Anggota DPRD Sumbar Hidayat dari Fraksi Gerindra
PADANG, TOP SUMBAR — Ucapannya yang sempat viral di Media Sosial (Medsos), pasca demo Aliansi Masyarakat Sipil (AMS) Sumatera Barat (Sumbar) pada 25 September 2019 lalu, yang video, ucapannya dipotong dan diunggah oleh orang yang tidak bertanggungjawab. “Tidak ada tujuan untuk memprovokasi mahasiswa”.
Kata Anggota DPRD Sumbar terpilih periode 2019-2024 sekaligus Ketua Fraksi Gerakan Indonesia Raya (Gerindra) Hidayat pada awak media saat Konferensi Pers di gedung DPRD Sumbar, Sabtu (28/9).
Lebih lanjut Hidayat mengungkapkan, ucapan itu spontan keluar lantaran para mahasiswa mendesaknya. Padahal sebelumnya, semua tuntutan mahasiswa tersebut sudah diterima bahkan sudah langsung dikirim Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR RI) dan juga Presiden.
“Saya ingin tegaskan, ucapan itu tidak ada maksud provokasi mahasiswa, ucapan itu hanya untuk mengungkap apa lagi yang ingin dituntut oleh mahasiswa”, tegas Hidayat.
Hidayat juga menceritakan kronologis kejadian, bahwa dirinya beserta anggota dewan yang lain sudah menyambut ribuan mahasiswa tersebut dihalaman gedung PDRD Sumbar, bersama pimpinan DPRD Sementara Irsyad Syafar, Suwirpen dan beberapa anggota dewan lainnya. Pada saat itu ia mendengarkan apa-apa saja yang menjadi tuntutan oleh mahasiswa tersebut.
Tidak menunggu waktu lama, lanjutnya, semua tuntutan mahasiswa itu langsung dikirim ke pusat yaitu DPR RI dan Presiden dengan harapan suasana menjadi kondusif. Namun nyatanya tidak, malah aksi tersebut semakin gaduh dan ricuh bahkan para mahasiswa tersebut sempat melemparkan botol air mineral kepada aparat keamanan serta mengeluarkan kata-kata yang kurang pantas.
“Akhirnya pihak DPRD Sumbar mengambil inisiatif, dan menerima serta mengajak perwakilan dari mahasiswa itu sekitar 50 orang untuk masuk kedalam Ruangan Khusus II untuk berdialog dengan syarat dan kesepakatan, mahasiswa yang berada diluar berhenti berbuat anarkis, dan kesepakatan itu dijamin oleh koordinator aksi. Mahasiswa yang masuk untuk berdialog lebih banyak, melebihi 50 orang tapi kita tetap terima.
Dalam Ruangan Khusus II tersebut, Hidayat beserta anggota dewan lain mencoba mendengarkan lagi apa tuntutan mahasiswa tersebut. Diantaranya yaitu menolak revisi RKUHP, RUU KPK dan beberapa RUU lainnya. Pada kesempatan itu Hidayat pun menjawab dan menerangkan bahwa yang punya wewenang dalam pembentukan UU adalah pemerintah pusat dan DPR RI.
“Selanjutnya mahasiswa tersebut tetap saja bertambah ricuh dan mengeluarkan kalimat-kalimat yang kurang pantas,” ungkapnya.
Sementara itu para mahasiswa yang berada diluar gedung sudah memaksa masuk dengan menerobos aparat keamanan hingga memenuhi seluruh ruangan yang ada. Mengingat suasana yang semakin tidak kondusif, Hidayat pun merasa tertekan dan kebingungan, dengan nada yang sedikit tinggi menanyakan apa lagi yang dituntut oleh mahasiswa tersebut dan akhirnya secara spontan dan tanpa disadari keluarlah kalimat kontroversial seperti pada video yang viral itu.
Namun Hidayat mengatakan bahwa video ucapan kontroversinya itu dipotong dan bukan seutuhnya. Kira-kira kalimat yang sebenarnya seperti ini, “Berdiri bersama-sama adik-adik, kami siap, tandatangani kami siap, termasuk juga menerima adik-adik, kami siap, kami kan bukan pembuat undang–undang, bukan kerja kami, itu kerja DPR. Kalau boleh saya tantang kalian, buat rekomendasi turunkan Presiden Jokowi, berani nggak?,” katanya mengulangi.
Selanjutnya atas kejadian tersebut, Hidayat menyampaikan permohonan maaf kepada Presiden Joko Widodo dan juga Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto, terkait ucapannya itu, tidak ada sama sekali bermaksud memprovokasi mahasiswa.
“Itu hanya kalimat spontan saja untuk menanyakan lagi apa tuntutan mahasiswa itu,” tutup Hidayat. (Syafri)