Staf Ahli DPRD Sumbar Shofwan Karim (Kanan) dan Kasubag Humas Laswardi
PADANG, TOP SUMBAR — Hari Jadi Provinsi Sumatera Barat (Sumbar) yang jatuh pada 1 Oktober harus dimaknai dengan evaluasi proses pembangunan daerah. Apa yang harus dilakukan dan apa yang menjadi program prioritas di masa akan datang.
Hal itu disampaikan oleh Staf Ahli Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Provinsi Sumbar Shofwan Karim dalam acara Konferensi Pers di gedung DPRD Sumbar, Senin (30/9).
“Pada era globalisasi setiap program yang digagas oleh pemerintah daerah harus disesuaikan dengan perkembangan zaman sehingga dilakukan inovasi. Perencanaan program yang disusun mesti merujuk terhadap evaluasi apa yang menjadi kekurangan daerah,” kata Shofwan Karim.
Menurutnya, proses pembangunan tidak dapat diberatkan hanya kepada pemerintah namun harus didukung oleh seluruh unsur. Ia mengatakan Sumbar menargetkan pada tahun 2024 akan lahir generasi yang memiliki andil besar terhadap kamajuan nusa dan bangsa.
“Kemajuan teknologi merupakan suatu hal yang positif, namun ketika tidak bijak dapat menjadi mudarat,” ujarnya.
Disebutkan Shofwan Karim, banyak potensi yang dapat dimafaatkan memajukan Sumbar, termasuk banyaknya perantau yang telah mendulang kesuksesan.
Untuk para perantau, himbaunya, terus memiliki kepedulian terhadap Sumbar, meski berada jauh dari kampung halaman. Keminangan dalam jiwa perantau tidak akan memudar. Saat ini jumlah penduduk Sumbar lebih dari lima juta jiwa dan jumlah itu belum masuk warga yang berdomisili diperantauan.
“Jika ditotalkan akan mencapai 13 juta jiwa, banyaknya perantau merupakan suatu potensi,” ucapnya.
Mereka yang di luar Sumbar, lanjutnya, harus mengetahui Sumbar merayakan hari jadi provinsi setiap 1 Oktober, dan proses penetapan hari jadi Sumbar telah dibahas secara komperensif dengan melibatkan banyak unsur.
Ia mengatakan penetapan hari jadi Sumbar merupakan gagasan yang telah dibuat pada era dirinya menjadi anggota dewan pada tahun 1992-1997 dan baru terlaksana pada tahun 2019 dengan pembahasan yang cukup panjang.
Banyak tokoh yang mengagas lahirnya Sumbar sebagai sebuah provinsi sejak Indonesia mardeka dianntaranya Muhamad Jamil, yang namanya diabadikan menjadi nama rumah sakit. selain itu, ada juga ada nama Rasuna Said dan Tuanku Syafii .
Rancangan Peraturan Daerah (Ranperda) Hari Jadi Sumbar, merupakan inisiatif DPRD melalui hak usul prakarsa dan pembahasannya mengalami proses panjang dan melibatkan seluruh elemen masyarakat, mulai dari akademisi, sejarawan, budayawan dan tokoh-tokoh masyarakat.
“Ide penetapan hari jadi ini sudah ada sejak anggota DPRD periode 2004-2009 namun baru terealisasi pada periode ini. Sungguh ironis, daerah yang telah menunjukkan peran dan eksistensi yang sangat besar tetapi belum menetapkan hari jadi,” katanya. (Syafri)