Nagari sebagai wilayah pemerintahan dalam sistim NKRI banyak yang mengurus. Namun nagari sebagai subkultur dan geneologis atau inti Minang itu tak banyak yang mengurus. Kalau tak diurus ninik mamak dan generasi muda (anak kamanakan) sebagai parik paga nagari, akan lenyaklah Minangkabau. Jadi inti dari Minang adalah sebuah nagari dan pemerintah yang hidup di dalamnya.
Nagari dan Pandangan Anak Muda (Menilik Buku “Utopia Nagari Minangkabau” Karya Hasri Fendi dan Lindo Karsya) di Unand Padang, 27 Mei 2002, membentangkan peran generasi muda (anak kamanakan) dalam perahu kelembagaan ninik mamak di nagari.
Kamanakan barajo jo mamak, mamak barajo jo panghulu, panghulu marajo jo kamufakat, mufakat barajo ka nan bana, bana manuruik alua jo patuik. Petitih ini membentangkan struktur pemerintahan menurut adat. Kamanakan dan mamak sama-sama berada dalam hukum adat di nagari. Jelas sekali yang memegang kekuasaan tertinggi sesungguhnya adalah kebenaran, dilaksanakan menurut alua dan patuik (alur dan patut).
Ninik mamak dengan kepemimpinannya sebagai seni memberikan motivasi dan menggerakkan anak kamanakan, merasa nyaman, aman, dan damai berperan sesuai fungsi masing-masing. Mamak santun, kamanakan memuliakan dan bersih dari dago dagi (prilaku tak hormat), sehingga terwujud kualitas Sumber Daya Manusia (kualitas mamak – kamanakan) di Minangkabau mamak disambah urang/ kamanakan dipinang urang pulo.
Generasi muda (pemuda) anak atau kamanakan (nan mudo) di Minangkabau eksis dalam setiap limbago adat di Minangkabau. Anak dari ayah kamanakan dari mamak, waktu kecil menjadi anak atau kamanakan, setelah besar menjadi mamak. Anak kamanakan tidak terpisah dalam kelembagaan ninik mamak.
Dalam kepemimpinannya ninik mamak mengayomi kamanakan disimbolkan kayu gadang di tangah koto dan atau baringin di tangah padang. Anak kamanakan dapek balindung di kerimbunan dedaunnya dari kepanasan dan kehujanan, urek tampek baselo, batangnyo tampek basanda. Kamanakan dalam suasana nyaman balinduang di keteduhan leadership ninik mamak mendapat pencerahan dan memotivasi untuk babudi elok baso katuju.
Dengan peranan ninik mamak dan rang mudo (anak kamanakan) tidak ada celah di Minangkabau masuknya orang-orang yang berprilaku intoleransi dan bahkan teroris, karena nagari bagi mereka malam badanga-danga, siang bacaliak-caliak, kok jauh baulangi – kok dakek bakandano, begitu kutipan Yulizal Yunus Dt. Rajo Bagindo, Ketua V LKAAM Sumatera Barat.
Namun kondisi nagari saat ini masih jauh dari bayang-bayang Kamanakan barajo jo mamak, mamak barajo jo panghulu, panghulu marajo jo kamufakat, mufakat barajo ka nan bana, bana manuruik alua jo patuik. Jelas sekali yang memegang kekuasaan tertinggi sesungguhnya adalah kebenaran, dilaksanakan menurut alua dan patuik (alur dan patut).
Contoh saja peristiwa Jumat (25/8/2017) lalu. Tim Sapu Bersih Pungutan Liar (Saber Pungli) Polres Solok Kota melakukan Operasi Tangkap Tangan (OTT) terhadap Sektretaris Nagari Aripan di Komplek Balitbu Jorong Data Tampuniak Nagari Aripan Kecamatan X Koto Singkarak sekitar pukul 21.00 WIB. Peristiwa ini menyorot kinerja seluruh pemerintah nagari di Sumatra Barat khususnya Kabupaten Solok.
Peristiwa tersebut menimbulkan banyaknya berita miring belakangan ini tentang pemerintah nagari, serta terancamnya pimpinan nagari yang bisa saja suatu saat berurusan dengan hukum. Apalagi masyarakat nagari sekarang ini sudah paham dengan aturan dan keterbukaan informasi, masyarakat tidak bisa lagi dibodohi dengan cerita-cerita opok seolah-olah kinerja pemerintah nagari sudah terlihat profesional dan merakyat.
Peristiwa itu tidak akan muncul jika peran ninik mamak dan rang mudo saling rangkul merangkul, sapa menegur, tanyo manayo, ingek ma ingekan. Anak dipangku kamanakan dibimbiang. Peran ninik mamak dan rang mudo lah yang akan menjadi tiang dalam sebuah nagari.
Banyaknya permasalahan yang timbul di sebuah nagari disebabkan kurangnya keterbukaan antara pemerintah nagari dengan masyarakat dalam melaksanakan roda pemerintahan. Melakukan pungutan liar, memainkan jabatan, bahkan syarat KKN sering dipersoalkan masyarakat nagari yang memiliki ideologi yang bertentangan dengan pihak pemerintah nagari. Tipisnya rasa hormat kepada ninik mamak, hilangnya rasa tanggung jawab pada kemenakan. Tidak ada lagi keterbukaan.
Bukan itu saja, hubungan yang tidak harmonis juga terlihat antara Badan Musyawarah Nagari (BMN) dengan pemerintah nagari. Inilah faktor gagalnya pemerintahan yang baik, dengan arti pemerintahan nagari jalan sendiri tanpa ada kontrol pengawasan dari BMN.
Dalam menjalankan roda pemerintahan di nagari, BMN mempunyai peran penting dalam pengawasan di suatu nagari. BMN adalah dewannya masyarakat di nagari, banyak peran dan fungsi yang harus dikerjakan, dari menyusun dan membuat aturan, mengontrol keuangan, dan mengawasi kinerja pemerintah nagari. Tapi sayang, BMN belum mengerti dengan sikap dan tindakan yang akan dilaksanakan.
Bukan itu saja, BMN harus terlibat langsung dalam menyelesaikan setiap permasalahan yang muncul di nagari. Kebijakan yang arif dan bijaksana sepatutnya di bicarakan oleh BMN dengan melibatkan tokoh adat, agama, cadiak pandai dan niniak mamak pada khususnya.
Pimpinan nagari diberi tanggungjawab untuk mengayomi, melindungi dan mensejahterakan masyarakat nagari, bukan untuk mempreteli segala bentuk hak nagari dengan tujuan memperkaya diri pribadi dan koloni. Untuk itu, kehamonisan dan sinergi BMN dengan pemerintah nagari harus berjalan seiringan, duduk bersama, musyawarah mufakat demi kebaikan dan kesejahteraan nagari. ***