Pesta demokrasi pemilihan presiden dan legislatif tinggal beberapa jam lagi. Namun masih ada pemilih yang belum dapat menentukan siapa calon legislatif yang akan mereka coblos.
“Kalau calon presiden sudah tahu. Tapi calon legislatif tidak tahu. Banyak sekali yang datang ke rumah. Ada saudara, ada kenalan orang tua. Ada juga calon-calon di daerah saya. Mereka datang memperkenalkan nama, partai dan nomor urutnya . Mereka ada yang memberi uang, ada yang menyediakan transportasi untuk jalan-jalan. Ibu-ibu majelis ta’lim diberi pakaian seragam juga. Tapi saya masih bingung, mana yang harus dipilih,” ungkap Sabrina salah seorang peserta diskusi.
Peserta lainnya seorang mahasiswa dari salah satu universitas swasta di Sumatera Barat, menyatakan dia belum pulang kampung. Orang tua belum kasih tahu siapa yang harus saya pilih. Besok setelah di kampung mungkin saya akan tahu calon-calon tersebut.
Diskusi yang menghadirkan beberapa calon pemilih pemula dan pemilih perempuan ini, dilakukan di Nurani Perempuan, pada Senin (15/04/2019). Diskusi ini ditujukan untuk melihat bagaimana calon pemilih menentukan pilihannya. Memberikan tips cepat kepada calon pemilih untuk dapat menentukan pilihannya, yang akan menjadi pengambil kebijakan untuk lima tahun ke depan.
Selinaswati, MA. PhD. staf pengajar di jurusan sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial di Universitas Negeri Padang menyatakan bahwa fenomena masyarakat masih bingung untuk menentukan pilihan masih di temukan di berbagai kalangan. Mungkin karena terlalu banyak calon yang datang dan memberikan berbagai hadiah. Terlalu banyak orang-orang dekat yang menjadi calon. Kondisi lain, barangkali dalam kampanyenya para calon belum dapat membumikan apa yang akan dilakukannya bila mereka terpilih nanti. Visi-misinya terlalu melangit.
Selanjutnya Seli menyatakan bahwa dalam kondisi para pemilih semakin cerdas, strategi-strategi kampanye para calon selama ini perlu direfleksikan untuk perbaikan ke depan. Calon benar-benar perlu belajar banyak tentang apa yang menjadi cita-cita bangsa, bagaimana visi dan misi mereka dapat menjawab persoalan yang ada hari ini dan ke depan.
Menjadi pemilih yang JITU (Jeli, Inisiatif, Toleran dan Ukur) sebetulnya perlu diajarkan kepada para pemilih sejak dini, kata Yefri Heriani Direktur WCC. Nurani Perempuan. Jeli merupakan upaya yang dilakukan oleh pemilih untuk meneliti siapa calon dari wilayah pemilihannya. Pastikan semua calon memiliki komitmen dan kontribusi nyata dalam membangun daerah. Mereka berupaya merealisasikan cita-cita bangsa. Meningkatkan kesejahteraan rakyat, memperbaiki akses pendidikan, akses kesehatan dan layanan publik untuk semua, perempuan dan laki-laki.
Inisiatif, dimana pemilih berupaya mencari tahu visi dan misi calon. Pastikn bahwa pilihan kita adalah seorang pemimpin yang akan dapat mendengarkan usulan masyarakat secara serius dan tanpa diskriminatif, seorang pemimpin yang trampil dalam merumuskan kebijakan tanpa mengabaikan keragaman masyarakat, pemimpin yang terbuka dalam menerima kritik membangun, pemimpin yang mampu membangun kerjasama lintas golongan dan sektor.
Toleran, calon dipastikan adalah mereka menghargai dan aktif memelihara keberagaman suku, agama, ras, budaya yang ada di daerah kita. Pastikan calon pilihan tidak mendukung (apalagi menjadi pelaku) kekerasan baik dalam kehidupan pribadi maupun dalam berbagai aspek kehidupan bermasyarakat lainnya; dia bukan pelaku korupsi dan pengrusakan lingkungan.
Terakhir Ukur. Menurut Yefri ukur adalah tindakan memeriksa secara objektif untuk memeriksa program yang ditawarkan calon dan jauhkan diri dari permainan politik identitas. Pastikan program-programnya menjawab persoalan-persoalan nyata yang dihadapi masyarakat. Bukan sekedar untuk penciptaan citra.
Karena waktunya yang sudah sangat dekat, para pemilih yang masih bingung hingga saat ini, disarankan untuk mengakses berbagai media online yang terpercaya untuk mengenali para calonnya. Kita harus menjadi JITU karena kita sebagai pemilih benar-benar terlibat aktif mencari informasi. Seli menyatakan, informasi tentang calon dapat diakses dari website KPU dan JariUngu.com. Lihatlah informasi para calon-calon legislatif yang mewakili kelompok pemuda. Sehingga kelompok muda dapat memberikan dukungan dan pilihan pada kelompok muda. Sementara calon-calon perempuan yang akan memperjuangkan peningkatan kualitas hidup perempuan mendapat dukungan dan dipilih oleh kelompok perempuan. (***)