PADANG, TOP SUMBAR – Ketua Gerakan Ekonomi dan Budaya (GEBU) Sumatera Barat Boy Lestari Datuak Palindih menyayangkan adanya pemberitaan yang menyatakan bahwa Sumatera Barat diklaim sebagai sarang terorisme dan radikalisme.
Hal tersebut imbas diamankannya pelaku terduga teroris berinisial N beberapa waktu lalu di Kota Padang.
“Meskipun penangkapan tersebut membuat heboh masyarakat banyak, namun saya pastikan bahwa Sumbar itu aman, kondusif dan bukan sarang dari pelaku terorisme bermukim. Karena orang Sumbar itu memegang teguh filosofi Adat Basandi Syara, Syara Basandi Kitabullah,” katanya saat ditemui di bilangan Ulak Karang, Kecamatan Padang Utara, Sabtu (27/07/2019).
Boy beralasan, Sumbar dikatakan aman dari aksi teror merupakan hal yang terlalu digeneralisir. Buktinya, sambung pria berjubah putih tersebut, pada saat pelaksanaan pemilihan umum (pemilu) 2019, situasi di Sumbar itu aman.
“Saya justru mempertanyakan apa yang menjadi landasan bahwa Sumbar dicap sarang teroris dan radikal. Ke depan, kami akan meminta penjelasan dari pihak Mabes Polri untuk menganulir pernyataan tersebut,” imbuh Ketua DPP Majelis Dzikir Babussalam Indonesia itu.
Kalaupun ada, tambah pria berkacamata tersebut, itu hanya satu atau dua orang, tidak semuanya. Ia bahkan menjamin bahwa itu bukan tipikal orang Sumbar.
“Kita ada Bundo Kanduang, Ninik Mamak, Alim Ulama, pemuda-pemudi, saya pastikan tidak akan terjadi tindak kekerasan, termasuk terorisme disini. Kami berharap kepada masyarakat sumbar dan elemen penting lainnya agar tak terprovokasi dengan isu yang dikembangkan tersebut,” tegasnya.
Seayun selangkah dengan Boy, Ketua Lembaga Kerapatan Adat Alam Minangkabau (LKAAM) Sumbar, Sayuti pun tak setuju jika Sumbar diklaim sebagai tempat berkembangnya pelaku dan aksi teror.
“Saya terkejut ada informasi dan indikasi titik2 dan sarang teroris. Kalau memang benar semua komponen masyarakat dan pemerintah harus mawas diri. Seluruh masyarakat sumbar mendukung langkah detasemen khusus (densus) 88 Mabes Polri memberantas teroris di sumbar jika memang ada teroris,” ucapnya melalui sambungan seluler.
Pasca kejadian tersebut, dirinya berharap unsur forum komunikasi pimpinan daerah (forkopimda) Sumbar membuat pernyataan bersama (join statement, red) terkait dengan isu yang bergulir di tengah masyarakat tersebut.
“Tapi tidak boleh ada pernyataan unsur forkopimda berbeda2. Jangan sampai da indikasi pemerintah pusat memojokkan Sumbar, namun saya tidak yakin mereka akan seperti itu,” tuturnya.
Ia juga sepakat untuk mengatakan Sumbar sangat kondusif. Ia meminta untuk tidak mencampur adukkan antara kondisi nyata dengan situasi politik yang sempat memanas.
“Terkadang pelaku teroris tersebut hanya singgah di Sumbar lalu dianggap sebagai sarang teroris, ini agak keliru sebenarnya. Jika memang terbukti, tunjukkan dimana, siapa pelakunya dan dimana sarangnya. Kami siap bersama pemerintah untuk memberantas aksi tersebut,” ujarnya.
Sementara itu, Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kota Padang, Duski Samad menyebut orang Sumbar itu pribadi yang cerdas.
“Secara kultural, tindakan teroris bukan tipikal masyarakat Sumbar. Kalaupun ada orang Sumbar terpapar radikal berarti sudah mengalami pergeseran budaya daan itu diluar logika dan budaya masyarakat Minangkabau. Terorisme di Minangkabau tidak ada karena kita hidup berlandaskan agama dan hadis. Dalam realitasnya Sumbar kondusif,” papar tokoh agama tersebut. (*)