KABUPATEN SOLOK, TOP SUMBAR – Rapat penyiapan lahan untuk kantor PT Hitay Daya Energy (HDE) di Nagari Batu Bajanjang, Kecamatan Lembang Jaya, Kabupaten Solok, diwarnai dengan aksi demo warga. PT HDE merupakan investor yang akan melakukan eksplorasi energi panas bumi (geothermal) untuk pembangkit listrik di Nagari Batu Bajanjang.
Rapat yang berlangsung di Kantor Walinagari Batu Bajanjang tersebut, sesuai dengan Surat Bupati Solok No.100/693/PEM-2017, tertanggal 18 Agustus 2017. Demo tersebut diikuti sekitar 200 warga yang menuntut agar pemerintah Nagari Batu Bajanjang transparan dalam setiap kegiatan di nagari tersebut.
Pimpinan demo, Indra Putra (23), dalam orasinya menyatakan penyiapan lahan untuk kantor PT Hitay Daya Energy tersebut dilakukan secara tiba-tiba dan terkesan sembunyi-sembunyi.
Menurut pimpinan demo yang sehari-hari adalah pedagang sepatu di Kota Padang ini, menyatakan dalam perencanaan lahan kantor tersebut, hanya melibatkan segelintir pihak/unsur di dalam Nagari Batu Bajanjang.
Menurutnya, selama ini tidak ada prinsip partisipasi yang layak dan transparan dari pemerintah nagari ke masyarakat.
“Rencana ini hanya melibatkan segelintir pihak di dalam Nagari Batu Bajanjang. Sehingga, telah mengabaikan prinsip partisipasi masyarakat yang layak dan transparan. Setiap ada kegiatan di Nagari Batu Bajanjang, dalam bentuk apapun masyarakat harus tahu. Karena itu, masyarakat menolak adanya pembuatan perkantoran di wilayah Nagari Batu Bajanjang,” ujar Indra, didampingi dua pemimpin demo lainnya, Yusmiadi (27) dan Ulil Amri (40), Selasa (22/8).
Aksi demo ini, membuat Rapat penyiapan lahan untuk PT HDE tersebut akhirnya ditunda, sampai adanya sosialisasi dari Pemkab Solok. Demo yang dimulai sekitar pukul 10.00 WIB tersebut, akhirnya bubar pada pukul 11.52 WIB, setelah ada penyampaian dari Camat dan Walinagari Batu Bajanjang.
Rapat tersebut dihadiri Camat Lembang Jaya Ricky Carnova, Danramil 0309-02/Bukit Sileh Kapten Inf Afrizal, Kapolsek Bukit Sileh Iptu Sevenpri, Walinagari Batu Bajanjang Ramudin, Ketua BMN Yupardi, Ketua LPMN Ismail dan sejumlah tokoh masyarakat Nagari Batu Bajanjang.
Camat Lembang Jaya, Ricky Carnova, yang menemui para pendemo mengatakan bahwa rapat tersebut bukanlah rapat penyerahan lahan kepada PT Hitay Daya Energy, tapi rapat untuk membahas sejumlah alternatif lokasi untuk pembangunan kantor PT Hitay Daya Energy.
Menurut Ricky, sebagai perpanjangan tangan Pemkab Solok di kecamatan, pihaknya akan berusaha maksimal untuk melakukan sosialisasi kepada masyarakat di Nagari Batu Bajanjang.
“Mungkin karena mereka merasa sosialisasi ke masyarakat terkait geothermal ini kurang. Baru-baru ini, Wapres Jusuf Kalla telah menyampaikan ke Bupati Solok bahwa izin eksplorasi geothermal PT HDE di Batu Bajanjang telah diterbitkan. Ke depannya, kita akan mendesak agar pemerintah nagari Batu Bajanjang untuk lebih gencar lagi melakukan sosialisasi terkait proyek dari pemerintah pusat ini,” ungkapnya.
Lebih lanjut, Ricky Carnova menyatakan bahwa demo tersebut tidak dilaporkan ke pihak berwajib. Baik ke Polres Arosuka, maupun ke Polsek Lembang Jaya. Ricky juga mengungkapkan, adanya penyampaian aspirasi ini merupakan hal yang biasa dalam demokrasi. Menurutnya, hal itu membuktikan bahwa masyarakat Batu Bajanjang peduli terhadap lingkungannya.
“Alhamdulillah, penyampaian aspirasi tersebut berlangsung damai. Setelah kami memberikan penjelasan kepada masyarakat, akhirnya mereka bisa pulang dengan tertib,” ujarnya.
Menanggapi adanya demo tersebut, Senior Project Manager PT Hitay Daya Energy, Novianto, menegaskan pihaknya akan berusaha semaksimal mungkin untuk menjalin komunikasi dengan masyarakat.
Novianto juga menegaskan pihaknya akan menjelaskan kepada masyarakat tentang manfaat dari energy panas bumi (geothermal), maupun upaya preventif (pencegahan) jika ada bahaya jika bahaya dari eksplorasi nantinya.
“Di samping dukungan dari Pemerintah Pusat, Pemprov Sumbar, Pemkab Solok dan rekan-rekan pers, kami juga akan berusaha semaksimal mungkin menjalin komunikasi dan menjelaskan apa itu eksplorasi geothermal kepada masyarakat. Termasuk upaya preventif jika ada kemungkinan bahaya. Perlu juga kami tegaskan bahwa ekplorasi geothermal bukan lah sebuah aktivitas tambang. Prinsipnya adalah memanfaatkan panas yang berada di kedalaman ribuan meter dari permukaan tanah. Uap panas tersebut akan digunakan memutar turbin untuk pembangkit listrik. Jadi geothermal ini bukan tambang,” ungkapnya. (Syafri)