Dengan berapi-api, Bupati Dharmasraya, Sutan Riska Tuanku Kerajaan, menyatakan bahwa Sungai Dareh, Kabupaten Dharmasraya pernah menjadi ibukota negara. Pasalnya, selama empat hari, Ketua Pemerintahan Darurat Republik Indonesia (PDRI) Mr. Syafruddin Prawiranegara tinggal dan melakukan kegiatan pemerintahan di nagari yang kini masuk dalam wilayah ibukota Kabupaten Dharmasraya. Itu berarti Di Kabupaten Dharmasraya ada jejak republik.
“Selama di Dharmasraya, pak Syafruddin Prawiranegara melaksanakan pidato di hadapan masyarakat menjelaskan masalah PDRI. Selain itu rombongan beliau juga mengujicoba radio dan sempat menyiarkan ucapan selamat tahun baru,” kata Bupati Sutan Riska.
Apa yang disampaikan oleh Sutan Riska dibenarkan oleh seorang jurnalis senior bernama Yose Hendra. Menurutnya, di Sungai Dareh para pemimpin PDRI melakukan rapat untuk menentukan tempat yang dinilai paling aman untuk mengendalikan republik. Dan pada waktu itu, diputuskan Bidar Alam, Kabupaten Solok Selatan, menjadi tempat yang dipilih selanjutnya untuk meneruskan perjuangan PDRI.
Menurut Sejarawan Unand Wanofri Samri, rombongan Syafruddin Prawiranegara tiba di Sungai Dareh pada 1 Januari 1949, setelah sebelumnya berkeliling mulai dari Bukitinggi ke Halaban, kemudian ke Bangkinang dan ke Taratak Buluh Lipat Kain terus ke Kiliran Jao dan kemudian sampai ke Sungai Dareh. Dari Sungai Dareh, rombongan menuju Bidar Alam melalui Abai Sangir. Di Bidar Alam, rombongan sempat bermukim selama sekitar lima bulan, sebelum akhirnya menuju Sumpur Kudus.
Bupati Sutan Riska ingin sambungan dari rangkaian perjuangan para tokoh bangsa waktu itu bisa diapungkan kembali. Dan jejak Indonesia di Sungai Dareh dapat diangkat menjadi bagian dari sejarah republik.
“Saya sendiri akan mengusulkan PDRI menjadi nama jembatan kabel Sungai Dareh, agar masyarakat mengetahui bahwa di Dharmasraya pernah ada jejak republik.” katanya. (Yanti/Hms)