidak adanya kontak. Jika orang yang mengalami gejala virus corona baru-baru ini pergi ke Tiongkok dan negara yang terinfeksi, maka ia layak disebut sebagai suspek. Sedangkan istilah “dicurigai” diberikan kepada orang yang mengalami gejala virus corona tapi tidak ada kontak dengan negara yang bersangkutan.
3. Ini kriteria seseorang bisa disebut “Suspect”
Berkaca dari wabah SARS yang terjadi pada tahun 2003, Centers for Disease Control and Prevention membuat beberapa kriteria orang seperti apa yang layak disebut sebagai suspek. Berikut ini di antaranya:
– Temperatur tubuh mencapai lebih dari 38 derajat celcius;
-Memiliki gejala penyakit pernapasan seperti batuk, napas memendek, hingga pneumonia;
-Kontak dengan pasien yang sedang diinvestigasi atau menjadi suspek atau bepergian ke area yang terinfeksi dalam sepuluh hari terakhir.
4. Sekali lagi, gak usah panik karena Suspect tidak disematkan pada seseorang dengan sembarangan
Istilah suspect selama ini membuat masyarakat bingung dan panik. Sebab banyak yang mengira bahwa sekali dinyatakan sebagai suspect, orang itu kemungkinan besar terinfeksi virus corona. Padahal nyatanya tidak. Kemungkinan tersebut masih bisa berubah-ubah tergantung pada hasil analisis dan pemeriksaan dari laboratorium.
5. Sigit Widyatmoko, Dokter Spesialis Penyakit Dalam memberi penjelasan nih memgenai Suspect, ODP hingga PDP Virus Corona
Dalam penanganan medis infeksi virus corona, ada beberapa istilah yang dipakai. Selain suspect, ada lagi ODP dan PDP. Apa itu?
ODP adalah orang dalam pemantauan. Sementara PDP adalah pasien dalam pengawasan.
Kedua istilah Itu sama dalam hal: panas, riwayat batuk pilek, riwayat perjalanan ke Tiongkok atau riwayat kontak dengan penderita yang terinfeksi. Perbedaannya adalah pada kasus dalam pemantauan, tidak ada gejala pneumonia secara klinis (sesak, batuk dengan dahak kental) ataupun radiologis (adanya gambaran infiltrat).
Faktor yang menentukan seorang suspect positif corona:
-Jika pernah kontak dengan penderita, seberapa erat dan lama kontak dengan penderita.
-Apakah pasien punya sakit – sakit lain yang dapat menurunkan daya tahan tubuh (diabetes melitus, kanker, riwayat tuberkulosis paru)
-Apa mengonsumsi obat lain misal obat steroid, bagaimana status nutrisi pasien.
Nah, jika kamu mendengar kata suspect lagi, sebaiknya jangan langsung panik dan menduga terlalu jauh. Tunggu dulu hingga hasil pemeriksaan keluar. Sebab orang yang dinyatakan sebagai suspect, bukan berarti positif terkena virus corona ya. (Red/Ary)