Penulis: Alfian YN
Wartawan Topsumbar Kabiro Padang Panjang (Wartawan Muda)
Media online merupakan media dalam jaringan (daring). Dalam konteks ini dalam jaringan merupakan jaringan online, jaringan online merupakan sesuatu yang berhubungan dengan teknologi dan internet.
Media online adalah media atau saluran komunikasi yang tersaji secara online di situs web (website) internet. Semua jenis kanal (channel) komunikasi yang ada di internet atau hanya bisa diakses dengan koneksi internet. Saat ini hanya dengan memegang smartphone kita bisa mengakses kanal komunikasi dimana saja dan kapan saja.
Tidak menutup mata, hampir seluruh warga dunia sudah memiliki smartphone. Dengan ponsel pintar ini manusia bisa mengakses informasi hanya dengan mengunjungi situs-situs media online. Tanpa proses layout, edit dan cetak seperti surat kabar dan majalah. Ibarat sunrise dan sunset, kedua media ini sama-sama memberikan pencerahan dan kepuasan tersendiri bagi yang melihat.
Cerita media online dan cetak tergambar dengan pertemuan tiga hari lalu dengan seorang wartawan terbilang senior, ia lama menulis di sebuah surat kabar harian (media cetak) terbitan Sumatera Barat, ia wartawan khusus olahraga sepak bola dan ia pernah menduduki posisi strategis sebagai redaktur olahraga. Selain itu, Ia juga pemegang sertifikat UKW kompetensi Wartawan Utama nomor urut 8 di Sumatera Barat.
Namun sejak 6 (enam) tahun silam, ia tidak lagi bekerja di media cetak yang telah membesarkan nama dan kariernya. Ia hengkang menjadi wartawan pada media online khusus bola yang perusahaannya berkantor pusat di Belanda.
Dalan perjumpaan itu, ia cukup banyak mengisahkan suka duka ber-profesi wartawan, khususnya wartawan olahraga sepak bola. Menurutnya, tidak banyak wartawan khusus peliput olah raga sepak bola di daerah Sumbar ini.
“Entah kenapa ya, tetapi sepertinya ada semacam anggapan bahwa menjadi wartawan olah raga sepak bola tidak menjanjikan penghasilan, beda dengan wartawan peliput bidang lainnya yang saban hari berhadapan dengan pejabat birokrasi pemerintah,” ucapnya.
Pada hal, sebutnya, justeru dengan minimnya jumlah wartawan khusus olahraga sepak bola, menjadikan jumlah wartawan yang sedikit tadi ternyata mendapatkan tempat dan penghasilan khusus yang bila dijumlahkan lumayan besar angkanya.
“Malam tadi saya masih nginap di Hotel Mulia, Jakarta, tempat menginapnya pemain dan Official Semen Padang FC dan siangnya saya sudah bisa bekerja di ladang di Kampung,” ujarnya menyebut satu contoh kiprahnya menjadi wartawan sepak bola yang acap terbang bolak balik ke berbagai daerah.
Terkait istilah sunrise dan sunset, menurutnya adalah istilah bikinannya di dalam memperbandingkan media cetak dengan media online.
“Media online itu ibarat matahari terbit atau sunrise dan media cetak itu ibarat matahari akan tenggelam atau sunset,” ujarnya yang pernah meliput dua kali penyelenggaraan sea games memberi istilah sembari mengajak penulis untuk bisa mengartikannya.
Selanjutnya, dikatakannya, kemajuan ilmu pengetahuan dan tekhnologi dua dekade terakhir, khususnya di bidang tekhnologi Informatika dan komunikasi dengan kemunculan media daring secara tidak lansung memberi pengaruh pada media mainstream.
“Media mainstream yang selama bertahun-tahun menyuguhkan bacaan peristiwa apa pun, tak pelak ternyata kalah cepat oleh media during dalam penyuguhannya,” ujarnya yang menurutnya hal itu menjadi salah satu alasan kenapa ia pindah ke media online.
Hanya saja bekerja pada media online, baik wartawan dan pengelola media online tentunya harus memahami bagaimana update atau kecepatan update menjadi pembeda dengan media sejenis.
“Kecepatan update berita sangatlah penting, atau dalam istilah saya 3 (tiga) menit pasca peristiwa, beritanya sudah harus ditayangkan. Karena dengan itu media online akan dibuka, dibaca, dan menentukan rating situs beritanya,,” imbuhnya sembari menyebut update dimaksud tentunya tidak asal update melainkan tetap teliti dan tidak melanggar regulasi aturan main profesi.
“Jadi istilah sunrise dan sunset itu hanyalah istilah bikinan saya dengan tanpa bermaksud mendeskreditkan media mainstream dan atau pihak apapun,” pungkasnya. (***)