JAKARTA, TOP SUMBAR – Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Doni Moenardo meresmikan ruang serbaguna Dr. Sutopo Purwo Nugroho yang berada di lantai 15 Graha BNPB, Jakarta, Kamis (01/08/2019).
Peresmian dilakukan secara simbolis dengan menarik tirai oleh Kepala BNPB yang didampingi oleh Retno Utami, istri mendiang Kepala Pusat Data Informasi dan Hubungan Masyarakat (Kapusdatinmas) Sutopo Purwo Nugroho beserta keluarga.
“Peresmian ruang diinisiasi BNPB untuk memberikan apresiasi dan penghormatan tertinggi atas jasa dan dedikasi beliau terhadap penanggulangan bencana,” kata Kepala BNPB, Doni Moenardo.
Usai peresmian ruang Sutopo Purwo Nugroho, kegiatan dilanjutkan dengan penyerahan penghargaan kepada tiga insan yang dinilai memiliki kontribusi untuk negeri dalam lingkup pelestarian lingkungan dan edukasi serta mitigasi bencana.
Penerima penghargaan pertama, Reksa Utama Anindha atau “Penjaga bumi yang penuh kebijakan” ialah Mbah Sadiman. Pria berusia 68 tahun asal Dusun Dali, Desa Geneng, Kecamatan Bulukerto, Kabupaten Wonogiri, Jawa Tengah itu sukses menghijaukan perbukitan tandus seorang diri.
“Selain kini menjadi asri, hasil jerih payah Mbah Sadiman yang juga bisa dirasakan oleh warga yaitu sumber mata air alami,” tambahnya.
Meski dalam usia senja, semangat mbah Sadiman dalam menanam segala jenis pohon selalu membara. Hal itu sudah dilakoninya sejak 1996 lalu di mana pada saat itu.
Sadiman bahkan mengaku dianggap gila oleh warga sekitar ketika ia mulai menanam beberapa pohon jenis beringin.
“Dulu saya dianggap gila. Ketika yang lain menanam tanaman pangan, saya malah menanam pohon beringin. Tapi sekarang apa yang saya tanam itu bisa menghasilkan air untuk warga dan udara menjadi sejuk,” tutur Sadiman.
Bukit yang dulu gersang dan selalu mendatangkan musibah seperti banjir bandang, kekeringan hingga kebakaran lahan kini disulap menjadi hijau serta bisa dinikmati siapa saja berkat Mbah Sadiman. Ia berharap bahwa di masa yang akan datang akan muncul ‘Sadiman-Sadiman’ baru yang peduli terhadap lingkungan untuk anak cucu kita semua.
“Kita butuh ribuan orang seperti Mbah Sadiman. Meski usia sudah 68 tahun, beliau ini masih segar bugar dan semangat untuk menanam pohon. Bahkan alasan kenapa beringin yang ia tanam, antara lain selain kuat, penyuplai air dan udara, beringin juga dipercaya ada ‘penunggunya’, jadi warga tidak berani tebang. Ini unik dan menarik,” ujar Doni.
Penghargaan kedua, penghargaan khusus insan media Citra Dharma Bhakti atau “Insan dengan Pengabdian dalam bidang jurnalistik,” diberikan oleh Ahmad Arif, jurnalis media Harian Kompas atas beberapa karyanya yang berhubungan dengan kebencanaan.
Apa yang dituangkan Arif melalui tulisannya itu telah berhasil mengubah perspektif warga terhadap bencana. Arif yang berprofesi sebagai jurnalis sejak 16 tahun lalu mulai menulis tentang pentingnya pengetahuan kebencanaan ketika ia ditugaskan meliput bencana tsunami Aceh 2004 silam.
Sepanjang mata memandang, Arif sangat tekejut dan tersentuh ketika melihat langsung begitu dahsyatnya dampak bencana tsunami di Aceh pada saat itu.
Apa yang mendorong Arif untuk kemudian fokus pada jurnalisme bencana tidak hanya datang ketika ia melihat tsunami itu yang merenggut ratusan ribu korban jiwa, tetapi juga ketika ia menyadari bahwa ada rekan sejawatnya menjadi salah satu korban. Terlebih ketika pada saat itu literasi tentang kebencanaan masih sangat minim sekali.
Arif mulanya tidak tahu bahwa setelah gempa besar terjadi maka bisa disusul oleh tsunami. Bahkan hampir tidak ada pengetahuan yang mendasar tentang segala bencana yang mengancam.
Oleh karena itulah ia kemudian mendedikasikan dirinya untuk mencurahkan segala energi dan pikirannya untuk memberi pengetahuan tentang kebencanaan kepada sesama. Salah satu karya fenomenal Arif adalah Ekspedisi Cincin Api yang dia pelopori bersama media yang melambungkan namanya hingga saat ini.
Penghargaan terakhir diberikan kepada Sutopo Purwo Nugroho, sebagai sosok pahlawan kemanusiaan yang telah turut membesarkan nama BNPB.
Penghargaan Pengabdian Insan Kemanusiaan Dharma Widya Argya “Pengabdian dan jasa-jasanya dalam menyumbangkan ilmu pengetahuan untuk kemanusiaan di bidang kebencanaan” merupakan refleksi dedikasi luar biasa di saat menderita penyakit kanker tidak menyurutkan semangatnya untuk mengabarkan kepada publik, berita kebencanaan.
Pak Topo, panggilan akrab Sutopo, selalu cepat untuk menginformasikan kepada media massa atau pun melawan berita hoaks terkait bencana melalui media sosial.
Penghargaan yang diberikan kepada Pak Topo juga sebagai refleksi dedikasi yang tinggi dalam penanggulangan bencana. Sosok pak topo sebagai tokoh komunikasi kemanusiaan patut untuk terus dilanjutkan. Meskipun Sutop telah berpulang pada 7 Juli 2019 lalu, namun satu pesan yang selalu disampaikan oleh beliau selalu menggaung di telinga siapapun yang mengenal beliau, di mana “Hidup itu bukan soal panjang atau pendeknya usia, namun seberapa besar kita dapat membantu orang lain”.
Dalam kesempatan yang sama, Bank Rakyat Indonesia (BRI) turut menyerahkan penghargaan berupa dana beasiswa bagi dua putera almarhum Sutopo Purwo Nugroho, sebagai wujud apresiasi terhadap pengabdian yang diberikan mendiang kepada publik secara ikhlas sebagai informan bencana. Penyerahan beasiswa tersebut dilakukan oleh Direktur Bank BRI Sis Apik Wijayanto kepada Ibu Retno Utami, istri Sutopo Purwo Nugroho dan disaksikan oleh Kepala BNPB, Doni Moenardo.
Kemudian BRI juga memberikan dukungan dan penghargaan kepada Mbah Sadiman sebagai tokoh penyelamat lingkungan yang gigih dan selalu bersemangat tanpa pamrih meski sudah memasuki usia lanjut. Dalam hal ini, BRI sangat mendukung gerakan menanam dan merawat pohon seperti yang dilakukan Mbah Sadiman di Wonogiri selama 23 tahun terakhir ini. Sebagaimana pesan beliau bahwa “Mari kita menyelamatkan alam, maka alam juga akan menyelamatkan kita”. (*)