PADANG, TOP SUMBAR — Kota Padang merayakan hari autis dan down syndrome se dunia yang diperingati Minggu (07/04/2019) pagi dengan menggelar jalan santai disepanjang kawasan Car Free Day Jalan Khatib Sulaiman. Dalam kegiatan tersebut Wali Kota Padang Mahyeldi menegaskan bahwa semua ciptaan Allah Subhana wa Ta’ala di muka bumi tidak ada yang sia-sia, semuanya bermanfaat dan ada gunanya.
“Anak autis dan down sindrom merupakan rahmat dan karunia sang pencipta. Semua kita memiliki kekurangan dan disaat yang bersamaan juga memiliki kelebihan”, ujar Mahyeldi.
Mahyeldi menjelaskan, Pemko Padang memiliki tanggungjawab mengayomi dan melayani seluruh lapisan masyarakat tanpa terkecuali. “Mari bersama-sama kita mewujudkan kepedulian dan perhatian kepada saudara kita yang autis,” ajak Mahyeldi.
Saat ini, seperti yang dikatakan Mahyeldi, Kota Padang telah memiliki Pusat Layanan Autis di Kampung Jambak, Gunung Sarik, Kecamatan Kuranji, yang memberikan diagnosis gratis bagi anak, pelatihan gratis bagi orang tua yang memiliki anak autis. Pusat Layanan Autis (PLA) bertujuan memberikan layanan autis serta memberikan layanan terpadu sesuai dengan karakteristik anak dengan jenis layanan asesmen, intervensi terpadu, pendidikan transisi dan layanan umum.
“Pelatihan di PLA dititikberatkan pada bagaimana mengajarkan kemampuan dasar mandiri untuk anak dengan autisme, seperti mandi, makan, minum, buang air kecil, buang air besar, melepas sepatu, dan memakai baju,” jelasnya.
Sementara itu, Kepala Dinas Pendidikan Kota Padang, Barlius mengatakan, kompleksitas permasalahan yang dihadapi penyandang autis, mengharuskan pihak penyelenggara sekolah autis, menyediakan tenaga profesional dan tenaga teknis yang tidak sedikit. Akibatnya beban biaya masyarakat khususnya orang tua anak autis menjadi besar, maka menurut Barlius PLA ini merupakan jalan keluarnya untuk menghadapi kondisi tersebut.
Autis adalah suatu kondisi mengenai seseorang sejak lahir atau saat balita yang menghambat individu dalam hubungan sosial mengakibatkan individu terisolasi dan masuk dalam dunia repetitif, aktivitas dan minat obsesif. Penderita autis memiliki hak yang sama dalam pendidikan.
“Di beberapa program dan kegiatan, kita dibantu beberapa orang pakar dan volunteer autis dan down sydrome internasional, bahkan, banyak dari sekolah umum kita telah melaksanakan pendidikan inklusi”, ujar Barlius. (H/Hms)