Tingginya curah hujan di akhir tahun 2019 hingga awal tahun 2020, suka tidak suka kondisi tersebut berakibat menurunnya hasil pertanian diakibatkan gagal panen, serta berfluktuasinya harga pada beberapa harga komoditi hasil pertanian.
Tidak terkecuali di Kabupaten dan Kota Solok, yang mana masyarakatnya masih didominasi oleh petani, baik petani holtikultura maupun petani padi (gabah), yang harganya melonjak naik, dari harga sebelum tingginya curah hujan.
Kondisi itu tentunya bukan hanya menjadi perhatian serius bagi pemerintah daerah setempat, namun perhatian dalam bentuk sikap nyata langsung justru ditunjukkan oleh Kodim 0309 Solok, melalui Babinsa Koramil 05/ Tanjung Balik Serka Budi Anaga.
Gerak cepat, dirinya bersama perangkat Nagari langsung turun Kelapangan memantau kilang penampungan yang ada di wilayah Kec. X Koto Diatas Kab. Solok, untuk melihat kondisi real stock gabah dilapangan. Senin (27/01/2020).
Dimana, tindak nyata yang dilaksanakan oleh Serka Budi Anaga, merupakan sikap untuk Memastikan tentang Ketersedian stok pangan, khususnya di wilayah binaannya, karena banyaknya keluhan masyarakat di pasaran sekitaran Wilayah Kec. X Koto Diatas, disebabkan terjadinya kenaikan harga beras dari beberapa jenis dan kualitas berbeda.
Dijelaskannya, bahwa dari hasil tinjau lapangan, adapun salah satu yang menjadi penyebab terjadinya kenaikan harga gabah, adalah para petani tidak bisa mengeringkan gabahnya secara maksimal dan membutuhkan waktu, ditambah lagi kondisi cuaca yang masih sering hujan. Jadinya gabah menumpuk digudang, dan malahan ada yang sudah rusak.
“kita sudah lakukan kunjungan ke beberapa kilangan yang ada diwilayah teritorial koramil 05/ tanjung balik. Dimana kenaikan harga beras salah satunya adalah akibat dari kondisi cuaca yang tidak menentu, dan masih seringnya hujan, sehingga gabah menumpuk di penggilangan dan proses pengeringannnya butuh watu lebih lama, kalau dibandingkan dengan cuaca yang panas. Dan malahan kita juga ada menemukan gabah yang mulai tumbuh digudang penyimpanan,” tuturnya.
Selain itu, juga dijelaskannya bahwa tindakan yang dijalakannya bersama perangkat nagari setempat, juga sekaligus menyikapi data yang ada pada Badan Pusat Statistik ( BPS), dimana tercatat telah terjadi kenaikan harga pada komiditi gabah kering panen (GKP) sebesar 2,29 persen menjadi Rp 5.215 per kilogram (kg) pada Desember 2019.
Dan untuk harga gabah kering giling (GKG) di tingkat penggilingan naik 2,11 persen menjadi Rp 5.313 per kg jika dibandingkan dengan harga gabah kualitas yang sama pada bulan sebelumnya. Dengan rincian harga rata-rata GKG ditingkat petani Rp 5.775 per kg atau naik 2,76 persen dan di tingkat penggilingan Rp 5.886 per kilogram atau naik 2,76 persen.
Sementara untuk harga gabah kualitas rendah di tingkat petani Rp 4.633 per kg atau turun 0,49 persen dan di tingkat penggilingan Rp 4.271 per kg atau turun 0,34 persen. Dan khusus di wilayah Sumatera Barat Harga Gabah Kering Giling (GKG) Rata-rata harga kualitas medium sebesar Rp9.566,00 per kg atau naik sebesar 0,46 persen, jelas Serka Budi. (Miler)