Penggunaan material lokal seperti terumbu karang sangat marak karena material hampir semua didatangkan dari luar Mentawai, khususnya masyarakat pesisir. Terumbu karang sering kali digunakan sebagai bahan bangunan rumah bahkan untuk bangunan proyek pemerintahan tak tertutup kemungkinan dalam jumlah yang banyak.
Dalam hal ini Pemerintah Kabupaten Mentawai tak bisa berbuat banyak. Kewenangan terkait pengawas penambangan kawasan pesisir pantai sudah diambil alih provinsi, namun Pemkab berusaha menghimbau agar penambangan tidak merajalela.
Saat dikonfirmasi terkait hal tersebut, Wakil Bupati Kepulauan Mentawai Kortanius Sabeleake mengatakan bahwa penggunaan terumbu karang juga disebabkan karena di akses darat di beberapa wilayah Kepulauan Mentawai sulit, sehingga pemakaian batu yang biasanya dipakai tidak dapat terjangkau oleh masyarakat.
“Kita sangat perlu akses darat yang memadai, kurangnya akses darat masyarakat tentu mencari bahan yang gampang untuk membangun, salah satunya batu terumbu karang,” ujar Korta kepada Top Sumbar, Kamis (27/03).
“Masyarakat tidak memiliki cara lain dalam menggunakan bahan bangunan yang mestinya dari bahan pasir dan batu alam yang berasal dari sungai. Hal ini dikarenakan akses jauh dan akses jalan yang tidak memadai,” sebut Korta.
Dikatakan Kortanius, pengelolaan ruang tambang bukan kewenangan kita, itu provinsi. Selain itu Pemkab Mentawai sendiri belum memiliki kekuatan peraturan daerah untuk menggunakan material lokal, meskipun sudah diatur dalam Undang-undang dan Peraturan Pemerintah tentang itu.
Mengatasi itu, pemerintah akan mengupayakan pembangunan trans Mentawai sebagai akses penghubung antara kecamatan dengan kecamatan, yang mana sedang dilakukan hingga tiga tahun kedepan.
Dengan tersambungnya akses di setiap kecamatan, desa, dusun kemungkinan tidak ada lagi alasan bagi masyarakat untuk mengambil material terumbu karang.
“Wakil Bupati sangat berharap dalam keadaan sekarang ini masyarakat untuk tidak menggunakan material batu terumbu karang yang berlebihan, karena ada beberapa hal yang akan terjadi, tekanan ombak membuat pengikisan pantai semakin tinggi,” sebut Kortanius.
Penambangan terumbu karang juga akan menyulitkan nelayan tentunya akan sulit mendapatkan ikan, rusaknya terumbu karang akan mempengaruhi kondisi wilayah pesisir sehingga abrasi terus meningkat.
Kita berharap masyarakat khususnya di bagian pesisir menjaga dan menikmati keindahan alam bahari, membersihkan pantai sekitar sehingga kita dapat mengembangkan objek wisata, harap Kortanius.
(DN)