Oleh Risko Mardianto
Teguhkan Empat Pilar Pembangunan dan Nawacita
Berkat kepedulian Bripka Maihendri, SH dan pemberitaan dari awak media serta dukungan dari Kapolres Solok Kota AKBP. Doni Setiawan, S.IK, MH serta Kapolsek IX Koto Sungai Lasi AKP Afrides Roema, SH kediaman Bapak Samuni (83) berhasil dibedah dalam kurun waktu 18 hari. Semangat gotong royong masyarakat Nagari Indudur berserta Wali Nagari setempat juga ikut mempercepat pembangunan rumah warga yang tuna netra tersebut.
Belum lama ini, Divisi Humas Mabes Polri dan Bidang Humas Polda Sumbar turun gunung melakukan chek up ke lokasi itu. Didampingi Wakapolres Solok Kota Kompol Sumintak, SH dan personil kepolisian dari Polres Solok Kota serta Polsek IX Koto Sungai Lasi. Rumah keluarga Samuni menjadi lautan manusia, diantara keharuan dan kebanggaan ada air mata menetes melihat kenyataan bahwa masih ada keluarga yang tidak tersejahterakan oleh negara melalui pemerintah.
Penulis bertanya kepada Bripka Maihendri terkait alasan dirinya membedah rumah keluarga itu. “Saya pernah hidup seperti pak Samuni, rumah saya juga begitu dulunya. Ayah saya tukang muat pasir untuk bisa beli beras dan menafkahi keluarga,” ucap Bhabinkamtibmas berpendidikan strata satu dari Universitas Ekasakti Padang itu.
Luar biasa, hanya karna pernah hidup susah dan bernasib sama dengan Samuni, perwira kepolisian itu mau membedah rumah orang lain. Tidak itu saja, kediaman samuni juga diberi loteng dan dibuat semi permanen. Pembangunan itu dibiayai dari tabungan pribadi hasil beternak itik seorang Bhabinkamtibmas. Kapolsek juga ikut ambil bagian, melalui lepas tangannya Kapolsek memasukkan listrik ke kediaman Samuni.
“Allahuakbar. Ya Allah, Tuhan seru sekalian alam, yang maha pemurah lagi maha penyayang. Terimakasih telah engkau berikan malaikat penolong kepada bapak Samuni ya Rabb”, demikian ucapku lirih.
Sebagai salah seorang wartawan yang meliput di kota dan kabupaten Solok saya melihat langsung kondisi Samuni dan keluarga di Indudur, Rabu (11/10) sore. Jalan kesana merupakan medan yang cukup menantang. Disisi kanan ada tebing tinggi, disisi kiri terdapat jurang sangat dalam. Untuk sampai kesana perlu upaya extra dan kehati-hatian berkendara. Jika tidak, nyawa taruhannya.
Sekitar 100 Meter dari Kantor Wali Nagari Indudur menuju rumah Samuni medan makin menantang. Jalan tanah harus dilalui untuk sampai kesana. Setibanya disana harus melalui jalan setapak diatas kemiringan bukit agar sampai keteras rumah samuni yang dibedah Bripka Maihendri, SH. Tidak terlihat ada semen yang mendinding tebing yang miring itu. Bagaimana jika hujan dan longsor tiba, akankah Samuni dan keluarga bisa selamat dari bencana yang mengintai. Apalagi, dengan kondisi mata yang tidak mampu melihat alam karna kebutaannya.
Hari itu aku saksikan bahwa tidak hanya di Tigo Lurah, Aia Luo dan Hiliran Gumanti saja ada nagari terisolasi. Hari itu aku saksikan pengorbanan Polri melindungi rakyat tanpa mengharapkan penghargaan dan balas jasa. Hari itu pula aku lihat ketulusan seorang manusia memanusiakan manusia lain dibumi ini. “Ya Allah, sungguh luar biasa kuasaMu, ya khalik,” doaku terucap.
Kapolsek Membantu Listrik
Sekali lagi, saat aku bertanya langsung kepada Bapak Samuni ihwal listrik yang sudah masuk rumahnya beliau mengatakan Kapolsek yang telah memasukan arus listrik kerumahnya itu tadi. Dihadapan Bripka Maihendri, SH jawaban itu terucap dari bibir laki-laki itu. Terlihat Bripka Maihendr, SH menahan air mata mendengar ucapan Samuni berterimakasih kepada dirinya dan kepolisian.
“Acok-acok juo kamari pak Mai. Iko rumah rang gaek pak mai disiko, kok kamari pak Mai singgah juo lah kamari. Jan karano rumah alah salasai pak Mai indak kamari lai. (Sering-sering juga datang kesini pak Mai. Ini rumah orang tua pak Mai disini. Jangan karna rumah sudah selesai pak Mai tidak datang lagi,- red),” ucap Samuni dihadapan istrinya, Saniar.
Dihadapanku, Bripka Maihendri lagi-lagi menelan air matanya ke dalam tubuhnya dan memeluk Samuni seolah ayah kandungnya. “Iyo pak, Insya Allah ka kamari juo. Jago diri apak elok-elok dih. Kok indak adoh bareh atau nan kadisamba kabari ambo yo pak, kok lai ado rasaki ambo kirimkan. (Iya pak, Insya Allah akan selalu kesini. Jaga diri bapak baik-baik ya pak, kalau beras atau bahan masak tidak ada kabari Mai ya pak, kalau ada rezeki nanti akan dikirim,- red),” ucap Bripka Maihendri yang aku saksikan sendiri.
Ditengah tugas yang padat dan usaha yang hanya sebagai seorang peternak itik polisi ini masih berupaya mewujudkan keadilan sosial saat pemerintah sibuk dengan berbagai agendanya.
Pemerintah Harus Turun Tangan
Saat jajaran Divisi Humas Mabes Polri dan Bidang Humas Polda Sumbar mengunjungi kediaman Samuni didampingi Wakapolres Solok Kota Kompol Sumintak, SH dan Kapolsek AKP. Afrides Roema, SH beserta jajaran serta disambut Camat IX Koto Sungai Lasi dan Wali Nagari Indudur bersama puluhan awak media sudah seharusnya Pemkab Solok turun tangan mengatasi sisa pengabdian polisi itu. Diantaranya, memperbaiki akses jalan dan menembok jalan setapak menuju rumah Samuni yang hanya 10 Meter itu.
Akan sangat menyedihkan jika kehadiran Wali Nagari dan Camat IX Koto Sungai Lasi kesana cuma dijadikan agenda seremonial semata. Bupati Solok yang ikut memberikan reward kepada Bripka Maihendri sudah seharusnya turun kenagari itu melihat kondisi yang masih jauh dari harapannya. Setidaknya, atas nama Pemerintah Indonesia Bupati menghadirkan negara melindungi rakyat dan mewujudkan keadilan sosial sebagaimana tertulis dalam empat Pilar Pembangunan Kabupaten Solok serta sebagaimana Nawacita diteguhkan.
Menurut penulis, akal sehat siapapun tentu berharap Pemerintah Kabupaten Solok melalui Camat agar ikut membantu, jalan menuju kediaman pak Samuni itu jalan setapak dan tanah di atas kemiringan tebing. Bisa amblas nanti kalau tidak ditembok, setidaknya pemerintah membantu itu.
Tidak hanya datang ketempat itu lalu memberi laporan kehadiran kepada Bupati Solok bahwa Camat hadir disitu. Kalau hanya laporan kehadiran camat tidak perlu repot hadir kesana. Jangan karna malu lantaran Mabes Polri kesana lalu pemerintah ambil bagian tampil muka kesana tanpa ada respon apa-apa.
Ada banyak mata melihat kondisi Samuni dan keluarganya hari ini, kebanyakan dari mereka adalah rakyat yang tidak tahu apa-apa tentang politik. Sejahterakan mereka sebagai pemegang kedaulatan. Tidak perlu sibuk bereuforia, buktikan saja janji mewujudkan kesejahteraan dan keadilan sosial itu.
Harapan dan cita-cita rakyat dengan negara itu sama, melalui konstitusi semua diteguhkan dan disatukan dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia. Wujudkan cita-cita bersama itu. ***