Danrem 32 32/WBR Brigjen TNI Kunto Arief Wibowo bersama awak media
PADANG, TOP SUMBAR — Kita diperpusing dengan bahasa idiologi-idiologi yang selalu membuat perpecahan, dan itupun dilakukan oleh orang kita sendiri. Padahal di negri yang sudah bebas sebebas-bebasnya, idiologi itu muncul, yang sangat berpotensi membuat isme-isme baru dan itulah yang dikatakan radikal.
Hal itu disebutkan oleh Komandan Resor Militer (Danrem) 32/Wirabraja (WBR), Brigadir Jenderal (Brigjen) Tentara Nasional Indonesia (TNI) Kunto Arief Wibowo, dalam acara Coffee Morning bersama awak media, di Hotel Mercure Kota Padang, Jumat (22/11).
“Tapi bila dikemas, bahasanya menjadi formalitas dan bahasanya berubah jadi politik,” ujar Kunto Arief Wibowo.
Ini coba kita kembalikan lagi, Dilanjutkan Kunto Arief Wibowo, analisa cara berpikir dalam rangka pembangunan. Radikal pembangunan itu dibenarkan, tapi jika radikal dalam rangka wujudnya sampai menteror, memecah belah, menghasut dan segala macamnya ini sudah tidak benar.
“Oleh karena itu, kita mengajak pada kita bersama bagaimana kita penyamakan dan mempersatukan persepsi. Harus ada jaminan, harus ada implementasi dan metode yang kita garap secara kebersamaan,” akan Danrem 32/WBR.
Diungkapkan Kunto Arief Wibowo, Sumbar dilihat cukup keren, mungkin rejeki kita untuk mengabdi di Sumbar ini. Kita banyak belajar, banyak tau tatanan hidup sampai pengolahan sumber daya alam (SDA), tapi sangat disayangkan bila kita hanya melihat untuk diri kita sendiri.
“Sebaiknya kita melihat keluar sebagai pembanding, kemudian kita ‘agreb’ (perbaharui),” sarannya.
Selain itu ia juga menyebutkan bahwa cuaca politik selalu membuat kita berkotak-kotak, disaat kita dikotak-kotakan ada selah yang kosong, itulah yang diisi oleh cara berpikir yang tidak bisa dikontrol dan itu bisa menjadi ancaman buat kita kembali.
“Kebetulan esok ada rencana pengukuhan pengurus Federasi Orienteering Nasional Indonesia (FONI) Sumbar, yang Ketua Umum (Ketum) kita sendiri. Kita sudah mensosialisasikan, sudah mengadakan pelatihan dan kita juga sudah minta Gubernur Sumbar untuk hadir di acara pengukuhan tersebut,” ungkapnya.
Gubernur Sumbar menerima, lanjutnya, dan bahkan menyelenggarakan pengukuhan pengurus FONI Sumbar. Olahraga ini ada isu yang kita bawa dari wadah “Sport and Tourism” nya Kementerian Pariwisata. Ini juga di bawah “Forming” Dinas Pemuda dan Olahraga (Dispora).
“Kemudian kita sekarang membawa misi olahraga Orienteering ini menjadi olahraga di bawah sekolah di Sumbar. Karena olahraga ini mengunakan fisik dan otak yang bisa membaca peta sambil berlari,” jelasnya.
Dilanjutkannya, kita mencoba memasukkan olahraga ini sebagai pengikat, jangan sampai kalah isunya oleh Lesbian, Gay, Biseksual dan Transgender (LGBT) dan Narkoba. Selain itu kita juga mencoba membuat sekolah yang “Free” lah, untuk membangun keterampilan dari aspek otomotif yang tidak mengharuskan membayar, jika siswa itu mampu dan berpeluang.
“Kita harus mampu merubah generasi milenial menjadi generasi industri dan teknologi. Dimana generasi ini tidak di bawah awang-awang yang bicara milenial tapi tak tau implementasinya,” katanya.
Dalam rangka memasuki musim politik, Danrem 32/WBR juga mengajak awak media serta pihak terkait untuk menjaga masyarakat agar tidak menjadi korban.
Acara Coffee Morning Korem 32/WBR bersama awak media juga dihadiri oleh Ketua Persatuan Wartawan Indonesia PWI Sumbar Heranof dan pimpinan media lainnya. (Syafri)