Untuk memajukan pertanian di daerah tertinggal, Pemerintah Provinsi (Pemprov) Sumatera Barat (Sumbar) terus melakukan terobosan-terobosan dengan melakukan penanaman komoditi unggulan, baik berupa tanaman tua ataupun tanaman muda yang bisa meningkatkan pendapatan masyarakat tani di daerah tempat tinggalnya.
“Untuk daerah tertinggal arealnya cukup luas belum tergarap, dan untuk jangka panjang komoditi unggulan untuk daerah tersebut dikondisikan ditanam tanaman yang mempunyai nilai ekonomis tinggi seperti manggis dan durian (tanaman tua),” kata Candra selaku Kepala Dinas Pertanian Holtikultura dan Perkebunan (Distanhorbun) Provinsi Sumbar.
Jarak tanam tanaman tua ini rata-rata 10×10 meter, kemudian untuk bisa mengefektifkan dikurangi 10×8 meter artinya, ada lorong 10 meter yang bisa dimanfaatkan untuk menunjang pendapatan petani dalam waktu cepat, karena tanaman tua biasanya panennya di atas lima tahun.
Otomatis dengan hal itu petani tidak siap menunggu. Oleh karena itu, disiapkanlah komoditi yang cepat berbuat seperti pisang. Satu hektar lahan bila ditanam pisang akan mencapai 1000-1200 batang pisang, dan masa panennya bisa kurang dari satu tahun.
Untuk tanam pertama dari 1200 batang pisang dalam satu hektar, akan menghasilkan lebih kurang 60 juta di tahun pertama. Di tahun kedua anakannya dalam 3-4 bulan bisa lagi dipanen, otomatis dalam satu tahun bisa tiga kali panen dengan total pendapatan mencapai 180 juta.
“Tahun ketiga otomatis dia sudah bisa menghasilkan rata-rata lebih kurang 200 juta, dan itu telah dikondisikan untuk membangun daerah tertinggal,” kata Candra, Senin (04/03/2019).
Permintaan pisang sangat banyak dan itu kita kondisikan sesuai dengan selera pasar. Contoh Pisang Mas, dari Arab Saudi ada permintaan terhadap pisang tersebut dan meminta kita membuat kontrak sehingga dinas nantinya akan membuat sentra produksinya kemudian akan di “back up” dengan pembinaan pasca panen agar nantinya tidak terjadi permasalahan ketika panen. (***)