Oleh Desri Ayunda
Kegiatan Pesantren Ramadhan merupakan “Trade Mark” bagi Kota Padang. Inilah pembeda suasana bulan suci Ramadhan, dimana para siswa-siswi diajak ke Masjid dan Mushalla terdekat untuk mengikuti pendidikan agama. Pembeda dari suasana hari-hari biasa dan suasana Ramadhan di daerah yang tidak menggelar Pesantren Ramadhan. Kota Padang seperti suasana dalam lagu qasidah, “Kota Santri” yang didendangkan ulang Anang-KD.
Sebagai generasi yang pernah merasakan hidup di masjid ketika beranjak remaja, kegiatan Pesantren Ramadhan sangat bermanfaat untuk menumbuhkan dan membangun karakter (character building) generasi masa depan Kota Padang. Ada kekuatan spiritual yang dapat ditanamkan kepada mereka sebagai pedoman hidup nantinya, ketika godaan-godaan datang yang akan menjerumuskan masa depan.
Pada masa dulu, laki-laki minang memang lebih banyak hidupnya di surau. Selain belajar mengaji juga belajar bela diri. Surau menjadi titik kumpul tempat dimana komunikasi social budaya dan agama berlangsung. Ketika itu, teknologi informasi belum merobah budaya masyarakat. Hal yang sangat berbeda dengan kondisi hari ini, dimana teknologi informasi berkembang pesat yang secara langsung telah merobah kekuatan sosial budaya yang pernah ada.
Karakter laki-laki minang yang tangguh memang dilahirkan dari kehidupan surau melalui pembelajaran yang didapatkannya. Dibandingkan dengan program Pesantren Ramadhan, yang hanya berlangsung hanya dua minggu, tentulah tidak sebandingkan. Namun demikian, sepanjang masa pendidikan dari sekolah dasar hingga menengah pertama, anak-anak dan remaja Kota Padang yang muslim akan mendapatkan pendidikan Pesantren Ramadhan setiap tahun. Ini sangat positif.
Program Pesantren Ramadhan ini dicetus atas kesadaran dari pemangku kebijakan kota, pentingnya para pelajar diberikan pendidikan agama yang lebih. Mengingat pada kurikulum sekolah formal, masih sangat minim pendidikan agama didapatkan. Apalagi bila bulan suci Ramadhan tiba, efektivitas proses belajar dan mengajar di sekolah sedikit menurun di banding hari biasa.
Menurut pengakuan para guru dan pengurus masjid yang aktif setiap tahun mengelola kegiatan program Pesantren Ramadhan. Setiap tahun terdapat perubahan yang menunjukkan kegiatan ini sekadar berlangsung saja, tidak seserius pada awal-awal hadirnya kegiatan ini, sekedar memenuhi kewajiban dan rutinitas semata.
Ada apa?, Sepanjang yang kita pelajari, sesuatu yang rutin tanpa ada evaluasi yang melahirkan revitalisasi, menjadi sesuatu yang sia-sia. Bahasa lainnya, “Rutinitas itu membunuh.” Lebih-lebih, perubahan-perubahan kebijakan setiap tahun dalam kegiatan, seperti tahun ini, ada proses belajar dan belajar di sekolah untuk satu minggu di bulan Ramadhan. Tentu saja, konsep awal Pesantren Ramadhan menjadi sudah berbeda. Padahal, Pesantren Ramadhan, menurut Fauzi Bahar ialah “Memindahkan siswa-siswa dari sekolah ke masjid dan mushalla”. Artinya kegiatan formal di sekolah ditiadakan. Bila mana masih ada kegiatan di sekolah, maka semangat Pesantren Ramadhan tentu menjadi berubah.
Atas catatan di atas, perlu ada evaluasi dan revitalisasi agar program Pesantren Ramadhan ini menjadi lebih kuat untuk membangun karakter siswa-siswa yang qur’ani. Revitalisasi dari semangat para pengajar, para guru yang terlibat, pengurus, hal-hal teknis, juga tentunya materi-materi ajar. Yang jelas, konsepnya, “Pesantren Ramadhan adalah kegiatan yang memeriahkan bulan suci Ramadhan” sekaligus memberi wahana penting bagi para pelajar mendapatkan sentuhan-sentuhan spiritual, “Bisa beribadah dengan baik, penanaman moral etika sopan santun dan membuat para siswa-siswi tidak berkeliaran tanpa arah di bulan suci Ramadhan”.
Seorang wali murid pernah curhat, kegiatan Pesantren Ramadhan kini sudah berubah sekadar mencatat ceramah ustadz, lalu mendengar instruksi instruktur, seterusnya ada kelas belajar agama yang minim. Sekedar memenuhi kewajiban para guru saja.
Semoga curhat ini cuma satu kasus kecil dari kegiatan besar yang telah berlangsung setiap tahun. Tetapi curhat ini sangat berarti bagi kebaikan kegiatan di masa datang. Yang jelas, kegiatan “Pesantren Ramadhan adalah kegiatan positif yang keberlangsungannya mesti berkualitas dan terus ditingkatkan”. Bukan sebaliknya, lesu dan berlangsung apa adanya. Sayang dan terasa berdosa, jika itu terjadi dari sebuah keinginan yang luhur untuk membangun karakter generasi masa depan kita.
“Wassalam”. *******