Bukik Ase. Begitulah tulisan yang pertama kali Topsumbar temukan saat berkunjung ke kampung baca dan kreativitas ini. Saat berkunjung Topsumbar disuguhkan dengan pemandangan yang luar biasa, kaki bukit yang didesain seperti perkampungan kecil dengan beberapa pondok kecil terbuat dari bambu dan anyaman daun kelapa sebagai atapnya. Rasanya seperti kembali ke masa kecil, banyak anak-anak dan aktivitas yang dikembangkan disana seperti belajar menulis, silat, randai, menari, memainkan alat musik tradisional, kasidah rebana, dan mendongeng (storytelling) bagi anak-anak yang belum bisa baca tulis.
Bukik Ase merupakan kampung baca dan kreativitas sebagai penggerak literasi budaya Minangkabau yang berada di Lolo Kelurahan Gunung Sarik, Kecamatan Kuranji, Kota Padang Provinsi Sumatera Barat. Ide dan konsep gerakan literasi budaya ini dari Budayawan Sumatera Barat Yusrizal KW. Beliau dikenal sebagai seorang penulis sastra, pegiat literasi, serta founder orang kaya buku dan muda literat.
Membangun Bukik Ase tentu bukan perkara mudah. Yusrizal KW dibantu oleh tokoh masyarakat setempat yaitu Bapak Suardi Z Rajo Basa, Zulhelman Pandeka Dirajo serta Afrida. Selain itu peran relawan dari kalangan mahasiswa perguruan tinggi di Padang juga ikut andil dalam kegiatan dan program yang ada di Bukik Ase. Sebanyak 15 relawan memiliki peran masing-masing dengan motto mari berdaya bersama, berbagi dengan gembira.
Lembaga Warisan Budaya Minangkabau ini dibangun dengan penuh semangat, setiap harinya pendiri dan relawan memiliki kegiatan bersama anak-anak. Pada 15 Juli 2019 Yusrizal KW telah meresmikan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) Kelompok bermain Bukik Ase. PAUD ini gratis, bahkan tiap anak diberikan masing-masing tiga stel pakaian yang didapat dari para donatur. Tidak ada uang bulanan, anak-anak disediakan media belajar gratis, bahkan dalam dua kali sebulan orang tua anak juga diundang untuk mengikuti tausiyah dan bermain qasidah rebana berbaur bersama anak-anak mereka.
Pendiri dan pembina Bukik Ase Yusrizal KW menyatakan, spirit pengabdian yang selalu dinyalakan bersama teman-teman ketika manaruko tempat baru di sebuah kampung dekat kaki bukit dan sungai. Melalui gerakan literasi di komunitas Bukik Ase juga menghimpun anak-anak dari keluarga kurang mampu.
“Kita wadahi dengan taman baca, kelas bahasa Inggris, ruang belajar dan bermain bersama. Juga PAUD atau TK gratis untuk keluarga kurang mampu yang tahun ajaran ini sudah 32 orang anak terdaftar,” katanya.
Pada mulanya begitu sulit, bagai mendapat penolakan, diabaikan, dan beberapa hal lain yang pada kemudian hari menjadi energi pergerakan. Akhirnya menyadari kesabaran akan memberi hadiah bahwa kita punya kata yang sama yaitu “lambat laun kita akan selalu bersama, bersama belajar, sama-sama belajar”. tambahnya.
Sementara, Afrida salah seorang pendiri Bukik Ase juga bangga dengan kehadiran Minangkabau mini ini. Ditengah kuat nya pengaruh smartphone dan media sosial, Bukik Ase selalu hadir merangkul anak-anak dan remaja untuk belajar budaya yang hampir punah di tengah-tengah masyarakat. Anak-anak kampung dengan ekonomi keluarga relatif lemah, serta pendidikan orangtua yang juga rendah, diwadahi Bukik Ase dengan ruang bermain dan belajar yang kreatif serta mengasyikan melalui program-program kegiatan yang disiapkan.
“Di Bukik Ase, anak-anak dan remaja diharapkan mampu membangun kepercayaan diri, mengembangkan potensi diri, serta menuntaskan pendidikan. Jangan sampai anak-anak kampung sini ada yang putus sekolah dan terlibat pergaulan bebas. Di sini mereka diajarkan menulis, bisa membaca banyak buku-buku, mengembangkan bakat menari, silat, tahfiz serta bahasa Inggris dan memahami khasanah tradisi kampung.” katanya, Minggu (04/08/2019).
Menumbuhkan budaya literasi kepada anak-anak dan remaja butuh waktu panjang. Banyak faktor yang harus dilibatkan, salah satunya adalah melalui pembiasaan yang sudah dimulai Bukik Ase. Banyak cara dilakukan Bukik Ase sebagai sarana hiburan, pendidikan, pelestarian budaya, tentu saja untuk menanamkan nilai-nilai moral. Sekarang Bukik Ase sudah merubah konsep menjadi Nagari Literasi Minangkabau Bukik Ase, konsepnya memiliki tujuan penguatan seni budaya dan tradisi Minangkabau melalui gerakan literasi. Inilah Minangkabau mini, yang bisa menjadi pusat belajar adat budaya alam Minangkabau bagi pelajar, mahasiswa, masyarakat, dan pelancong.
“Siapapun yang terhibur dengan buku-buku, kebahagiaan tak akan sirna dari dirinya.” (Ali bin Abi Thalib). “Ilmu didapat melalui lidah bagi yang gemar bertanya dan melalui akal bagi orang yang suka berfikir.” (Abdullah bin Abbas r.a).
[Hanny Tanjung]